Nasution, Pangeran P.P.A. and Hasi, Andry Ruida (2016) Sketsa Pariwisata di Aceh: Dari Regulasi Berbasis Syar’i Hingga Resistensi Masyarakat dalam Apologi Rekreasi (Studi Kasus di Kota Lhokseumawe). In: SEMINAR NASIONAL POLITIK DAN KEBUDAYAAN 2016, Oktober 2016, Bandung.
|
Text
PROSIDING SEMINAS POLBUD UNPAD 2016.pdf Download (683kB) | Preview |
Abstract
Tourism as an industry arena certainly contribute to the government and public life. The benefits of tourism can be felt directly by the community, as economic, social, cultural, and even though in educational, within the scope of the national and local levels. Aceh province is one of the provinces in Indonesia that actually have the potential of tourism so abundant. Not only has the natural attractions along the coastline of Aceh with fascination of Malacca Strait is so beautiful, but the socio-religious life (Islam) of the Acehnese people is a potential that requires the industrial creation. However, the reality of tourism in Aceh seemed to tire in determine the identity to contribute as an icon of tourism in Indonesia. Assumptions study of the issue in this paper includes two main aspects were considered to be an obstacle for the tourism boom in Aceh. First, talk about regulation, particularly local government regulations Aceh Islamic dimension (Qanun) were impressed halt development of tourism throughout the province. Secondly, there should not be ignored that the trend of tourism aspiration on the part of Acehnese society has changed. Therefore, this article will address how to regulate tourism in the spirit of Islami which promoted by the Provincial Administration in fact get people's resistance through the different cultural aspirations of tourism, –in 'apology of recreation'. This article is presented based on the data obtained by the method of qualitative research. Primary data were obtained from field research via interviews (depth) with the informant categories: tourists, business people around tourist sites, and the relevant government authorities. The study was conducted in several popular tourism locations in the city of Lhokseumawe. In addition, secondary data obtained from the relevant literature, including regulation/Qanun by the Aceh administration in the field of tourism. The idea of narrative in this article refers to the approach in the pop culture and the social body study as a pivot node analytic, with the equivalent of representation and on the development of tourism in Aceh at the end of the text. Keywords: Tourism, Qanun, Cultural Aspiration, Resistence, Apology of Recreation. Abstrak - Pariwisata sebagai arena industri tentu berkontribusi bagi pemerintah maupun kehidupan masyarakat. Manfaat kepariwisataan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, secara ekonomi, sosial budaya, bahkan pendidikan sekalipun, dalam lingkup nasional maupun daerah. Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sesungguhnya memiliki potensi pariwisata begitu berlimpah. Tidak hanya memiliki daya tarik wisata alam di sepanjang garis pantai aceh dengan pesona (selat) malaka yang begitu indah, kehidupan sosio-religi masyarakat Aceh yang Islami merupakan potensi geliat wisata yang membutuhkan kreasi indsutri. Namun begitu, kenyataannya pariwisata di Aceh seolah lelah menentukan identitasnya untuk andil sebagai ikon pariwisata di Indonesia. Asumsi telaah isu dalam tulisan ini meliputi dua aspek utama yang dianggap menjadi kendala bagi melesatnya kepariwisataan di Aceh. Pertama, berbicara tentang regulasi, khususnya peraturan pemerintah daerah Aceh berdimensi Islami (Qanun) yang terkesan menahan laju perkembangan pariwisata di aceh. Kedua, tidak patut diabaikan bahwa tren aspirasi kepariwisataan pada sebagian masyarakat Aceh telah mengalami perubahan. Oleh sebab itu, tulisan ini akan mengemukakan bagaimana regulasi kepariwisataan dengan semangat syariat yang diusung oleh Pemerintah Provinsi Aceh dimaksud, mendapatkan resistensi masyarakat dengan aspirasi budaya kepariwisataan yang berbeda, –dalam ‘apologi rekreasi’. Tulisan ini disajikan berdasarkan data yang diperoleh dengan metode penelitian kualitatif. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan via wawancara (indepth) dengan kategori informan: wisatawan, pelaku usaha di sekitar lokasi wisata, dan pihak pemerintah terkait. Penelitian dilakukan di beberapa lokasi wisata populer di Kota Lhokseumawe. Selain itu, data sekunder diperoleh dari literatur terkait, termasuk regulasi/qanun oleh Pemerintah Aceh di bidang pariwisata. Gagasan naratif dalam tulisan ini mengacu pendekatan budaya pop dan studi tubuh sosial sebagai poros simpul analitik, dengan padanan representasi dan rekomendasi pengembangan kepariwisataan di Aceh pada bagian akhir tulisan. Kata kunci: Pariwisata, Qanun, Aspirasi Budaya, Resistensi, Apologi Rekreasi
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Faculty of Social and Political Sciences > Department of Anthropology |
Depositing User: | Mr. Pangeran P.P.A. Nasution |
Date Deposited: | 20 May 2017 11:37 |
Last Modified: | 20 May 2017 11:37 |
URI: | http://repository.unimal.ac.id/id/eprint/2718 |
Actions (login required)
View Item |