of 68
...

PDF HM5 Adolescents Health

by yeli-asti

on

Report

Category:

Documents

Download: 0

Comment: 0

31

views

Comments

Description

Download PDF HM5 Adolescents Health

Transcript

KESEHATAN THE HEALTH MAGAZINE FOR INDONESIAN HEALTH WORKERS PUBLISHED BY AIDE MÉDICALE INTERNATIONALE MAJALAH KESEHATAN UNTUK PEKERJA KESEHATAN INDONESIA DIPUBLIKASIKAN OLEH AIDE MÉDICALE INTERNATIONALE ADOLESCENTS’ HEALTH ISSUE 5 / JANUARY 2007 EDISI 5 / JANUARI 2007 KESEHATAN REMAJA TIDAK DIPERJUALBELIKAN / NOT FOR SALE CONTENTS AND EDITORIAL EDITORIAL Health providers are key ­actors in adolescent’s healthy development “I “I am not an adult, and I am not a child. [I am] in the Contents ADOLEsCENTS’ HEALTH middle” (1). No longer a child, not yet an adult, here are adolescents! Even if more than half of the world’s population is below 25, with four out of five young people living in deve­loping countries, issues linked with adolescence are often overlooked. ­In Indonesia, one fifth of Indonesian’s population are ado­lescents (13-19 years old) who are engaged in risky beha­viors without being aware of the long-term consequences of their actions. In Aceh province, several data show that a lot of adolescents’ health problems find their roots in tobacco and other substances abuse, interpersonal vio­ lence, accidents, and unprotected sexual intercourses that lead to sexually­ transmitted diseases including HIV/AIDS. Moreover, not all young people are equally vulnerable. In Aceh, young people are still suffering from psychological distress due to years of armed conflicts and the tsunami disaster. Then gender considerations should not be neglected. Young girls are likely to be engaged in unprotected sexual activity and exposed to risky early childbirth. Adolescence is a very complex transition to body self-integrity and autonomy that every young adult should know. But young Achenese people have actually a very little understanding of their own maturation and changes. Despite the above described situation described and the associated huge needs, adolescents’ health problems are not very differently handled from those of adults or younger children. The underlying cause is a lack of specific medical care and psychological support. And even if existing, privacy during consultations is not always respected. As a result, adolescents have a low access to health services. They are not well-prepared to cope with problems, whatever they may be, from first menstruation to peers’ pressure in using hemp. The need of available specific adolescent health services no longer requires justifications. These “friendly” services, which are starting now to be developed in the country and in Aceh, should be strengthened and health providers appropriately trained. Through this issue dedicated to adolescents’ health, Health Messenger team wish to improve health providers’ skills by giving them basic, practical and updated information that could respond to the following questions: what is adolescence in Indonesia? what are the stages­ of physical and emotional maturation? how to prevent risky behaviors? how to interact with adolescents? what is the role of the community? what about national, local policies and other initiatives? We hope that this issue will be a useful instrument for health workers to give appropriate counseling and care to adolescents, which is, after all, the most important thing. Lastly, it’s necessary to create a safe and supportive environment to ensure that adolescents will be respected and listened to. Adolescents can go through their vulnerability as long as they have benefits of an adequate guidance from adults. Parents, teachers, community members, health workers, public authorities, international agencies, local and national NGOs, all of them are key players who should not only work together to meet young people’s multiple needs, but systematically involve adolescents in implementing and assessing programs. Adolescents are tomorrow’s adult population: their health and well-being are crucial! Several partners joined us for this edition. We would like to deeply thank YAKITA, BKKBN, ASHO, Aceh Partnership in Health (APiH), UNICEF, CARE International, SAMARITAN’S PURSE International Relief, World Health Organization (WHO) and the Provincial Health Office (PHO, Dinas Kesehatan Propinsi) for their useful contributions. As usual, all readers are most welcome to send any questions or suggestions to enrich the magazine. Enjoy your reading! Florence Colas, HM’s publication manager (1) No Home without Foundation: A Portrait of Child-headed Households in Rwanda, Cohen, C. and Hendler, New York: Women’s Commission for Refugee Women and Children, 1997. Source: Samaritan’s Purse IN OUR COUNTRY 02 What are adolescence and puberty? Adolescents’ health in Indonesia A case study:“What are the available services for adolescents in puskesmas?” PUBLIC Health 08 A better access to services: the concept of “Adolescent Friendly Health Services” (AFHS) GENERAL Health 14 How does the adolescent’s body develop? How does the adolescent’s personal identity develop? What does an adolescent’s life look like in Aceh? Monitoring adolescents’ risky behaviors in Aceh WELL-BEING 34 From the field: a stimulating place for positive and useful psychosocial activities in Panga sub-district (Aceh Jaya district) REPRODUCTIVE HEALTH 40 At-risk early pregnancies Why we should focus on “mothers-girls” education A well-balanced diet for early pregnancies To go deeper 52 The consultation: how to communicate with a young person? Health Education 56 Reducing adolescents’ vulnerability: advices for health workers Glossary Useful contacts society 60 How the society can addres adolescents’ psychosocial needs? LETTERS TO THE EDITOR questionnaire 64 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH DAFTAR ISI DAN EDITORIAL Daftar isi KESEHATAN REMAJA 03 DI TANAH AIR KITA Apakah pengertian remaja dan pubertas? Kesehatan remaja di Indonesia Kasus yang dipelajari: “Pelayanan apa saja yang tersedia bagi remaja di puskesmas?” 09 KESEHATAN PUBLIK Akses yang lebih baik untuk memperoleh pelayanan: merupakan konsep “Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja” (PKRR) 15 KESEHATAN UMUM Bagaimana tubuh remaja berkembang? Bagaimana kepribadian remaja berkembang? Seperti apa kehidupan remaja di Aceh? Mengamati prilaku beresiko remaja di Aceh 35 KESEJAHTERAAN Dari lapangan: tempat yang mendukung untuk pelaksanaan kegiatan psikososial yang positif dan berguna di Kec. Panga (Kab. Aceh Jaya) 41 KESEHATAN REPRODUKSI Kehamilan dini yang beresiko Mengapa kita harus berfokus kepada pendidikan “ibu-gadis” Diet seimbang untuk kehamilan dini 53 LEBIH MENDALAM Konsultasi: bagaimana berkomunikasi dengan anak muda? 57 Pendidikan Kesehatan Menurunkan kerentanan remaja: Saran untuk petugas kesehatan Kosa kata Kontak yang bisa dihubungi 61 masyarakat Bagaimana masyarakat bisa memenuhi kebutuhan psikososial remaja? SURAT UNTUK EDITOR 64 Kuesioner EDITORIAL Penyedia layanan kesehatan merupakan pemeran utama untuk perkembangan remaja yang sehat “Aku bukan orang dewasa, dan bukan anak-anak. [Tapi aku berada] diantara keduanya” (1). ­ Bukan anak-anak lagi, namun belum bisa dikatakan orang dewasa, itulah remaja! Meskipun lebih dari setengah jumlah penduduk dunia berumur di bawah 25 tahun, 4 diantara 5 anak muda ini tinggal di negara berkembang, masalah mengenai remaja sering sekali diabaikan. Di Indonesia, 1/5 dari jumlah penduduk adalah remaja (13-19 tahun) yang berpeluang berprilaku beresiko tanpa mewaspadai akibat jangka panjang dari prilaku tersebut. Di propinsi Aceh, beberapa data menunjukkan bahwa banyak masalah kesehatan remaja berakar dari kebiasaan merokok dan penyalahgunaan narkoba, kekerasan interpersonal, kecelakaan, serta hubungan seksual yang tidak aman yang bisa mengakibatkan penyakit menular seksual termasuk HIV/ AIDS. Di samping itu, tidak semua remaja bisa dianggap rentan. Di Aceh misalnya, anak muda masih menderita tekanan psikologis dikarenakan konflik bersenjata selama bertahuntahun dan juga karena bencana tsunami. Kemudian perbedaan jenis kelamin seharusnya tidaklah diabaikan. Remaja perempuan lebih cenderung terlibat dan dihadapkan kepada masalah seksual yang tidak aman dan persalinan usia muda beresiko. Remaja adalah masa transisi integritas-diri dan kemandirian yang sangat kompleks yang harus difahami oleh orang dewasa. Akan tetapi anak muda di Aceh mempunyai pemahaman yang sangat kurang tentang kedewasaan dan perubahan mereka. Meskipun dari gambaran situasi yang dijelaskan di atas dan hubungannya dengan kebutuhan kolosal, masalah kesehatan remaja tidak ditangani secara khusus. Penyebab utamanya adalah kurangnya penanganan khusus secara medis dan dukungan psikologis. Dan meskipun ada, ke-privacy-an selama konsultasi tidak selalu dijamin. Akibatnya, para remaja akan memiliki akses yang rendah ke pelayanan kesehatan. Mereka tidak dipersiapkan dengan matang untuk mengatasi berbagai masalah; se­ perti masalah menstruasi pertama sampai kepada masalah dorongan teman sebaya untuk penggunaan ganja. Kebutuhan yang tersedia untuk pelayanan masalah kesehatan remaja tidak perlu ditanyakan lagi. Pelayanan “ramah”, yang sekarang sedang mulai dikembangkan di Indonesia dan Aceh, haruslah diperkuat lagi dan petugas kesehatan harus betul-betul terlatih. Melalui edisi yang membahas masalah kesehatan remaja ini, tim P2K berniat untuk meningkatkan keahlian petugas kesehatan dengan memberikan informasi dasar yang praktis dan terkini yang diharapkan bisa merespon persoalan seperti: bagaimana keadaan remaja Indonesia? apa saja tahapan perubahan fisik dan emosi? bagaimana mencegah prilaku beresiko? bagaimana berinteraksi dengan remaja? apa peranan masyarakat? bagaimana dengan kebijakan nasional dan lokal serta berbagai inisiatif lain? Kami mengharapkan edisi ini akan menjadi alat bantu yang berguna bagi petugas kesehatan untuk memberikan konseling dan penanganan yang tepat kepada remaja, yang merupakan hal yang paling penting diantara semuanya. Akhirnya, sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung remaja. Orangtua, guru, anggota masyarakat, petugas kesehatan, pemerintah publik, organisasi internasional, NGO lokal dan internasional, adalah merupakan pemeran utama yang tidak hanya bekerjasama memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak muda yang beragam, tapi secara sistematis melibatkan remaja dalam pelaksanaan dan evaluasi program. Beberapa partner bergabung untuk penyelesaian edisi ini. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada YAKITA, BKKBN, ASHO, Aceh Partnership in Health (APiH), UNICEF, CARE International, SAMARITAN’S PURSE International Relief, World Health Organization (WHO) dan Dinas Kesehatan Propinsi, atas kontribusi yang telah diberikan. Seperti biasa, semua pembaca dipersilahkan mengirimkan pertanyaan atau saran-saran untuk meningkatkan mutu majalah ini. ­ Selamat membaca! Florence Colas, manager publikasi P2K (1) Tidak ada Rumah tanpa Fondasi: Gambaran Prilaku-anak dalam Rumah tangga di Ruanda,Cohen, C, dan Hendler, New York: Komisi Perempuan untuk Pengungsi Wanita dan Anak-anak, 1997. KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05  IN OUR COUNTRY / ADOLESCENTS’ HEALTH IN OUR COUNTRY Adolescents’ health in Indonesia By Provincial Health Office (PHO) – “Family Health and Nutrition” sub-department, Rika Setiawati (AMI) and Health Messenger team What are adolescence and puberty? ­ Adolescents are individuals, either man or woman, who are in ­ the middle of a transition period between childhood and adult. According to the World Health Organization (WHO) classification, the age of this group is between 10 to 19 years old, whereas the United Nations Children’s Fund (UNICEF) says that youth is between 15 and 24 (the term of “young people” refers itself to the composite age group of 10-24 years). Compared to other stages of the life cycle, adolescence is the most complex period for individuals as it is the period of psychological transition between childhood and adulthood. Adolescence boundaries are less well-defined than puberty ones as it refers more to the whole psychosocial adolescents’ development. Adolescents’ health in Indonesia In Indonesia, adolescents represent 20 % of the Indonesian population, which is a substantial rate. In the early 90’s, adolescents’ abuse of Napza (narcotics, psychotropics and other addictions) and HIV/AIDS infections were quite unusual. In the meantime, adolescents’ knowledge of risky behaviors and their impacts on health (reproductive health in particular) is still limited in Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) province. This situation is mainly due to the lack of communication and ­ information from parents, health workers and the community, as well as limited initiatives from the government. Why do adolescents need care and support? Most of the time, adolescents refuse to be called “children”, but they also can not be considered as “adults” as they are going through a transition period. It also means that adolescents may no longer benefit from the attention and care that usually­ goes to children, but they may not get the protections associated with being an adult either. As adolescents remain fragile and need care, counseling from health care providers as well as a safe and supportive environment are necessary, in order for them to grow and develop. In order for this support to be effective, health workers should have a thorough knowledge of this particular stage of life. There is also an urgent need of a spontaneous­ and integrated public management of adolescents’ health care and adolescents’ reproductive health in particular. l Adolescents represent 20 % of the Indonesian population. GOOD TO REMEMBER Changes during adolescence are normal and will be experienced by every human being! GOOD TO REMEMBER Puberty itself could be defined as the process of physical changes and sexual maturation by which a child’s body becomes an adult body capable of reproduction. Besides these enormous physical changes, adolescents also experience emotional/psychological changes that clearly appear in their attitudes and behaviors. Things have now changed. Adolescents are currently more and more involved in risky behaviors, due to several underlying causes like poverty of families (some adolescents can not attend school and have to work), rapid social changes or media influence. This complicated - and competitive - situation makes them struggle for life. At the same time, we should not forget that adolescence period is fragile and that young people are vulnerable, especially young girls. Moreover, influen­ ces (positive or negative) outside the family ones become increasingly important. All these reasons are the leading causes of adolescents’ risky behaviors, which mainly are: • risky sexual behaviors which consequences are sexual transmitted diseases or early/at-risk pregnancies, • drugs abuse (tobacco and other substances), • accidents, injuries, • violence. Adolescents should be informed of their physical and emotional changes, and well-monitored. Thus, health workers should have a thorough knowledge of the puberty stage. GOOD TO REMEMBER  HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH DI TANAH AIR KITA / KESEHATAN REMAJA DI TANAH AIR KITA Kesehatan remaja di Indonesia Oleh DINKES Propinsi – subdinas “Kesehatan Keluarga dan Gizi”, Rika Setiawati (AMI) dan Tim P2K Apakah masa remaja dan pubertas itu? ­ Remaja adalah individu, baik laki-laki maupun perempuan, yang sedang berada di tengah-tengah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Menurut klasifikasi World Health Organization (WHO), kelompok umur ini berada pada usia antara 10 sampai 19 tahun, sementara United Nations Children’s Fund (UNICEF) mengatakan bahwa orang muda adalah antara umur 15 dan 24 tahun (istilah “orang muda” merujuk kepada penggabungan kelompok umur 10-24 tahun). Dibandingkan dengan tahapan lain dari siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa yang paling kompleks bagi setiap individu, karena masa ini merupakan masa transisi psikologis dari anak-anak menuju dewasa. Batasan masa remaja lebih sempit dibandingkan masa pubertas, karena dia cenderung merujuk pada aspek perkembangan psikososial remaja. Kesehatan remaja di Indonesia Di Indonesia, terdapat 20% remaja dari total jumlah penduduk, merupakan angka yang besar. Awal dekade terakhir, penyalahgunaan Napza (Narkotika, psikotropika dan zat candu lainnya) dan infeksi HIV/ AIDS masih jarang ditemukan. kesehatan (khususnya kesehatan reproduksi) masih terbatas, karena kurangnya perhatian orangtua, petugas kesehatan dan masyarakat, dan juga karena kurangnya inisiatif pemerintah. Mengapa remaja membutuhkan perhatian dan dukungan? Biasanya remaja menolak jika kita sebut sebagai “anak-anak”, tetapi mereka juga tidak bisa dianggap sebagai “orang dewasa”, karena pertumbuhan badan menunjukkan bahwa mereka sedang menuju masa transisi. Hal ini juga berarti bahwa remaja tidak lama lagi mendapatkan perhatian dan kepedulian yang biasanya diberikan kepada anakanak, tapi mereka juga mungkin tidak mendapatkan perlindungan dengan menjadi seorang dewasa. Karena remaja masih rapuh dan perlu perhatian, konseling dari penyedia layanan kesehatan dan lingkungan yang aman serta mendukung diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Agar dukungan ini menjadi efektif, petugas kesehatan harus mempunyai pengetahuan sistematis mengenai tahap istimewa kehidupan ini. Kemudian ada sebuah kebutuhan yang urgen yaitu sebuah managemen integritas dan tanggap dari publik terhadap layanan kesehatan remaja dan kesehatan reproduksi remaja secara khusus. l Remaja terdiri dari 20 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Namun semuanya sudah berubah. Para remaja sekarang terlibat lebih jauh lagi dalam hal prilaku beresiko, dikarenakan berbagai faktor penyebab seperti kemiskinan keluarga (beberapa remaja tidak dapat bersekolah dan harus bekerja), cepatnya perubahan sosial atau pengaruh media. Situasi yang kompleks – dan penuh persaingan – membuat mereka bertarung untuk hidup. Sekaligus kita jangan melupakan bahwa masa remaja merupakan masa yang rapuh sehingga orang muda sangat rentan, terutama gadis remaja. Sehingga, pengaruh (positif maupun negatif) dari luar keluarga menjadi semakin sangat penting. Semua alasan ini adalah penyebab utama perilaku beresiko remaja, diantaranya: • prilaku seksual beresiko yang berakibat penyakit menular seksual atau kehamilan di usia dini beresiko, • penyalahgunaan narkotika (tembakau dan substansi lainnya), • kecelakaan diri, • kekerasan. Sementara, untuk propinsi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) pe­ ngetahuan remaja akan prilaku beresiko dan pengaruhnya pada KESEHATAN REMAJA PENTING UNTUK DIINGAT Perubahan selama masa remaja adalah normal dan akan dialami oleh setiap manusia. Pubertas sendiri dapat diartikan sebagai proses perubahan fisik dan pendewasaan seksual, yaitu perubah­ an dari tubuh anak-anak menjadi tubuh dewasa yang mempunyai kemampuan reproduksi. Disamping perubahan besar ini, remaja juga mengalami perubahan emosional/ psikologis yang dengan jelas muncul dalam tingkah dan prilakunya. PENTING UNTUK DIINGAT Remaja seharusnya diberitahu tentang perubahan fisik dan emosionalnya, dan diawasi secara tepat. Sementara para petugas kesehatan harus mempunyai pengetahuan sistematis tentang tahapan puber ini.  PENTING UNTUK DIINGAT PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 IN OUR COUNTRY / ADOLESCENTS’ HEALTH IN OUR COUNTRY What are the available services for adolescents in puskesmas? By Health Messenger team If puskesmas are not well-equipped to provide specific health services to adolescents, we can wonder how health workers are managing ado­lescents’ problems in the frame of consultations. In order to get an overview regarding this issue, Health Messenger team interviewed a doctor working in a puskesmas of Pidie district (Aceh province). Health Messenger (HM): What are your daily activities in this puskesmas? Doctor: I’ve been working here for about seven months. As I am the person in charge of this puskesmas, my main job is to conduct and manage general activities. Then, as a doctor, I provide medical service through consultations. HM: Do adolescents often come here for consultations? Doctor: Yes, adolescents are used to come here but we actually have not so many visits. It’s about one or two persons per week only. “We don’t have special standards for teenagers.” HM: Does your puskesmas provide special services for ado­ lescents? (like special room, ma­ nagement, methodology?) Doctor: There are no differences in our procedures and prescriptions (i.e. medicine) when we examine either teenagers or adults, because they are included in the same age category (other age categories are for babies and children under 5 years old). We don’t have special “standards” for teenagers. ADOLESCENTS’ HEALTH Source: AMI  HEALTH MESSENGER N° 05 DI TANAH AIR KITA / KESEHATAN REMAJA DI TANAH AIR KITA Pelayanan apa saja yang bisa diperoleh remaja di puskesmas? Oleh Tim Pembawa Pesan Kesehatan Jika perlengkapan puskesmas kurang memadai untuk pelayanan kesehatan khusus bagi remaja, kita akan merasa penasaran bagaimana caranya petugas kesehatan mengatasi masalah remaja tersebut selama konsultasi. Untuk mendapatkan sedikit gambaran mengenai hal ini, tim Pembawa Pesan Kesehatan (P2K) mewawancarai seorang dokter di salah satu puskesmas di kabupaten Pidie Propinsi  Nangroe Aceh Darussalam.  Pembawa Pesan Kesehatan (P2K): Kegiatan apa saja yang biasanya anda lakukan di puskesmas ini sehari-hari? Dokter: Saya sudah berada di sini kira-kira selama 7 bulan. Saya merupakan kepala puskesmas ini, jadi tugas utama saya adalah menjalankan dan mengatur kegiatankegiatan umum. Kemudian sebagai seorang dokter, saya juga memberikan pelayanan medis (konsultasi/ pengobatan). P2K: Apakah remaja sering datang kemari untuk berobat? Dokter: Iya, para remaja sudah terbiasa datang kemari tapi sebenar­ nya jumlah kunjungannya tidak begitu banyak. Kira-kira hanya 1 sampai 2 orang per minggu. “Kita tidak memiliki standar khusus untuk remaja.” P2K: Apakah puskesmas yang Anda pimpin ini punya layanan khusus untuk remaja? (seperti ruangan khusus, manajemen, ataupun metodologi?) Dokter: Tidak ada perbedaan dalam prosedur dan resep kita (obat-obatan) jika kita memeriksa seseorang baik dewasa maupun remaja, karena mereka digolongkan ke dalam kategori kelompok umur yang sama (kategori lainnya adalah bayi dan balita). Jadi kita tidak punya standar khusus untuk remaja. P2K: Apakah hal itu berarti tidak ada Program Pelatihan Khusus untuk menangani masalah remaja? Dokter: Ya, tidak ada. Kendati demikian puskesmas mempunyai beberapa program yang berhubung­ an dengan masalah remaja, se­perti program HIV, program mental dan lain-lain. P2K: Apakah itu berarti bahwa kita bisa menganggap masalah remaja dan masalah dewasa itu sama? Dokter: Tentu saja tidak. Remaja bukanlah orang dewasa. Sebagian besar dari mereka tidak bisa secara gamblang menyampaikan masalahnya, atau terkadang mereka menyembunyikan hal-hal sensitif. Dalam hal ini, saya menggunakan metode saya tersendiri. P2K: Bisakah anda menjelaskan lebih banyak lagi mengenai metode pribadi anda ini? Dokter: Untuk mengetahui maKESEHATAN REMAJA salah yang betul-betul mendasar, saya coba menggunakan anamnesis yang lebih mendalam, memberikan beberapa pertanyaan menyangkut pribadi kepada remaja tersebut, yang merupakan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan ke­luarga, kenalan,masalah sekolah dan masalah keuangan. “Saya menggunakan metode saya sendiri [...] untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi”. P2K: Bagaimana dengan kolega (staff) anda, apakah me­reka juga menggunakan skrining pri­ badi? Dokter: Tidak, karena mereka tidak tahu bagaimana caranya. Terdapat kekurangan pelatihan formal mengenai konsultasi semacam ini. Oleh karena itu petugas kesehatan harus belajar sendiri sedikit demi sedikit, dan meningkatkan kesadaran mereka tentang betapa pen­tingnya skrining tersebut. Hal ini sama pen­ tingnya untuk petugas kesehatan mental (contohnya pada bulan ini kita sudah memberi tahu kepada perawat kesehatan mental untuk mempelajari lebih banyak lagi me­ ngenai metodologi ini).  PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 IN OUR COUNTRY / ADOLESCENTS’ HEALTH IN OUR COUNTRY HM: Does it imply that there is no specific training program focusing­ on adolescence? Doctor: There is no special training.­ However, the puskesmas usually runs some programs linked with ado­ lescence problems, like HIV program, mental program etc. HM: Does it imply that we should consider adolescents’ problems as the same as adults’ ones? Doctor: Of course not. Teenagers are not adults yet. Most of them can not properly describe their problems, or sometimes they hide the sensitive point. In that case, I use my own specific methodology. HM: Could you explain more about this “personal” methodo­ logy? Doctor: In order to find out what the crucial problem is, I try to conduct deep anamneses, asking many personal questions to the adolescent, as those linked with family conditions, relationships, school problems, financial problems. “I use my own methodology […] asking many personal questions.” HM: What about your colleagues,­ do they also use a personal screening?­ ­ Doctor: No they don’t, because they don’t have any idea on how to proceed. There is a lack of formalized trainings about these kinds of consultations. Therefore health workers have to learn by themselves step by step, and increase their awareness about the importance of these screenings. It’s much as important as for mental health workers (for example this month we’ve told our health mental nurse to learn more about this methodology). Anyway, I think that in the future an appropriate training for every health worker should be organized in order to harmonize health workers’ practices and knowledge. HM: Regarding your expe­ rience, what are adolescents’ main diseases?­ Doctor: We diagnose common diseases like infections, but some of ado­ ­ lescents also have psychosomatic pro­ blems. There are many factors that can affect adolescents’ health, depending­ on education, religion, family, environment, nutrition, life style and so on. HM: You mentioned psychosomatic problems. What is the main adolescent’s problem in this field? Doctor: Most of adolescents’ pro­ blems are linked with family. We often meet adolescents who have large families including many sisters and brothers.­ If they are the oldest ones, it means that they have to take care of the ­ others. Thus, they don’t have the opportunity to enjoy their life and develop their own world, they feel like alienated. Then psychosomatic problems can appear. These problems should be diagnosed in consultations. “Most of adolescents’ problems are linked with the family […] It’s always very difficult to identify what the real (hidden) problem is.” HM: Do adolescents usually come with their parents, or do they come alone? Doctor: Many of them come alone. Should parents be there or not, it’s always very difficult to interview them and identify what the real (hidden) problem is. Many of them just show isolated signs like headache, or they face difficulties to fall asleep, or they feel dizzy… HM: Do you sometimes ask parents to leave the room? ­ Doctor: Yes, if necessary, if I suspect that there is a significant and confidential problem. HM: Are there differences ­ during examinations between girls and boys? ­ Doctor: Yes, there are! Consultations with girls are more difficult. We must be very empathetic to make sure that they tell us the truth. HM: How do you “treat” ado­ lescents’ problems? Doctor: As I explained above, we treat them like adult persons. But for their psychological problem we can suggest them to refer to our mental ser­ vice program. HM: Do you think health centers should set up special units for adolescents like mother and child unit, or child unit? Doctor: There is no reason to implement special units for the moment because the current system follows medical school system: doctors are used to study in medical schools where pedia­ tric, adult and geriatric units are only re­ cognized. We can, indeed, learn about adolescents’ problems, but from other lessons like mental health, infectious diseases etc. And when I was previously­ working in a hospital (from the same district), there was no adolescent unit. That’s why for the moment we have to deal with this system, and it works. We just have to pay attention when we meet patients between the ages of 15 and 20 years old. We should keep in mind that they are adolescents, and that they need deep attention and care… “Every health worker should know that adolescents are fragile. He/she has just […] to try to listen carefully and understand them”. HM: Any more suggestion regarding­ this issue? Doctor: Every health worker should know that adolescents are fragile. Most of them need special support and care from all components of their life: parents, teacher and community. Otherwise it will lead to behavior problems. Regarding health workers, the best way to handle adolescents’ problems is just to try to listen to them carefully and understand them. So that they will find out how to fulfill their needs. l  HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH DI TANAH AIR KITA / KESEHATAN REMAJA DI TANAH AIR KITA Akan tetapi, menurut saya untuk masa mendatang, pelatihan yang tepat bagi setiap petugas kesehatan akan dirancang untuk menselaraskan praktek dan pengetahuan petugas kesehatan itu sendiri. P2K: Menurut pengalaman anda, apakah penyakit utama remaja? Dokter: Kami menemukan beberapa penyakit biasa, seperti kasus-­kasus infeksi, tetapi sebagian ­ besar mereka mengeluhkan gangguan psikosomatik. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan para remaja, tergantung kepada pendidikan, agama, keluarga, gizi, gaya hidup dan lain-lain. P2K: Tadi anda menyebutkan masalah psikosomatik. Apa saja yang menjadi masalah remaja pada bidang ini? Dokter: Sebagian besar masalah remaja berhubungan de­ngan keluarga. Kami sering me­nemukan remaja yang punya ke­luarga cu­kup besar, termasuk punya ba­nyak saudara baik perempuan maupun saudara laki-laki. Jika mereka adalah anak tertua, berarti mereka harus menjaga saudara­nya yang lain. De­ngan demikian, mereka tidak punya ke­ sempatan untuk menikmati kehidup­ annya dalam dunianya sendiri, mereka merasa seperti diasingkan. Kemudian masalah psikosomatik muncul. Masalah-masalah seperti ini haruslah dapat diagnosa sewaktu konsultasi.  “Sebagian besar masalah ­remaja berhubungan dengan keluarga (...). Tetapi selalu sangat sulit untuk me­ ngetahui masalah sebenarnya (yang tersembunyi).” didampingi orang tua, atau me­ reka datang sendirian? Dokter: Banyak diantara me­reka yang datang sendirian. De­ngan atau tanpa orang tua yang mendampingi, selalu sangat sulit untuk mewawan­ carai para remaja ini dan mencari tahu masalah-masalah yang sebenar­nya (yang tersembunyi). Banyak dari me­reka yang hanya memperlihatkan masalah dengan  tanda-tanda tersendiri seperti sakit kepala, atau kesulitan untuk bisa tidur, atau pe­ rasaan pusing. P2K: Apakah terkadang anda meminta si orang tua untuk keluar ruangan? Dokter: Iya, jika saya merasa hal ini perlu, yaitu jika saya memperkirakan ada masalah yang signifikan dan bersifat sangat rahasia. P2K: Apakah terdapat perbedaan selama mengadakan peme­ riksaan antara remaja perempuan dan laki-laki? Dokter: Iya betul. Konsultasi de­ ngan remaja putri lebih sulit. Kita harus bisa menunjukkan rasa empati agar bisa mendapatkan keterangan dari permasalahan sebenarnya. P2K: Bagaimana cara anda “mengobati” masalah remaja? Dokter: Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, jadi kita mengobati mereka seperti mengobati orang dewasa. Akan tetapi untuk masalah psikologisnya kita bisa menyaran­ kan mereka untuk merujuk ke bagian program layanan kesehatan mental kita. P2K: Apakah menurut anda pusat-pusat kesehatan harus membuat unit-unit khusus untuk remaja seperti unti KIA, atau unit Anak? Dokter: Tidak ada alasan untuk mengimplementasikan unti khusus untuk saat ini, karena sistem yang ada mengikuti aturan yang sedang berlaku. Di sekolah kesehatan (Universitas Kedokteran): para dokter bia­ sa belajar pada sekolah kesehatan dimana hanya dikenal unit pediatrik, dewasa dan geria­tric. Memang kita bisa mempelajari masalah remaja, tapi dari pelajaran yang berbeda seperti kesehatan mental, penyakit infeksi dan lain-lain. Dan ketika saya dulu bekerja di sebuah Rumah Sakit (dalam Kabupaten yang sama), tidak ada unit khusus untuk remaja. Oleh karena itu untuk sementara kita harus mengikuti sistem ini, dan nyata­ nya berhasil. Kita hanya harus memperhatikan dengan seksama jika ada pasien umur antara 15 dan 20 tahun. Kita harus mengingat bahwa mereka adalah remaja, dan mereka membutuhkan perhatian dan kepedulian yang lebih mendalam. “Setiap pekerja kesehatan seharusnya mengetahui bahwa remaja itu rapuh. Dia harus [...] berusaha untuk bisa mendengarkan dengan seksama dan mengerti mereka”. P2K: Apakah anda mempunyai saran yang lain mengenai wacana ini? Dokter: Setiap pekerja kesehatan­ harus menyadari bahwa remaja itu rapuh. Sebagian besar mereka membutuhkan dukungan dan perhatian lebih dari semua komponen di sekitarnya seperti orang tua, guru dan juga masyarakat. Jika tidak, akan mengakibatkan masalah-­masalah prilaku. Me­ngenai petugas kesehatan, cara terbaik untuk mena­ngani masalah remaja adalah de­ngan cara berusaha mendengarkan de­ngan seksama dan mengerti me­reka. Lalu mereka akan me­nemukan cara bagaimana memenuhi kebutuhan­-­kebutuhannya. l P2K: Apakah biasanya para remaja tersebut datang dengan KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05  PUBLIC HEALTH / AFHS PROGRAM PUBLIC HEALTH A better access to services: the concept of “Adolescent Friendly Health Services” (AFHS) By Health Messenger team With the contribution of Dr Enny Setiasih (World Health Organization - WHO - Jakarta) Adolescents have a low access to appropriate counseling and care services. The concept of “adolescent friendly health services” has been developed to identify adolescents’ needs and responses that can be given to this group in terms of services or equipment in health facilities. It has now started to be implemented in countries like Indonesia, gradually in Aceh province. In many countries surveys ­ eveal that: r • Adolescents lack knowledge about what services are available and how to access them. • The services are not easily rea­ chable (far from their home), or, if they are, it is expensive. • They will not use unfriendly services, or those with poorly trained staff. • They will not use services that don’t give a high priority to confidentiality. Based on this situation, the concept of “Adolescent Friendly Health Services” (AFHS) emerged, after series of regional consultations organized by WHO to prepare the agency (WHO) global consultation on adolescent friendly health services which took place in Geneva in 2001. The AFHS program requires the following characteristics: 1) Adolescents-friendly policies that: • take into account the special needs of vulnerable groups, do not restrict the provision of health services based on gender, dis­ability, ethnic origin, religion or age,  HEALTH MESSENGER N° 05 • pay a special attention to gender factors, • guarantee privacy and confidentiality, and promote autonomy so that adolescents can consent to their own treatment and care, • ensure that services are either­ free or affordable by ado­ lescents. 2) Adolescent-friendly procedures that facilitate: • confidential registration of patients, • short waiting times and, when necessary, swift referral, • consultations with or without appointments. 3) Adolescent-friendly healthcare providers who: • are technically competent in ado­lescent-specific ­ problems and provide care relevant to each client’s maturation and social circumstances, • have good interpersonal and communication skills, • are motivated, • are non-judgmental and con­ siderate, • treat all clients with equal care and respect, • provide information and support to encourage each adolescent to make his/her own choices for his/her unique needs. 4) Adolescent-friendly health facilities that: • provide a safe environment at a convenient location in an appealing ambiance, • have convenient working hours, • offer privacy, • provide information, education and communication (IEC) materials. 5) Adolescents’ involvement, so that they are: • well-informed about their rights and the offered services, • encouraged to respect the rights of others, • involved in the services asses­s­ ment and provision. 6) Community’s involvement and dialogue, to: • promote the value of health services, • encourage parental support, • encourage peer-to-peer services­ in order to increase coverage and accessibility. 7) Appropriate and comprehensive services that: • address adolescents’ phy­sical ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN PUBLIK / PROGRAM PKRR Akses yang lebih baik untuk mendapatkan pelayanan: merupa­kan konsep “Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR)” Oleh Tim P2K Melalui kontribusi dr. Enny Setiasih (World Health Organization - WHO - Jakarta) KESEHATAN PUBLIK Para remaja mempunyai akses yang rendah atau bahkan tidak punya akses mendapatkan konseling dan kepedulian yang benar. Konsep “layanan kesehatan ramah remaja” sudah dikembangkan untuk mengidentifikasikan kebutuhan remaja dan respons apa saja yang bisa diberikan untuk pelayanan atau peralatan pada sarana kesehatan. Sekarang hal tersebut sudah mulai diimplementasikan di beberapa negara seperti Indonesia, kemudian secara bertahap akan diimplementasikan untuk provinsi Aceh. Survey di beberapa negara menyatakan bahwa: • Para remaja kekurangan pe­ ngetahuan tentang layanan apa saja yang tersedia dan bagaimana memperolehnya. • Layanan tersebut tidak mudah dijangkau (jauh dari rumah), atau jika la­yanan tersebut mahal. ­ • Mereka tidak akan menggunakan layanan yang tidak bersahabat, atau jika layanan kekurangan tenaga terlatih. • Mereka tidak akan mengguna­ kan layanan yang tidak memberikan prioritas tinggi dalam hal ke-rahasia-an. Berdasarkan situasi ini, maka konsep “Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja” dimunculkan. Ada beberapa rentetan konsultasi regional yang dibuat oleh WHO untuk mempersiapkan Konsultasi Global WHO pada layanan kesehatan ramah remaja yang diadakan di Jenewa pada tahun 2001. PKRR membutuhkan karakteristik sebagai berikut : 1) Kebijakan ramah remaja ­ aitu: y • memperhatikan kebutuhan khusus dari kelompok rentan, jangan membatasi keadaan la­ yanan kesehatan­ berdasarkan gender, ketidakmampuan, suku bangsa, agama atau umur. • perhatian khusus untuk faktor gender. • jamin ke-privasi-an dan kerahasia-an, dan promosikan ­ kebebasan sehingga remaja bisa konsentrasi kepada pe­ ngobatan dan perawatannya sendiri. • yakinkan mereka bahwa semua layanan apakah itu gratis atau terjangkau oleh remaja. KESEHATAN REMAJA 2) Prosedur Ramah remaja memfasilitasi: • registrasi pasien yang rahasia. • antrian tunggu yang singkat dan jika perlu rujukan gerak cepat. • konsultasi dengan atau tanpa jadwal antrian tunggu ­ 3) Siapa saja penyedia layanan kesehatan ramah remaja: • mereka adalah teknisi yang berkompetensi dalam bidang khusus masalah remaja, dan memberikan layanan yang se­ suai dengan tingkat kedewasaan dan keadaan sosial setiap klien, • mempunyai kemampuan antarperseorangan dan kemampuan komunikasi, • mempunyai motivasi, • tidak bersifat menghakimi dan penuh pertimbangan, • memperlakukan semua klien de­ngan perhatian dan penghargaan yang sama, • memberikan informasi dan du PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 PUBLIC HEALTH / AFHS PROGRAM PUBLIC HEALTH and psychological needs, provide and extend a comprehensive package of health care and referral activities to other relevant services. 8) Effective health services for adolescents that: • are guided by evidence­-based protocols and guidelines, • have proper equipment and supplies to deliver essential care package, • can improve the quality of staff’s work. • THE ROLE OF PEER COUNSELORS Several surveys highlighted the fact that instead of asking adults, adolescents are first looking for their friends when needing advices. For this reason, health authorities (MoH, PHO and DHO) from NAD province developed “a peer approach”. The objective is to train ado­ lescents from high schools on health issues. It also includes counseling­ methods­ that will allow them to become “facilitators”. Then, they will be able to inform their friends regarding the available health services and associated rights. This system should help to increase the health services coverage in terms of information, counseling and referrals. The “Adolescent Friendly Health Services”(AFHS) in Indonesia and NAD province By Provincial Health Office (PHO) – sub-department “Family Health and Nutrition” and Health Messenger team With the contribution of Dr Enny Setiasih (World Health Organization - WHO - Jakarta) The AFHS program in Indonesia - The AFHS program started in 2003 in Indonesia, and gradually covered 16 provinces (out of 33), including 420 health centers (out of 2680). Up to now, only 3 hospitals have trained their staffs based on the AFHS program. The aim of the program is to provide quality services to adolescents in health centers, but also in schools, streets, workplaces. Some NGOs already have implemented the AFHS (e.g Perkumpul­ an Keluarga Berencana Indonesia/ PKBI, Yayasan Pelita Ilmu/YPI), but such initiative remains limited (in the country). - Counseling, IEC and medical care are essentials for health centers performing the AFHS program, but other activities such as peer counselor training (see above), LSE (“life skills-based education”- a developmental approach to help the youth to deal with their daily problems and risky situations) are optional, depending on the available human resources, local needs and priorities. 10 HEALTH MESSENGER N° 05 The “Adolescents Care Health Services” (ACHS) program in NAD province For many adolescents in NAD, especially for those who have experienced the tsunami disaster and/or suffered from armed conflicts, Adolescents Friendly Health Services are strongly needed. Puskemas should be on the front line Considering both adolescents’ problems and needs, and the fact that puskesmas are on the front line for providing services to communities, there is no doubt that health centers should provide proper and efficient services to adolescents. In order to be able to do so, trained health workers­ are the keys of success, as well as special rooms for consultations. Four provinces involved in Adolescents Care Health Services (ACHS) program The Adolescent Care Health Services (ACHS) is one of the strategies developed to improve the quality of health services provided for ado­ lescents in NAD province. The ACHS have been adapted from the Adolescent Friendly Health Service (AFHS) (explained above). This program is supported by the Mi­ nistry of Health and UNFPA, with the technical assistance of WHO. It also involves other sectors of NAD province such as social, religious or education departments. In 2005, NAD province started the implementation of the AFHS program in 4 districts (Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya and Aceh Barat) through two puskemas per district. On the same year, trained health managers and staff were able to start providing the AFHS services in Medan. Each district developed models of the AFHS in one or two health centers. The ACHS program focuses on preventive, curative and rehabilitative efforts. In the frame of the AFHS, puskesmas are offering­ other activities such as awareness sessions in schools, consultations with adolescents, coun­ seling services, supply of mate­ rials and other primary health care ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN PUBLIK / PROGRAM PKRR kungan untuk merangsang setiap remaja membuat pilihannya sendiri dalam pemenuhan kebutuhannya yang unik. 4) Sarana kesehatan ramah remaja yaitu: • menyediakan lingkungan yang aman pada lokasi yang nyaman, • mempunyai waktu/ jam kerja yang nyaman, • menawarkan ke-privasi-an, • menyediakan informasi dan materi yang mendidik (IEC). 5) Dengan adanya keterlibatan remaja, maka mereka: • mendapat informasi yang tepat tentang layanan dan hak-hak mereka, • terangsang untuk menghargai hak-hak orang lain, • terlibat dalam assessment pela­ yanan dan ketentuannya. 6) Keterlibatan dan dialog masyarakat untuk: • mempromosikan nilai daripada layanan kesehatan, menimbulkan dukungan dari orang tua. • menumbuhkan layanan sesama sebaya untuk meningkatkan luasnya daerah jangkauan dan kemudahan akses. 7) Layanan yang baik dan komprehensif adalah: • memperhatikan kebutuhan fisik dan psikologis setiap remaja, • menyediakan dan memperluas paket layanan kesehatan dan rujukan yang komprehensif kepada layanan yang relevan, 8) Layanan kesehatan yang efektif untuk remaja: • dipandu oleh protokol dan panduan fakta yang ada, • mempunyai peralatan dan persediaan yang memadai untuk melahirkan paket layanan yang esensial, • bisa meningkatkan mutu para pekerja kesehatan. • PERANAN KONSELOR SEBAYA Beberapa survey menunjukkan bahwa remaja cenderung meminta saran kepada teman sebaya daripada bertanya kepada orang dewasa. Karena alas­an tersebut, pejabat kesehatan (Menteri Kesehatan, DINKES propinsi dan DINKES kabupaten) propinsi NAD mengembangkan sebuah pendekatan “teman sebaya”. Tujuannya adalah memberikan pelatihan kepada remaja SMA me­ngenai wacana ke­sehatan. Termasuk juga metode konse­ling yang merupakan dasar bagi me­ reka untuk menjadi “fasilitator”. Kemudian mereka bisa memberikan penjelas­an kepada temantemannya tentang pela­yanan yang tersedia dan hak-hak mereka yang berkaitan dengan pelayanan ini. Sistem ini diharapkan bisa meningkatkan jangkauan layanan kesehatan dalam hal informasi, konseling dan rujukan. KESEHATAN PUBLIK “Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR)” di Indonesia dan NAD Oleh Dinas Kesehatan Propinsi - sub-dinas “Kesehatan Keluarga dan Gizi” dan Tim P2K Melalui kontribusi dr. Enny Setiasih (World Health Organization - WHO - Jakarta) Program PKRR di Indonesia - Program PKRR dimulai di Indonesia pada tahun 2003, secara bertahap menjangkau 16 propinsi (dari 33 propinsi), termasuk 420 pusat kesehatan (dari 2680). Sampai sekarang, hanya ada 3 buah rumah sakit yang sudah memberikan training PKRR kepada stafnya. Tujuan dari program ini adalah untuk menyediakan pelayanan yang berkualitas untuk remaja pada pusatpusat ke­sehatan sekolah, jalan­ ­ an dan tempat kerja. Beberapa NGO/ LSM sudah melaksanakan program PKRR ini (misalnya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia/ PKBI, Yayasan Pelita Ilmu/ YPI), akan tetapi dengan jangkauan yang terbatas. - Konseling, IEC dan perawatan medis adalah sangat penting bagi pusat-pusat kesehatan untuk melaksanakan program PKRR tersebut, akan tetapi kegiatan lain mis: trai­ning konselor-sebaya, LSE (Pendidikan dasar keterampilan hidup, sebuah pendekatan pengembangan yang mengarah kepada bantuan bagi remaja untuk mempelajari bagaimana menghadapi berbagai kesulitan pada kehidupan sehari-hari dan situasi beresiko) adalah pilihan lain tergantung kepada sumber daya manusia, kebutuhan dan prioritas lokal. KESEHATAN REMAJA “Pelayanan Kesehatan Peduli­ Remaja (PKPR)” di Propinsi NAD Bagi sebagian remaja di NAD, terutama bagi yang sudah me­ ngalami kejadian tsunami dan/ atau yang pernah berada di te­ngah-tengah konflik bersenjata, ­ program AFHS ini benar-benar sangat dibutuhkan. Puskesmas harus menjadi lini-terdepan Mengingat kebutuhan dan masalah remaja, dan fakta yang ada bahwa puskesmas berada di lini terdepan untuk penyediaan la­ yanan kepada masyarakat, tidak ada keraguan bahwa pusat-pusat 11 PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 PUBLIC HEALTH / AFHS PROGRAM ser­vices. This program now introduces more information through direct and oral speeches, including­ “asking­-­replying” sessions with puskesmas’ staffs who are acting as facilitators. Cases reported by puskesmas implementing the ACHS program are: menstruation disorders (38, 4%), nutrition problems linked with anemia (20, 3%), difficulties in learning, (19, 7%), (dental problems (18, 6%), tobacco use (1, 8%), psychological disorders ­­ (0, 7%) and weight problems ­ (0, 5%). Adolescents usually come from high or junior high schools and/or are advised by peers or reproductive health counselors. It should be noted that a survey about the role of social and ­family in implementing the ACHS program will be soon carried out. Unfortunately, the criteria of ACHS have not been fully achieved, due to the limitation of resources. As other “Adolescents Friendly Health Centers” in other provinces, the health services were developed on a step by step basis. Problem identified in puskesmas are linked with: - A lack of space that guarantees privacy: Most of puskesmas have no specific/separated counseling rooms. Most of the time, counseling is conducted in the doctor’s private room, or in other rooms used for mother and child consultations. - The health facility working hours: * It doesn’t fit to adolescents’ needs who are attending school or are busy with other activities * It is opened one day or a few days per week - The offered services: There are only a few cases connected with adolescents’ repro­ ductive health. - Health workers specific qualifications : * Not all health workers have attended ACHS trainings. ­ * They don’t have enough counseling skills. Targeting female adolescents In 2004 the government colla­ borated with PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga - Family Welfare Empowerment Organization) in organizing in Banda Aceh and Aceh Besar awareness sessions in high schools, focusing on both adolescents’ reproductive health and Napza problems. Other welcomed initiatives are managed by NGOs to provide informations on adolescents’ reproductive health through distributions of leaflets, posters, and information through local television. PHO also contributes to the empowerment of teachers’ know­ ledge regarding adolescents’ reproductive health issues through workshops and by strengthening adolescents’ reproductive health services in primary health care facilities. l PUBLIC HEALTH Skema implementasi Program PKPR Puskesmas Dalam Gedung Standar minimum • Komunikasi, Informasi dan edukasi • Konseling • Layanan Medis • Rujukan • Layanan lainnya Puskesmas Puskesmas PKPR Partnership Jaringan dan Lintas-sektor 1. Melalui • Identifikasi Kesehatan • Pemeriksaan berkala • Konseling 2. Pusling • Konseling 3. Melalui non sarana kesehat­ an pada kelompok remaja • • • • Kajian sederhana TIM : puskesmas, kabupaten SDM: Pusat dan Provinsi Sarana Luar Gedung Source: PHO / Dinkes Prop. 12 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN PUBLIK / PROGRAM PKRR kesehatan seharusnya menyediakan layanan yang tepat dan efisien kepada remaja. Agar bisa melaksanakan hal tersebut, petugas kesehatan terlatih merupa­ kan kunci keberhasilannya, se­ perti halnya pentingnya ruangan khusus untuk konsultasi. Empat propinsi terlibat dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah merupa­ kan salah satu strategi yang dikembangkan untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan untuk remaja di propinsi NAD. PKPR di NAD telah diadaptasi dari PKRR (seperti dijelaskan di atas). Program ini didukung oleh Menteri Kesehatan dan UNFPA, dengan bantuan teknis oleh WHO. Juga melibatkan sektor-sektor lain di Propinsi NAD seperti Dinas Sosial, Departemen Agama dan Departemen Pendidikan. Sejak tahun 2005, propinsi NAD telah memulai program PKRR pada 4 kabupaten (Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya dan Aceh Barat) melalui 2 puskesmas per Kabupaten. Pengelola ke­ sehatan dan berbagai penyedia la­yanan kesehatan sudah dilatih terlebih dahulu untuk menyediakan layanan PKRR di Medan pada tahun yang sama. Kemudian masing-masing Kabupaten mengembangkan model PKRR pada 1 atau 2 pusatpusat kesehatan. Program PKPR ­ difokuskan pada masalah usaha pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi di puskesmas. Ke­ giatan lain dalam bingkai PKRR adalah: sesi penyuluhan di sekolah, konsultasi dengan remaja, layanan konseling, penyediaan materi, dan berbagai layanan kesehatan dasar lainnya. Sekarang program ini lebih banyak berge­ rak untuk penyediaan informasi melalui orasi langsung, sesi ­­tanyajawab dengan staf puskesmas yang berperan sebagai fasilitator. Kasus yang dilaporkan oleh puskesmas yang melaksanakan program PKPR adalah: gangguan haid (38,4%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), masalah gigi (18,6%), merokok (1,8%), gangguan psikologis (0,7%) dan masalah kegemukan (0,5%). Para remaja biasanya dari murid SMA atau SMP dan/ atau remaja yang dianjurkan oleh konselorsebaya atau konselor kesehatan reproduksi. Harus dicatat bahwa survey tentang peranan lingkungan sosial dan peranan keluarga dalam pelaksanaan program PKPR akan dilaksanakan untuk masa mendatang. Sayangnya, kriteria PKRR belum terpenuhi secara maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan sumber dayanya. Seperti “Pusat Kesehatan Ramah Remaja” di berbagai propinsi lain, pelayanan kesehatan untuk remaja telah berkembang tahap demi tahap. Masalah yang dijumpai di puskesmas adalah: - Ruangan: Sebagian besar puskesmas tidak mempunyai ruangan khusus untuk konseling. Seringkali konse­ ling dilaksanakan di ruangan pri­ badi dokter, atau ruangan lain yang biasanya digunakan untuk kon­ sultasi Ibu dan Anak. - Waktu Pelayanan: *Tidak sesuai dengan kebutuhan remaja *Dibuka sehari atau beberapa hari perminggu - Pelayanan yang ditawarkan: Hanya ada sedikit kasus yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja - Kualifikasi khusus Petugas Kesehatan: *Tidak semua petugas kesehatan­ KESEHATAN REMAJA yang mengikuti training PKPR *Tidak mempunyai keahlian konseling yang memadai Remaja perempuan merupa­ kan sasaran Pada tahun 2004 pemerintah bekerjasama dengan PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) melaksanakan sesi penyuluh­ an di SMA untuk daerah Banda Aceh dan Aceh Besar, dengan topik kesehatan reproduksi remaja­ dan Napza. Remaja perempuan merupakan kelompok “sasaran”, karena mereka tergolong kelompok yang sangat rentan. Prakarsa bijak lainnya diatur oleh beberapa LSM untuk menyediakan informasi tentang kesehatan remaja melalui pendistribusian selebaran, poster-poster, dan juga berbagai informasi melalui siaran televisi lokal. DINKES propinsi juga memberikan kontribusi untuk peningkatan pengetahuan guru-guru mengenai wacana kesehatan reproduksi remaja melalui semi­ nar-seminar dan dengan pe­ nguatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja pada saranasarana pelayanan kesehatan ­ dasar seperti di ­pus­kesmas. l PENTING UNTUK DIINGAT Untuk menyediakan lingkungan yang mendukung, kebijakan dan kegiatan seharusnya: • Meningkatkan mutu ke­ tersediaan pelayanan ke­ sehatan remaja • Menguatkan kerjasama antar institusi, organisasi internasional dan LSM • Menguatkan partisipasi keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan ke­ sehatan remaja • Memastikan adanya partisipasi aktif para remaja untuk pelaksanaan program ini KESEHATAN PUBLIK 13 PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 GENERAL HEALTH / BODY DEVELOPMENT How does the adolescent’s body develop? By Health Messenger team, Rika Setiawati (AMI) and National Family Planning Coordination Board (BKKBN) GENERAL HEALTH During adolescence, the body goes through the maturation process. For female adolescents, the signs are the first menstruation or breasts develop­ ment. For male adolescents, signs are changes in the voice tone, muscles development and “wet” dreams. In addition, reproductive organs, both outer and inner, will develop in a different way. These physical changes will stop when reaching around 20 years old. What are the physical changes experienced by girls? “- Oh, look, my breasts become bigger, I also get pimples, and in ‘that area’, I see body hair appearing!” When reaching the adolescence stage, some of the hormones/essences of the body (especially estrogen and progesterone hormones)­ are becoming active. At this particular moment, the body will start to experience some changes which mainly are: • Skin and hair are starting to be greasy • Pimples are appearing on the face • Sweat is more important • Arms and legs become longer • Hands and legs become bigger • Bones of the face become developed, so that the girl doesn’t look like a child anymore • Breasts are growing • Bottom becomes bigger • Hips become wider and wider • Vagina starts to produce some liquid • Body hair appears around the armpit and vagina • Ovary becomes bigger • Menstruation occur 14 HEALTH MESSENGER N° 05 The main physical changes for a girl are: breasts development and first menstruation. What is menstruation? When and how does it occur? - “Oh Mama, I am bleeding. I am scared Mama, what is this?” - “That’s ok, no problem. It is what we call menstruation; it means that you are starting to be adult.” Menstruation is part of the mens­ trual cycle. In the first phase of the cycle, the lining of the uterus (or endometrium) undergoes rapid proliferation of cells in preparation for pregnancy. Then, through the cycle an ovum (egg) is released from an ovary. If, while passing through the fallopian tube, the ovum is not fertilized by a sperm, this tissue and blood are shed. This discharge is called menstruation, which occurs about every 28 days. The process continues monthly until pregnancy occurs or ovulation ceases at menopause. Nowadays, a girl can be early menstruated at the age of 9-10 years old, but it should normally happen GOOD TO REMEMBER when reaching 12 years old. Female adolescents need to pay attention on hygiene during their periods lasting for about 4-7 days per month, by often changing the protection, at least 3 times a day. During menstruation, but also before and after them, some girls can feel unstable, uncomfortable or have pain below the navel. They can be easily tired during this time. Those signs are quite common among women and are normal. Menstruation is experienced by every girl. Its means that she becomes a woman (she can give birth to a child). What are woman’s reproductive organs? The outer organ is what we call “vulva”. It’s a pair of soft genital labia, with an outer and an inner one. Then there is a clitoris, a hole of urinary duct and a hole of vagina duct. This reproductive organ is a bit hidden because of its position between the upper thighs. The functions of the vagina are linked­ with the coitus and giving birth. GOOD TO REMEMBER ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / PERKEMBANGAN TUBUH Bagaimana tubuh remaja berkembang? Oleh Tim P2K, Rika Setiawati (AMI) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Selama masa remaja, tubuh mengalami proses pendewasaan. Bagi remaja putri, tanda-tandanya adalah haid pertama atau pertumbuhan payudara. Bagi remaja putra, tandanya adalah perubahan suara, pertumbuhan otot dan mimpi “basah”. Selain itu, perubahan juga terjadi pada organ reproduksi, baik organ luar maupun organ dalam, akan berkembang dengan cara yang berbeda. Perubahan fisik ini akan berhenti ketika mencapai umur sekitar 20 tahun. Perubahan fisik apa saja yang dialami oleh remaja putri? “- Oh, payudaraku makin membesar, aku juga mulai jerawatan, dan ada pertumbuhan bulu di daerah tertentu!” Pada saat mencapai tingkatan remaja, beberapa hormon/ zat-zat dalam tubuh – terutama hormon estrogen dan progesteron – menjadi aktif. Pada saat tersebut, tubuh akan mulai mengalami perubahan, secara garis besar yaitu: • Kulit dan rambut mulai ber­ minyak • Tumbuhnya jerawat di wajah • Keringat yang bertambah banyak • Lengan dan kaki bertambah panjang ­ • Tangan dan kaki bertambah besar ­ • Pertumbuhan pada tulang pipi, sehingga remaja perempuan tidak nampak seperti anak-anak lagi • Buah dada/ payudara membesar • Bokong semakin membesar • Pinggul semakin lebar • Vagina mulai memproduksi cairan ­ • Tumbuhnya bulu pada daerah ketiak dan pubis • Ovarium semakin membesar • Terjadinya haid Apakah haid itu? Kapan dan bagaimana munculnya? - “Aduh Mak, aku berdarah. Aku takut Mak, apa ini?” - “Udah, nggak apa-apa. Itu namanya haid; artinya kamu sudah mulai beranjak dewasa”. nya kehamil­an atau pada saat ber­ akhirnya proses ovulasi pada masa menopause. Belakangan ini, seorang gadis bisa mengalami proses menstruasi lebih awal pada usia 9-10 tahun, tetapi normalnya terjadi pada saat usia 12 tahun. Remaja perempuan perlu memperhatikan masalah kebersihan selama periode ini yang lamanya 4-7 hari perbulan, dengan sering mengganti pembalut, sekurang-kurangnya 3 kali sehari. Selama haid, juga sebelum dan sesudahnya, pada beberapa gadis muncul perasaan tidak stabil dari segi emosionalnya, dan juga pe­ rasaan tidak nyaman atau sakit di bagian bawah pusat. Selama waktu ini, mereka bisa gampang capek. Tanda-tanda tersebut sangat biasa dijumpai diantara para perempuan dan hal itu adalah normal. KESEHATAN UMUM Perubahan fisik utama pada gadis adalah: perkembangan payudara dan haid pertama. PENTING UNTUK DIINGAT Menstruasi adalah bagian dari siklus haid. Pada fase pertama siklus ini, dinding rahim (atau endomentrium) mengalami perkembangan sel yang pesat yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Kemudian, dengan siklus tertentu sebuah sel telur (ovum) dilepaskan dari ovarium (indung telur). Jika, ketika dalam perjalanannya melalui tuba fallopi tidak dibuahi oleh sperma, maka jaringan ini, karena tidak berguna lagi, akan dilepaskan dan terjadilah pendarahan. Pelepasan ini disebut menstruasi, yang terjadi kira-kira setiap 28 hari. Proses ini terjadi setiap bulan sampai terjadiKESEHATAN REMAJA Haid atau menstruasi dialami oleh semua gadis. Yang artinya dia menjadi seorang perempuan (yang bisa melahirkan anak) PENTING UNTUK DIINGAT PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 15 GENERAL HEALTH / BODY DEVELOPMENT Female anatomy (Source: Dr. Nugroho) pit and around pubis Other changes are including the fact that the body starts to produce sperm. What are men’s reproductive organs? ­ The outer visible reproductive organs are penis and scrotum. These organs are between thighs, they are easier to see than woman’s reproductive organs. Testicles (a pair of) are contained in the scrotum which is made from very soft and wrinkled skin. Penis is made from soft spongy tissue and blood vessels. Urine comes out from man’s body through a small hole in the tip of the penis. When a male baby is born, penis is covered by a kind of outer skin. For hygiene and sanitary reasons, the remaining skin that covers the penis is cut (circumcision) for about 1-1,5 centimeters, so that penis can easily be cleaned. The invisible parts of man’s reproductive organs are testicles, where the sperm is produced. Sperm produces 100-300 millions of spermatozoids every day. What are wet dreams and masturbation? - “Oh, why it is wet?” As mentionned before, male adolescents produce sperm, and every day. Sperm can be drained off through the process of “ejaculation”, i.e. expelling of sperm through the penis. Ejaculation could happen naturally­ (without consciousness) through­ erotic dreams, which are called “ wet dreams” The expelling of sperm can also happen when a male adolescents stimulates his genitals. This activity is called masturbation. Masturbation is touching, instigating and groping the sensitivity of the body. It brings enjoyable feelings achieved by an orgasm and the ejaculation. GENERAL HEALTH The cervic uterus is a kind of entrance to the womb that can be opened­ so that the foetus is able to come out during the delivery process. The womb is made of a strong muscle and is like a wide hole. When empty, the form and the size almost look like a young, fresh avocado. The womb is also an elastic place, where the foetus can grow. The fallopian duct is a duct that will be used by the ovum on its destination from the ovarian to the womb. The size of both fallopian tubes on the two sides of the womb is as big as a grape. The ovum is produced in ovarium. When a female baby is born, there are in her ovarium like 1 – 2 million ovum cells, which will decrease to 300 - 400 thousands when a girl reaches the adolescence stage. What are the physical changes experienced by boys? - “Wow, I am a man now. Just have a look at my muscles, my Adam’s apple and my mustache, and my voice is heavy now.” Testosterone explains the ­ ollowing changes: f • Skin and hair start to be greasy • Pimples are appearing on the face • Sweat is more important • Arms and legs become longer • Hands and legs become bigger The main physical changes for a boy are: the voice tone (heavier), the development of muscles and the occurrence of wet dreams. • • • • • • • • Bones of the face develop, so that the boy doesn’t look like a child anymore Shoulder and chest become bigger and larger Weight and length increase Adam’s apple appears Beard and mustache appear The tone of the voice becomes heavier Penis and testicles develop Body hair appears around the arm- GOOD TO REMEMBER 16 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / PERKEMBANGAN TUBUH Apa sajakah organ reproduksi  wanita? Organ luar terdiri atas area yang dikenal sebagai vulva dengan struktur pembangun sepasang labia (bibir) bagian luar dan dalam yang menutupi klitoris, lubang saluran ken­ cing dan liang peranakan (Vagina). Fungsi vagina adalah untuk seng­ gama (koitus) dan melahirkan. Leher rahim adalah semacam pintu masuk yang bisa terbuka menuju rahim, sehingga janin bisa keluar selama proses persalinan. Rahim terbuat dari otot yang kuat dan nampak seperti lobang yang lebar. Di saat rahim kosong, bentuknya seperti buah alpokat yang muda dan segar. Rahim juga adalah sebuah tempat yang elastis, dimana janin bisa tumbuh. Tuba falopi adalah saluran yang digunakan ovum selama perjalanannya dari ovarium menuju rahim. Ukur­ an kedua tuba fallopi pada kedua sisi rahim adalah sebesar buah anggur. ovum dihasilkan dari ovarium. Ketika seorang anak perempuan lahir, terdapat sekitar 1-2 juta sel ovum pada ovariumnya, yang akan berkurang menjadi 300-400 ribu sel ketika memasuki usia remaja. Apa saja perubahan fisik yang dialami oleh laki-laki? - “Wow, aku benar-benar seorang lelaki sekarang. Coba lihat otot, jakun dan kumisku, serta suaraku sudah besar”. Testosteron menimbulkan perubahan berikut ini: • Kulit dan rambut mulai berminyak • Munculnya jerawat pada wajah • Keringat bertambah banyak • Lengan dan kaki bertambah panjang • Tangan dan kaki bertambah besar • Tulang pipi makin membesar, jadi tidak nampak seperti anakanak lagi • Bahu dan dada bertambah besar dan lebar • Meningkatnya berat dan tinggi badan Munculnya jakun Tumbuhnya jenggot dan kumis Suara menjadi lebih berat Pertumbuhan pada penis dan buah zakar • Timbulnya bulu di daerah ketiak dan pubis Perubahan lainnya termasuk bahwa tubuh mulai menghasilkan sperma. Apa sajakah organ reproduksi laki-laki? Organ luar yang bisa dilihat adalah penis dan skrotum (kantong buah zakar). Organ tersebut berada diantara paha, lebih mudah dilihat daripada organ reproduksi wanita. Skrotum berisi Testis (sepasang) yang terbuat dari kulit yang sangat lembut dan keriput. Penis terbuat dari jaringan yang lembut serta elastis dan dari pembuluh darah. Urine keluar dari tubuh melalui lubang kecil pada ujung penis. Ketika seorang bayi laki-laki lahir, penis ditutupi oleh sejenis kulit luar. Untuk alasan kebersihan dan kesehatan, kulit penutup tersebut dipotong (di­ sunat) sepanjang kira-kira 1-1,5 cm, sehingga penis mudah dibersihkan. • • • • Perubahan utama pada fisik bagi seorang remaja laki-laki adalah: suara (menjadi lebih berat), pertumbuhan otot dan datangnya mimpi basah. PENTING UNTUK DIINGAT Apakah mimpi basah dan masturbasi? - “Aduh, kok basah ya?” Sebagaimana disebutkan di atas, remaja laki-laki menghasilkan sperma tiap hari. Sperma bisa di­ salurkan melalui proses “ejakulasi”, yaitu mengeluarkan sperma dari penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami (di luar kesadaran) melalui mimpi, yang disebut mimpi basah. Pengeluaran sperma pada se­ orang remaja juga bisa terjadi melalui rangsangan pada kelaminnya. Ini disebut masturbasi. Masturbasi adalah menyentuh, meremas dan meraba organ sensitif tubuh. Akan menghadirkan perasaan yang menyenangkan melalui orgasme dan ejakulasi. Masturbasi le­bih sering dilakukan remaja lakilaki, tetapi remaja Male anatomy (Source: Dr. Nugroho) perempuan juga bisa melakukannya. Jika lakilaki masturbasi dengan meraba penisnya, perempuan bisa melakukannya de­ngan menyentuh klitorisnya. Menurut ilmu ke­sehatan, masturbasi tidak mengganggu ke­ sehatan. Namun untuk remaja yang Bagian organ reproduksi yang memiliki pe­rasaan agama yang tak terlihat adalah testis, dimana kuat, dia akan merasa bersalah sperma dihasilkan. Sperma meng- dan pesimis, karena melakukan hasilkan 100-300 juta spermatozoa perbuatan yang dilarang agama setiap harinya. dan etika budaya. KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 KESEHATAN UMUM 17 GENERAL HEALTH / BODY DEVELOPMENT Masturbation is often conducted by male adolescents, but female adolescents can do it as well. If men can have masturbation by groping their penis, women can do it by touching their clitoris. Medically, masturbation will not disturb health. But some adolescents who have strong religious feelings may feel guilty and pessimistic, because of doing something disapproved by religion or cultural ethics. weight or developing weak bones. It will also ensure that adolescents will physically grow to their full potential. Health workers should inform them, as well as their families, about the best nutrition advices to keep them healthy including: - Eating a variety of foods (adolescents are likely to get to many calories intake from fast and junk food!). - Balancing the food they eat with adequate physical activity. ­ - Choosing a diet with plenty of: * Grain products (rice, bread, cereals). They provide vitamins, mine­ rals and fiber. * Vegetables. They provide vitamins including A and C ones and folate, minerals, such as iron or magnesium, and fiber. ­ * Fruits and natural juices. They provide A and C vitamins, as well as potassium. - Choosing a diet: * made of unsaturated fats (that can be found in olive, peanuts), as too much saturated fat (such as dairy products, coconut, oil…) can be danger­ous because of cholesterol.­ Not more than 30 % of the whole nutrition should come from fat pro­ ducts. * moderate in sugars and salt. Canned fruit in heavy syrups and sweetened fruit juice should be avoided! * that provides enough calcium (e.g. milk) and iron to meet the gro­ wing body’s requirements, the deve­ lopment of strong bones in particular. * that provides proteins, including­ B vitamin, iron and zinc (meat, poultry, fish, dry beans, eggs and nuts). Iron is necessary for the development of strong muscles and the production of blood. Meanwhile we should pay attention to adolescents’ food habits. We should tell them (and explain why it is necessary) to avoid buying high calorie desserts or snacks such as snack chips, regular soft drinks or regular ice cream. The importance of physical activity ­ Many factors prevent young people from being regularly physically active: lack of time and motivation, insufficient support and guidance from adults, feelings of embarras­ sment or incompetence, lack of safe facilities, and simple ignorance of the benefits. Regular practice of physical activity helps young people: • to build and maintain healthy bones, muscles and joints, • to control body weight, reducing fat, • to develop efficient function of the heart and lungs, • to develop movement and coordination, • to prevent and control feelings of anxiety and depression. Playing games promote positive social integration and opportunities for self-expression, building selfconfidence, feelings of achievement, social interaction and integration. What are the effects of all these changes? The changes of the body during puberty influence sense, perception, and prepare different psychological processes in adolescents’ life. They are usually more sensitive because of hormonal changes. Giving them more time would be better than immediately asking them about their problems, when they seem to have some. l Masturbation does not disturb health. GOOD TO REMEMBER GENERAL HEALTH Sexual orientation Sexual orientation remains a cri­ tical issue for adolescents. Talking about sexual issues between adolescents and adults is not common in Indonesia, even if things are different in urban areas. Adolescents need to be helped to manage these “new” sexual urges. If friends usually provide the main source of information regarding this aspect, it’s not always a complete one. Health wor­ kers could provide information about sexual orientation and reproductive health not only to adolescents, but to parents and teachers as well. Adolescents need to be helped by health workers, parents and teachers to manage “new” sexual urges. ­ GOOD TO REMEMBER Monitoring needs in nutrition and physical activity A healthy nutrition Adolescents’ proper nutrition can prevent many medical pro­ blems, including becoming over- 18 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / PERKEMBANGAN TUBUH Masturbasi tidak mengganggu kesehatan. Orientasi seksual Orientasi seksual memberikan wacana yang kritis bagi para remaja. Berbicara mengenai masalah seksual antara remaja dan orang dewasa merupakan hal yang tidak lazim di Indonesia, meskipun berbeda untuk daerah perkotaan. Remaja perlu dibantu untuk menangani dorongan seksual “baru” ini. Jika seorang teman biasanya bisa menjadi narasumber yang menyediakan informasi mengenai aspek ini, tetapi itu tidaklah selalu lengkap. Petugas kesehatan bisa menyediakan informasi mengenai orientasi seksual dan kesehatan reproduksi bukan hanya untuk remaja, tetapi juga untuk orangtua dan guru. PENTING UNTUK DIINGAT Remaja perlu dibantu oleh petugas kesehatan, orangtua dan guru untuk menangani dorongan seksual “baru“ ini Mengamati kebutuhan gizi dan kegiatan fisik Gizi yang sehat Remaja dengan gizi sempurna bisa tercegah dari berbagai masalah medis, termasuk masalah kelebihan berat-badan atau kerapuhan tulang. Hal tersebut juga bisa memastikan bahwa remaja secara fisik akan tumbuh secara potensial. Petugas kesehatan dan keluarga harus memberitahu mereka tentang gizi terbaik yang dianjurkan agar mereka tetap PENTING UNTUK DIINGAT dalam keadaan sehat, diantaranya: -  Makan makanan beraneka (remaja cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji dan sembarang makanan!) -  Seimbangkan makanan yang dikonsumsi dengan frekuensi ke­giatan fisik ­ - Memilih makanan berupa: * Zat pembangun (nasi, roti, sereal). Mengandung banyak vitamin, mineral dan serat. *Sayuran. Mengandung vitamin A dan C dan folat, mineral, seperti zat besi atau magnesium, serta serat. * Buah dan jus alami. Mengan­ dung vitamin A dan C, dan juga kalium. - Memilih makanan yang: * me­ngandung sedikit lemak (yang bisa dijumpai pada zaitun, kacangkacangan), karena lemak yang berlebihan ( seperti produk susu kaleng, kelapa, mi­nyak….) bisa berbahaya karena kolesterol yang dikandungnya. Tidal lebih dari 38% dari semua jenis gizi dihasilkan dari produkproduk berlemak. ­ * mengandung garam dan gula seimbang. Jus dengan buah yang dikalengkan dan jus buah dengan pemanis buatan sebaiknya dihindari! * me­ngandung cukup kalsium (mis. susu) dan zat besi agar tubuh secara umum bisa berkembang, khususnya untuk pertumbuhan yang kuat. * me­ngandung protein, termasuk vitamin B, zat besi dan seng (da­ging, ikan, polong-polongan, telor dan kacang-kacangan). Zat besi sa­ngat penting untuk pertumbuhan otot yang kuat dan produksi darah. Sementara itu kita harus memperhatikan kebiasaan pola makan remaja. Harus disampaikan (dan dijelaskan mengapa hal ini penting) agar menghindari pembelian makan- an pencuci mulut atau jajanan yang ba­nyak mengandung kalori seperti kerupuk, minuman kaleng atau es krim. Pentingnya aktivitas fisik Banyak faktor yang membuat anak muda tidak bisa menjalankan latihan fisik secara teratur: kurangnya waktu, kurang memadainya dukungan dan bimbingan dari orang dewasa, persaan malu atau merasa tidak mampu berkompetensi, kurangnya sarana yang aman, dan kurangnya pengetahuan akan manfaatnya. Latihan fisik yang teratur dapat membantu anak muda untuk: • membangun dan merawat tulang, otot dan sendi-sendi yang sehat, • mengontrol berat badan, me­ ngurangi lemak, • meningkatkan fungsi jantung dan paru-paru yang efektif • meningkatkan pergerakan dan koordinasi, • mencegah dan mengontrol pe­ rasaan capek dan depresi. Bermain game menumbuhkan integrasi sosial yang positif dan kesempatan untuk mengekspresikan diri, membangun kepercayaan diri, perasaan berprestasi, interaksi dan integrasi sosial. Apa pengaruh dari perubahanperubahan ini? Perubahan pada tubuh selama pubernitas mempengaruhi rasa, persepsi dan menyiapkan proses psikologis tertentu dalam kehidup­ an remaja. Mereka biasanya lebih sensitif karena perubahan hormon. Memberikan mereka lebih banyak waktu akan lebih baik daripada bertanya spontan mengenai perubah­ an mereka, disaat mereka sudah menunjukkan tanda-tandanya. l KESEHATAN UMUM 19 KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 GENERAL HEALTH / IDENTITY DEVELOPMENT How does the adolescent’s personal identity develop? By Health Messenger team, Rika Setiawati (AMI) and National Family Planning Coordination Board (BKKBN) If we know that adolescence is a transitional period for children to become adults, we don’t always have an exact knowledge of the psychological changes­ that can explain some adolescents’ behaviors later. Here are some explanations that every health worker should know, based on adolescents’ development stages and linked with society. GENERAL HEALTH Why is the stage of “learning & doing” before adolescence so important? According to Erik Erikson, the 5th stage of the human development is related to the adolescence period. The 4th stage, roughly from 6 to 12 years old, is the time when children want to enter in the lar­ ger world of knowledge and work. Their motto is “I am what I learn”. The great event is attending school for the first time. But this learning phase occurs also on the streets, in friends’ houses and at home. Source: Samaritan’s Purse How can social influences be a “guide”? Youth search their own identity in peer groups, clubs, religion or other movements. These groups provide opportunities to try out new roles. It is as if someone was coming in a store to buy a new jacket and tries several until he finds the one that fits. At 10 years old, children say: “I am what I learn”. They get knowledge and initiatives. Successful experiences give the children a feeling of competence and mastery, while failure brings a sense of inadequacy and inferiority, a feeling that someone is a good-for-nothing. These years are establishing basic trust, autonomy and initiative. If they fail ­ to fulfill this stage, inferior feelings­ will be expressed by young adolescent when entering the next stage, which can lead to identity problems. 20 HEALTH MESSENGER N° 05 GOOD TO REMEMBER Adolescence and the variety of identifications In the 5th stage, the building of identity reaches a climax. Rapid psychological changes produce a “new” body with unfamiliar sexual urges. These changes, along with social pressure to take occupational and educational decisions, force the youth to consider a variety of roles. The basic task for adolescents is to integrate the various identifications they bring from childhood into a more complex identity. Social and familial environment - friends above all - can help ado­lescents a lot in changing and choosing their identity. Therefore, going through this stage without appropriate support from society and environment (pa­ rents, teachers or friends) is quite difficult for the adolescent. The world of adolescents do­ minated by friends and peers Adolescents need more space to define who they are but it doesn’t mean they don’t need a guide in shaping their values and attitudes. Peer groups are one of the most influencing factors that affects ado­ lescent’s development. Although family is influential in the frame of the ado­lescent’s development, adolescence is also the time when GOOD TO REMEMBER At 15 years old, adolescents ask themselves: “Who am I?”. They have to integrate various sources of influences and identifications in order to build their own identity. GOOD TO REMEMBER ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN Bagaimana identitas diri remaja berkembang? Oleh Tim P2K, Rika Setiawati (AMI) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kita memang mengetahui bahwa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, tetapi kita tidak selalu punya pengetahuan ­ yang pasti akan perubahan psikologis yang mempengaruhi beberapa prilaku remaja. Berikut ini ada beberapa penjelasan yang harus diketahui oleh setiap petugas kesehatan, didasarkan kepada tingkat pertumbuhan remaja dan dikaitkan dengan keadaan sosial. KESEHATAN UMUM Mengapa tahap “belajar & bekerja” sebelum remaja sangat penting? Menurut Erik Erikson, tahap kelima dari pertumbuhan manusia berhubungan erat dengan masa remaja. Tahap ke-empat, kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, adalah waktu dimana anak-anak berkeinginan memasuki dunia pengetahuan dan pekerjaan yang lebih luas. Motto me­ reka adalah “Aku adalah apa yang kupelajari”. Masa terpenting adalah masa awal memasuki sekolah. Tetapi tahap belajar ini juga muncul di jalanan, di rumah teman dan di rumah sendiri. Keberhasilan memberikan pe­ rasaan mampu bersaing dan pe­ rasaan unggul pada anak-anak, sementara kegagalan memberikan rasa kekurang-mampuan dan kerendah­-dirian, sebuah perasaan bahwa dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar. Tahun-tahun tersebut merupakan pembentukan keperca­yaan, kemandirian dan keinisiatif-an dasar. Jika me­reka gagal memenuhi tahapan ini, rasa rendahdiri akan diekspresikan ketika memasuki tahap­an selanjutnya yang bisa membawa masalah kepribadian. Masa remaja dan identifikasi yang beraneka ragam Pada tahapan ke-lima, pembentuk­ an kepribadian mencapai titik puncaknya. Perubahan yang cepat ini menghasilkan tubuh “baru” de­ngan dorongan seksual yang tidak biasa. Perubahan-perubahan ini, sejalan dengan tekanan sosial dalam pe­ ngambilan keputusan memilih pekerjaan dan pendidikan, memaksa anak muda untuk memerankan bermacam peranan. Tugas dasar bagi remaja adalah untuk menggabungkan identifikasi beragam yang mereka bawa dari masa anak-anak menuju kepri­ badian yang lebih kompleks. Oleh karenanya untuk melalui tahapan ini tanpa dukungan yang tepat dari masyarakat dan lingkung­ an (orangtua, guru ataupun teman) sangat sulit bagi remaja. Lingkungan sosial dan keluarga – teman berada pada posisi teratas – bisa banyak membantu remaja untuk merubah dan memilih jati dirinya. Dunia remaja didominasi oleh teman dan sebaya Remaja membutuhkan lebih ba­ nyak waktu untuk mengetahui siapa mereka, tapi bukan berarti mereka tidak butuh pembimbing untuk membentuk harga diri dan sikapnya. Kelompok teman sebaya adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan remaja. Meskipun keluarga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan remaja, masa remaja juga adalah waktu dimana ketika remaja menghabiskan banyak waktu dan energinya bersama teman dekatnya. Diketahui bahwa pengaruh yang dibawa oleh teman bisa saja positif atau negatif. Siswa SMP belajar bagaimana cara merokok sementara siswi SMP belajar bagaimana cara berdandan. 21 PENTING UNTUK DIINGAT Pada usia 15 tahun, remaja bertanya kepada dirinya: “Siapa aku?” Mereka harus menggabungkan semua sumbersumber pengaruh dan identifikasi yang ada untuk membentuk kepribadiannya sendiri. Bagaimana pengaruh sosial bisa menjadi “pemandu”? Anak muda mencari jati dirinya di kalangan teman sebaya, klub, agama atau perkumpulan lainnya. Kelompok-kelompok ini memberikan kesempatan untuk mencoba peranan baru. Hal ini seperti jika seorang datang ke sebuah toko untuk membeli jaket kemudian mencoba beberapa jaket untuk mendapatkan ukuran yang pas. KESEHATAN REMAJA PENTING UNTUK DIINGAT PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 GENERAL HEALTH / IDENTITY DEVELOPMENT teenagers spend most of their time and energy with close friends. It is well known that the influence that friends brings could be either positive or negative. A junior high school boy learns how to smoke while junior high school girls learn about dres­ sing up. Some high school students could be influenced to take drugs because of peer pressure, while at the same time others could be motivated to achieve better academic performances by observing their friend’s success. Yet, no one can be sure this kind of influence is safe for the adolescent’s psychological development. But at least, friends can give support to peers and accept their changes, without ­judging their life. TV and media influence TV and media help adolescents to perceive society and give them a support to develop their identity. In big cities, adolescents easily get information from such sources. Information about idols, fashion, trends, challenges, violence, etc., may in­ fluence adolescents’ perception, in a positive or a negative way. What are the special - and normal - feelings related to this stage? All behaviors during adolescence are a branch of the “process of a new ‘I am’ development”. It means that the common core of these behaviors is a result of an effort from adolescents to say “I exist”. The ways of expres­sing it depends of sex/gender identities (see the table below). The risk of identity fragmentation If adolescents can not integrate their new identifications and roles, their personality will be fragmented, lacking something like a core. Other factors can play, such as: belonging to a minority group (feelings of rejection), uncertainty regarding their sexual orientation, overly strong identification with one of the parent, or inability to choose between many occupational roles. We should be careful regarding these risk factors. They can affect adolescents as they can be the leading causes of some risky beha­viors (see the following article). l ­ Some typical (and normal) adolescents’ sentences! - “You look so sad... What happened?” “Grandma... I have a problem, I’ve just broken up with my girl friend, because I was ­ angry with Papa... he said I had much homework to do!” - “Sorry little brother, this movie is not for children.” “How could you say that? I am not a child anymore! Don’t you see that I’m a big man?” - “Roni... clean up your room, it’s really a big mess here.” “I am sorry Mum but the TV show is very good now, I will clean up after!” GENERAL HEALTH References: - Development of Psychology Theories, Patricia Miller, 1993. - Handbook of Development Family Psychology and Psychopathology, Luciano L’Abate, 1994. Boys - Feeling of existence, thinking that everybody in the world pays attention to them. - Trying to show to the society that they are strong:“I am boy”. Girls - Feeling of existence, thinking that everybody in the world pays attention to them. - Starting to think more about their body and “beauty”. For example: they become aware about trends and fashion, feeling ill at ease if they smell bad or if they are too thin or too fat, etc. - Creating or joining peer groups to show their identities. “I am” = the group, that’s why its members can wear the same clothes, the same jewels, using same words, etc. - Starting to like a boy as a reflection of the need of affection. Girls like boys, more to fulfill their dreams and fantasy. - Having an idol as the one they like or they love. It’s usually a reflection of “I would like to be with...” In general they like charming actors, charming singers, etc. - Feeling that adults can not understand them well. Girls are not as opened as boys to show “rebel” attitudes. - Learning new things and challenging with peers; joining clubs, bands, trying forbidden/dangerous things, etc. In that stage, a boy “is not” a girl, using the group as a reference where he can become someone. In this regard, competition is very important. - Starting looking at girls, building relationships. They want to show that they are “able” to have a girlfriend, but it does not mean that they think about a real intimacy relationship. - Having an idol as a reflection of “I want to be like…” In general the idol is a masculine figure (football player, actor, basketball player, etc.). - Feeling that adults can not understand them well, so they don’t care if they disobey rules. Boys are more “opened” to show “rebel” attitudes. 22 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN Beberapa siswa SMA bisa saja terpengaruh memakai narkoba karena tekanan sebaya, sementara yang lain termotivasi untuk mendapatkan prestasi akademis yang lebih baik dengan melihat keberhasilan teman-­temannya. Memang tidak ­ ada seorangpun yang tahu pasti apa­ kah pengaruh tersebut aman untuk perkembangan psikologis si remaja. Akan tetapi setidaknya, teman bisa memberikan dukungan kepada teman sebayanya dan menerima perubahan mereka, tanpa menghakimi kehidupannya. Pengaruh TV dan media TV dan media membantu remaja mengenal lingkungan sosial dan memberi mereka dukungan untuk mengembangkan kepribadiannya. Di kota-kota besar, remaja dengan mudah bisa memperoleh informasi dari berbagai sumber. Informasi mengenai idola, fashion, model, tantangan, kekerasan dan lain-lain, mungkin saja mempengaruhi persepsi remaja, baik dengan cara positif atau sebaliknya. Apa saja perasaan khusus – dan perasaan normal – ­ sehubung­an­ dengan tahapan ini? Semua perilaku selama remaja adalah sebuah cabang dari “proses perkembangan ‘diriku’ yang baru”. Artinya inti daripada prilaku ini adalah sebagai hasil dari usaha remaja untuk mengatakan “aku ada”. Cara penyampaiannya, tergantung sex / jenis kelamin (lihat tabel). Resiko disintegrasi kepribadian Jika remaja tidak bisa mengintegrasikan identifikasi dan peranan barunya, kepribadiannya akan terpecah, seperti kehilangan intinya. Masalahnya mungkin diperkuat oleh status kelompok minor (perasaan ditolak), ketidakmenentuan orientasi seksual, identifikasi yang terlalu kuat dari orangtua, atau terlalu ba­nyak peranan kerja yang harus dipilih. Kita harus mewaspadai faktor-faktor resiko ini. Faktor-faktor tersebut bisa mempengaruhi remaja yang akan menjadi penyebab munculnya ber­ bagai kasus prilaku beresiko. l Beberapa kalimat remaja yang khas (dan normal)! - “Kamu kok sedih kali…Ada apa?” “Nek….Aku lagi ada masalah, aku baru saja putus sama pacar, karena aku marah sama Papa…kata­nya aku punya banyak PR!” - “Maaf Dek, filmnya bukan untuk anak-anak”. “Kok kamu ngomong gitu? Aku kan bukan anak-anak lagi! Kamu lihatkan aku udah besar?” - “Roni…bereskan kamarmu, kamarmu berantakan sekali”. “Maaf Bu ya, acara TV nya lagi seru banget, nanti saya bereskan!” Referensi: - Teori Pengembangan Psikologi, Patricia Miller, 1993. - Buku Pedoman Pengembangan Psikologi dan Psikopatologi Keluarga, Luciano L’Abate, 1994. KESEHATAN UMUM Remaja laki-laki - Perasaan ke-eksistensi-an, berfikir bahwa semua orang di dunia ini memperhatikannya. - Berusaha menunjukkan kepada masyarakat bahwa me­ reka kuat: “Aku laki-laki”. Remaja perempuan - Perasaan ke-eksistensi-an, berfikir bahwa semua orang di dunia ini memperhatikannya. - Mulai berfikir lebih banyak tentang tubuhnya dan “kecantikan”. Misalnya: mereka jadi sangat peduli dengan mode dan fashion, merasa kawatir kalau me­reka bau atau terlalu kurus ataupun terlalu gemuk, dll. - Membentuk atau bergabung dengan kelompok sebaya untuk menunjukkan identitas mereka. “Aku”= kelompokku, karena itulah setiap anggotanya biasa memakai pakaian yang sama, perhiasan yang sama, menggunakan istilah yang sama, dll. - Mulai menyukai laki-laki sebagai refleksi kebutuh­an kasih sayang. Perempuan menyukai laki-laki, lebih kepada pemenuh­ an impian dan fantasinya. - Memiliki idola dari orang yang mereka sukai atau cintai. Biasanya ini adalah refleksi dari “Aku mau sama si…” Umumnya mereka menyukai aktor yang mempesona, penyanyi yang menawan, dll. - Merasa bahwa orang dewasa tidak bisa mengerti mereka, Perempuan tidak bisa terbuka seperti laki-laki untuk menunjukkan sikap “memberontak”. - Mencoba hal-hal dan tantangan baru bersama teman sebaya; bergabung di klub, band, mencoba hal terlarang/ berbahaya, dll. Pada tahapan itu, laki-laki “bukanlah” perempuan, dengan menggunakan kelompok sebagai sarana dimana me­reka bisa menjadi se­seorang. Dalam hal ini, persaingan sangatlah penting. - Mulai melirik perempuan, menjalin hubungan. Mereka mau menunjukkan bahwa mereka “mampu” mencari pacar, tetapi bukan berarti mereka memikirkan hubungan keintiman yang sesungguhnya. - Mempunyai idola sebagai refleksi dari “Aku mau seperti si…” Secara umum idolanya adalah lelaki perkasa (pemain sepakbola, actor, pemain basket, dll). - Merasa bahwa orang dewasa tidak bisa mengerti mereka, jadi mereka tidak peduli jika mereka melanggar aturan. Laki-laki lebih “terbuka” menunjukkan sikap “memberontak”. KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 23 GENERAL HEALTH / AN ADOLESCENT’S LIFE What does an adolescent’s life look like in Aceh? By Health Messenger team GENERAL HEALTH How does adolescent’s daily life look like? What about school, family, friends, leisure time? What are his/her problems and expectations? What about his/her self-image? With a better knowledge of adolescents’ needs, health ­workers - families and communities as well - can provide more appropriate and complete responses. Here is an interview with a young girl. She’s now ­­20 years old and has just come out adolescence period. late to come, we started to worry: “When will I get menstruation, when, when…?” while others friends at school were asking: “Why don’t you have them? You should see a doctor!” In junior high school we were used to count how many girls had menstrual cycles and how many had not. HM: What about hormonal signs like acne? Acne was not a problem. But in case of a big pimple we were used to say to the girl: “Did you fall in love? Who is he? Tell us!” And we were laughing. I don’t know exactly where this tradition comes from, but our sisters were used to behave like that. It’s part of our culture! Expectations HM: Adolescence is a period of expectations, dreams… Did you have some? Between 13 and 18 years old I had three friends (girls), but I didn’t have any boyfriend. And that was my dream. As I had some difficulties in being confident, I was only sharing­ these feelings with my female friends. We all knew that we patiently had to wait until we reached 18 years old, when we could be ­“allowed” to have Source: Samaritan’s Purse Body perception Health Messenger (HM): During adolescence the body develops. What were your feelings­ regarding­ these physical changes? Our feelings were quite good! In fact we were worried that these changes could not come! Like 24 HEALTH MESSENGER N° 05 breasts, buttocks… Even if we were never satisfied by saying “oh, it’s too big, it’s too small!”, we were welcoming­ these developments because the meaning was that we were not kids anymore. HM: What about menstruation? It was the same regarding the first time of menstruation. If it was ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / KEHIDUPAN SEORANG REMAJA Bagaimana gambaran kehidupan seorang remaja di Aceh? Oleh Tim Pembawa Pesan Kesehatan Seperti apa kehidupan remaja itu? Bagaimana dengan sekolah, teman, ­waktu luang? Bagaimana dengan masalah dan pengharapan mereka? ­Bagaimana dengan citra dirinya? Dengan lebih mengetahui kebutuhan para remaja, pekerja kesehatan -keluarga dan juga masyarakat- bisa memberikan respon ­ yang lebih menyentuh dan respon yang lebih lengkap. Berikut ini kutipan wawancara dengan salah seorang dari remaja. Umurnya sekarang 20 tahun dan baru saja melewati masa remaja. Persepsi Tubuh Pembawa Pesan Kesehatan (P2K): Selama masa remaja, tubuh mengalami pertumbuhan. Bagaimana perasaan anda me­ ngenai perubahan fisik ini? Perasaannya, ya…, senang! Malah kami khawatir kalau perubah­ an ini nggak ada! Seperti payudara, pantat/ bokong… Meskipun kami tidak pernah merasa puas “oh, ini terlalu besar, ini terlalu kecil!”, kami menyambut gembira perubahan ini karena dengan demikian berarti kami bukan anak-anak lagi. P2K: Bagaimana dengan menstruasi? ­ Mengenai menstruasi pertama, perasaannya sama saja. Kalau mi­ salnya datangnya terlambat, kami mulai cemas. “Kapan aku mulai mens, kapan, kapan..?” Jika temanteman di sekolah bertanya: “Kenapa kamu nggak dapat mens? Sebaik­ nya jumpai dokter!” Sewaktu masih di SMP, kami biasanya menghitung berapa banyak gadis yang sudah mens dan berapa yang belum. P2K: Bagaimana dengan tandatanda hormonal seperti jerawat? ­ Jerawat bukanlah masalah. Tapi dalam hal jerawat besar (jerawat batu), kami biasa bilang pada se­ sama remaja putri: “Apa kamu jatuh cinta? Siapa dia? Ayo dong, bilang sama kami!” kemudian kami tertawa. Saya tidak tahu pasti darimana datangnya tradisi ini, tapi saudarasaudara perempuan kami biasa bersikap seperti itu. Hal itu merupakan bagian dari budaya kita. Harapan P2K: Masa remaja merupa­ kan masa yang penuh harapan, dan juga impian…Apakah anda juga punya harapan atau impian tersendiri? Antara umur 13 dan 18 tahun, saya punya 3 atau 4 orang teman (perempuan), tapi saya nggak pu­ nya teman laki-laki (pacar). Dan sebenar­nya itu adalah impian saya. Karena saya memang punya masalah kepercayaan diri, saya hanya membagi perasaan saya ini bersama ­ teman-teman perempuan saya. Kami semua sadar bahwa kami ha­ rus sabar menunggu sampai umur 18 tahun, saat dimana kami “diijin­ kan” untuk berpacaran. Tapi rasa­nya terlalu lama menunggu saat itu tiba. KESEHATAN REMAJA KESEHATAN UMUM Kehidupan sosial P2K: Apakah kamu sekolah? Pertama saya sekolah SMP (dari umur 13 sampai 15 tahun), kemudian SMA (15 sampai 18 tahun). Tapi kadang-kadang saya nggak bisa konsentrasi karena masalah keluarga yang masih ada dalam benak saya. Jadi dari waktu ke waktu saya semakin malas mengikuti pelajaran. Bahkan guru SMA saya me­ngatakan jika saya ingin sukses saya harus membuka fikiran saya (lebih terbuka) dan membicarakan semua persoalan saya kepada seseorang yang dapat dipercaya. Tapi hal itu tidak berhasil. Situasinya tetap sama saja. P2K: Apakah anda mendapat support (dukungan) dari keluarga? Saat itu terasa sangat tidak mudah untuk berkomunikasi de­ngan anggota keluarga saya karena semuanya memikirkan diri mereka sendiri dan memikirkan bagaimana mereka bisa bertahan. Yah, pokoknya terasa sangat sulit, apalagi sewaktu kita lagi enggak punya duit, atau sedang bermasalah de­ ngan orang lain, nggak tahu mau bagaimana. 25 PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 GENERAL HEALTH / AN ADOLESCENT’S LIFE one. It was such a long time waiting for this moment to come! Social life HM: Did you go to school? First I was in junior high school (from 13 to 15 years old), then in senior high school (from 15 to 18 years old). But sometimes I could not concentrate due to family problems I had, which were still in my mind. So from time to time I was too lazy to attend lessons. Even my teacher in senior high school advised me to open my mind and talk about my problems to someone I could trust, if I wanted to succeed in life. But it was not worth trying. The situation remained the same. HM: Could you find support from your family? It was not easy to communicate with members of my family at that time because they were all thinking­ about themselves and how they could survive. It’s very difficult, when you don’t have money, to pay attention to someone else’ problems. HM: How was your leisure time? My leisure time was only spent and enjoyed with my friends. We were sharing everything! We were learning lessons together, doing homework together… and if we got bored we were used to walk around together. Then our activities were mainly focusing on talking, trying to find solutions to our problems together. ­ Drug use HM: Many adolescents are used to smoke. Have you ever tried? Yes I have. I started to smoke very early, in senior high school. I was 15 years old then. We were smoking in the toilets at school, or outside.­ ­ I started­ because there were no other ways or medicine for us to get rid of our problems. We didn’t have any choice! Smoking was helping us to forget a bit about our problems and get some fresh air. Even if we knew the bad effects of cigarettes on health… Anyway, we didn’t care. I mean we didn’t want to think about what could happen after, we were just enjoying the present time. Self image HM: Did you have a particular way of dressing and attitude? No, I had not. Between 13 and 19 years old, I had to make out with what I had: I couldn’t wear nice women clothes like skirts. I was just wearing tee-shirts. Not only I was really looking like a boy, but I also ­ was acting­ like a boy: if I had decided to go somewhere, then I was simply going, and I didn’t care about people’s thoughts. They didn’t know what happened in my mind anyway. I just wanted to “close” my heart, to be like a “strong” women who didn’t have “any problem”. HM: But now you’re looking like a “girl”. What happened? I changed when I left senior high school. At that time I was wondering:­ “Why this boy and this girl, who is not so nice, are in love?” Then I ­realized that the clothes could play an important role to be more attractive. And I really wanted to find a boyfriend. So I changed my style, step by step… HM: How did you get this new style? We had, and we still have, everything from television. We can ­ get models from famous movies and stars (who wear fashion clothes) so that we can feel like him or her… very famous, indeed! Models can come also from commercials as well (air style, for example). TV is very important for our identity. And every family, poor or rich, has TV! Intimate relationships HM: What about boyfriends? Now I’m 20 years old and I have a boyfriend, and my mother knows about it. Perhaps I should get married now. But for me when you start to work, when you live in a city… you can get married at 21 or 25 years old, it’s not a problem. However, in the countryside, things are more complicated. I know many cases of friends having a child. But as they are 19 years old, it means that they got married at 15 years old! Cognition HM: What do you think of ado­ lescence in general? Adolescence is a sensitive period. If adolescents can not open their heart, talk about their problems (most of them are, in my opinion, family ones), the consequence is that they will be reluctant to get married and have a family, as they will be afraid to do the same mistakes made by their parents. HM: To your opinion, what could be done to improve the wellbeing of adolescents? Families should be much more involved in adolescents’ psychological problems! The level of their involvement is very poor. In that way interaction with health workers should be improved, as health workers are now used (since tsunami) to ask and deal with our mental health. HM: What are you expecting in the future? I want to work, even if I will have a family. And I want to be opened to new things! l GENERAL HEALTH 26 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / KEHIDUPAN SEORANG REMAJA P2K: Bagaimana dengan waktu ­luang anda? Waktu luang banyak saya lalui bersama teman-teman. Kami berbagi semuanya! Kami belajar bersama, buat PR bersama…dan kalau sudah bosan kami jalan-jalan bersama. Sehingga kegiatan-­kegiatan kami terfokus pada ngobrol, dan bersama-sama berusaha mencari solusi masalah-masalah yang kami hadapi. Penggunaan Obat-obatan P2K: Banyak remaja yang sudah ­biasa merokok. Apakah anda sudah mencobanya? Iya sudah. Saya sudah lama mencobanya, sewaktu SMA. Umur saya waktu itu 15 tahun. Kami merokok di toilet sekolah, atau di luar sekolah. Saya memulainya karena tidak ada cara lain atau obat yang bisa meringankan permasalahan kami. Kami nggak pu­ nya pilihan! Dengan merokok kami merasa terbantu untuk melupakan sedikit masalah kami dan bisa merasa sedikit lega. Walaupun kami tahu efek buruk rokok terhadap kesehatan…Tapi kami nggak peduli. Maksud saya, kami nggak mau memikirkan apa yang bakal terjadi nantinya, pokoknya kami senang saat itu. Citra diri P2K: Apakah anda punya gaya tersendiri dalam berpakaian dan berperilaku? Nggak. Antara umur 13 dan 19 tahun, saya harus merasa puas dengan apa yang saya punya: Saya nggak bisa memakai pakaian wanita yang sewajarnya seperti rok. Saya cuma pakai T-Shirt (kaos ­ oblong). Bukan hanya nampak seperti lakilaki, tapi saya juga bertingkah se­perti laki-laki: jika saya sudah memilihnya, saya akan tetap menjalaninya, dan saya nggak peduli tanggapan orang. Lagipula mereka tidak tahu apa yang terjadi dalam benak saya. Saya hanya ingin “menutup” hati, agar nampak seperti seorang wanita “perkasa” yang tidak punya “masalah”. P2K: Tetapi sekarang…anda nampak seperti seorang “gadis”. Ada apa? Saya berubah sesudah tamat SMA. Pada waktu itu saya heran: ”Mengapa pria dan perempuan ini yang rupanya tidak begitu cakap bisa saling jatuh cinta?” Lalu saya menyadari bahwa pakaian mempunyai peranan agar kita nampak lebih menarik. Sementara saya ingin mencari seorang pacar. Jadi saya mulai mengubah gaya, sedikit demi sedikit. P2K: Bagaimana anda memperoleh gaya (stelan) baru ini? Kami punya, dan sampai sekarang masih ada, semuanya dari televisi. Kami bisa mendapatkan model dari film-film dan bintang film terkenal (yang biasa­nya memakai pakaian modis) sehingga kami bisa merasa seperti sang bintang tersebut…yang sa­ngat terkenal, memang! Model juga bisa diperoleh dari beberapa iklan (air style contohnya). TV sangat pen­ting bagi kepribadian kami. Dan ­ biasanya setiap keluarga, miskin atau kaya, punya TV! Hubungan keakraban P2K: Bagaimana mengenai pacar? ­ Sekarang umur saya 20 tahun dan saya sudah punya pacar, Ibu saya juga tahu. Mungkin saya ­harus menikah sekarang. Akan tetapi bagi saya jika kamu sudah bekerja, tinggal di kota… kamu bisa menikah umur 21 atau 25 tahun, hal itu bukan suatu masalah. Namun di da­ erah bukan perkotaan nampaknya lebih rumit. Saya tahu beberapa kasus ­ teman-teman saya yang sudah ­ pu­nya anak, tapi umur mereka ­ masih 19 tahun. Jadi itu berarti mereka ­nikah umur 15 tahun! ­ Pemahaman P2K: Secara umum, menurut anda bagaimana masa remaja itu? Remaja adalah merupakan masa yang cukup sensitif. Jika remaja tidak bisa membuka hatinya, membicarakan masalah-masalahnya (sebagian besar menurut saya adalah masalah keluarga), akibatnya me­ reka akan alergi atau ngeri dengan pernikahan dan mempunyai keluarga: mereka takut akan membuat kekeliruan yang sama seperti orang tuanya. P2K: Menurut pendapat anda, apa yang bisa diperbuat untuk meningkatkan kesejahteraan para remaja ini? Keluarga harus lebih banyak terlibat pada masalah psikologis remaja ! Tingkat keterlibatannya masih sangat rendah. Dengan cara demikian interaksi dengan petugas kesehatan akan meningkat, sebagaimana sekarang (semenjak tsunami) petugas kesehatan sudah ­ terbiasa menanyakan dan berurus­ an dengan masalah kesehatan mental kita. P2K: Apa yang anda harapkan untuk masa mendatang? Saya ingin bekerja walaupun nanti saya akan mempunyai ke­ luarga. Dan saya mau terbuka untuk menghadapi hal-hal baru! l KESEHATAN UMUM 27 KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 GENERAL HEALTH / RISKY BEHAVIORS Monitoring adolescents’ risky behaviors in Aceh By YAKITA and Health Messenger team With the contribution of Dr Enny Setiasih (World Health Organization - Jakarta) Source: YAKITA GENERAL HEALTH Most of the students of Aceh are adolescents (15-24 years old) who may feel thrilled to try new and prohibited things. Thus, they are likely to be engaged in risky behaviors without being aware of the consequences of their actions on their health. Here are some important informations about these risks, so that health workers can strengthen their capacities to provide counseling both to adolescents and parents, then to prevent problems. Risk factors Some risk factors can increase adolescents’ vulnerability, which are: • lack of family and community supports, • academic failure / being involved in petty crimes in school, • overly harsh or inconsistent pa­ renting, • low income, • high mobility, • peers involved in antisocial activities. ­ Unsafe and risky sexual behaviors ­ According to the results of the assessment conducted by YAKITA in November 2005, and informations collected during the implementation of the “Muda Berdaya” (“Em­powered Youth”) program, ado­lescents of Aceh province tend to be more and more involved in unsafe sexual behaviors. These behaviors are the leading causes of early and unwanted­ pregnancy (see “Reproductive Health” section), sexually transmitted di­seases (STDs) including sexual transmitted infections (STIs), Hepatitis C or HIV/AIDS virus infection. Adolescents of Aceh province are more and more involved in risky sexual behaviors. GOOD TO REMEMBER These risks factors are quite common in Aceh province and can be the underlying leading causes of some adolescents’ emotional AIDS cases based on age group / Kasus AIDS berdasarkan kelompok umur alterations. These are: ­ • loss of self-esteem, resentment,   3500 stigmatization, anxiety, 2877 • irritability, frustration, 3000 • boredom, loneliness, 2500 • insomnia, • confusion, defects in concentra- 2000 1376 tion, lack of energy, 1500 • frequent changing mood. 1000 Adolescents affected by these 451 500 210 193 feelings are, then, more likely than 116 33 29 24 12 other ones to be engaged in some 0 risky behaviors, as they may feel 60 th Tdk neglected, lonely and stigmatized. ­ th th th th th diket 28 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH HIV/AIDS, as a consequence The highest rate of AIDS cases­ reached in December 2005 shows that the age group between 20 and 29 years old is highly concerned (54,  07  %), which means that the infection should have started some years younger, during ado­ lescence. Until the 90’s the main way of HIV transmission was sexual Source: PHO (Dinkes Prop.) KESEHATAN UMUM / PRILAKU BERESIKO Mengamati perilaku beresiko remaja di Aceh Oleh YAKITA dan Tim P2K Melalui kontribusi Dr Enny Setiasih (World Health Organization - WHO -Jakarta) Sebagian besar pelajar di Aceh adalah remaja (15-24 tahun), yang mungkin berkeinginan untuk mencoba hal baru dan terlarang. Dengan demikian, mereka sepertinya terlibat perilaku beresiko tanpa mewaspadai akibat dari ­ perbuatannya itu terhadap kesehatan. Berikut ini disajikan beberapa informasi pen­ting terkait resiko yang dimaksud, sehingga petugas kesehatan bisa meningkatkan kapasitasnya dalam hal penyediaan konseling untuk remaja dan orangtua, kemudian mencegah masalah ini. ­ Faktor resiko Beberapa faktor resiko bisa meningkatkan kerentanan remaja, yaitu: ­ • kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat, • kegagalan akademis/ terlibat tindak kriminal di sekolah, • kekerasan yang berlebihan dari orangtua, • pendapatan yang rendah, • mobilitas yang tinggi, • keterlibatan sebaya dalam ke­ giatan anti-sosial. Faktor-faktor resiko tersebut biasa dijumpai di propinsi Aceh dan bisa menjadi penyebab timbulnya perubahan emosional remaja. Diantaranya: • kehilangan rasa percaya diri, dendam, timbulnya stigma, kecemasan, • lekas marah, frustasi, • rasa jemu, kesepian, • susah tidur, • bingung, kegagalan berkonsentrasi, kurang energi. • perubahan mood yang berulang­ ulang. Remaja yang dipengaruhi pe­ rasaan-perasaan tersebut diatas, maka cenderung akan melakukan prilaku beresiko, karena mereka merasa diabaikan, kesepian dan diasingkan. Perilaku seksual yang tidak aman dan beresiko Dari hasil assessment yang dilakukan YAKITA November 2005 lalu dan informasi yang dikumpulkan selama pelaksanaan program “Muda Berdaya”, remaja di propinsi Aceh cenderung terlibat lebih jauh dalam perilaku seksual tidak aman. Perilaku ini merupakan penyebab utama kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diharapkan (lihat di bab “Kesehatan Reproduksi”), penyakit menular seksual (PMS) termasuk infeksi menular seksual (IMS), Hepatitis C atau infeksi virus HIV/ AIDS. HIV/ AIDS merupakan salah satu akibatnya Angka tertinggi kasus AIDS terjadi pada bulan Desember 2005 yang menunjukkan bahwa kelompok umur 20 sampai 29 tahun harus mendapat perhatian (54,07%), yang berarti bahwa infeksi sudah mulai bebe­ rapa tahun lebih awal selama masa remaja. Sampai tahun 1990-an­ cara KESEHATAN REMAJA KESEHATAN UMUM penularan utama HIV adalah melalui hubungan seksual yang kemudian secara perlahan-­lahan me­rambah melalui pemakaian jarum suntik bekas pengguna narkoba (48,9% dari kelompok umur yang sama). Remaja di Propinsi Aceh semakin terlibat lebih jauh dengan perilaku seksual yang beresiko Kurangnya pengetahuan dan dukungan adalah hal yang mendasari Berbagai survey menunjukkan kenyataan bahwa adanya kekurangan pengetahuan mengenai HIV/ AIDS dikalangan remaja di Indonesia (lihat tabel hal. 31). Bagaimana caranya agar terhindar dari HIV/ AIDS? Petugas Kesehatan harus menyampaikan kepada remaja halhal sebagai berikut: • jangan berganti-ganti pasangan­ seksual dari yang satu ke yang lain, 29 PENTING UNTUK DIINGAT PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 GENERAL HEALTH / RISKY BEHAVIORS Percentages of youth (15-24 years old) who have ever heard about HIV/AIDS, by sex and living areas   Ever heard about HIV/AIDS Never heard Number of respondents Living area Urban Rural 91.9 64.1 8.1 1430 35.9 1779 Male 79.5 20.1 1666 Sex Female 73.2 26.8 1543 Total 76.5 23.5 3209 Adolescents should get a more positive idea of the opposite sex. We should add that early pregnancies are also a consequence of risky sexual behaviors (see “reproductive health” section) Substances abuse Observation of young people in universities shows that the number of male university students who are smoking cigarettes once out of the university building is very high. Effects of tobacco use are: Short-term effects: addiction process stains on fingers and teeth reduced sport performance Long-term effects: risks of cancers, cardiovascular and respiratory diseases in later life accidental injuries problems related to oral hygiene GOOD TO REMEMBER Source: Survey about adolescents’ high-risk behaviors, including sexuality and HIV/ AIDS, Demographic Institute - Faculty of Economics, University of Indonesia, UNFPA and National Family Planning Coordination Board, 2002. GENERAL HEALTH intercourses­ but it has now slowly shifted to injecting drug users (IDUs) transmission ­­ (48, 9 % of the same age group). A lack of knowledge and support, as immediate causes Various surveys highlight the fact that there is lack of knowledge about HIV/AIDS among young people in Indonesia (see the table). • to avoid indistinct blood transfusion, • to use sterilized materials like needles (in all cases, avoid injecting drugs). All donated blood should be screened before transfusion. Then adolescents should be told that HIV/AIDS is NOT transmitted by shaking-hand, kissing, using the same latrines… Transparent and friendly sex education should be provided by: • improving the knowledge of health workers about HIV/AIDS (see the previous issue of HM, n° 4), • providing health education materials on care or prevention. Gender education is also necessary, as adolescents - boys and girls should have a more positive idea about their interrelations, • screening all donated blood before transfusion. • • • • • • There is a lack of knowledge about HIV/AIDS among young people in Indonesia. How to prevent from HIV/AIDS? Health workers should tell adolescents: • not to change over from one sexual partner to others partners, ­ • to use condoms while having sexual intercourse, GOOD TO REMEMBER Hemp, as a dangerous trend Moreover, according to some shopkeepers in Banda Aceh like Zulfikar, ”many adolescents use hemp”, not only because of peer pressure but because hemp is a way to help them to get rid of boredom. Percentages of unmarried women and men (15-24 years old) who have already heard about HIV/AIDS and who believe that it could be prevented Women Variable & Category Age: 15-19 Age: 20-24 Place of residence : urban Place of residence : rural Have heard 84.0 91.6 92.3 75.7 Believe there is a way to avoid it 61.1 79.0 75.4 51.6 Number of respondents 1,214 601 1179 636 Have heard 78.4 85.7 90.1 71.3 Men Believe there is a way to avoid it 58.6 72.7 76.1 50.8 Number of respondents 1,377 964 1,262 1,079 Source: Indonesia young adult’s reproductive health survey (IYARHS), 2002. 30 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / PRILAKU BERESIKO • pakai kondom sewaktu berhubungan seksual, • hindari transfusi darah yang tak jelas sumbernya, • gunakan barang-barang yang sudah disterilkan seperti jarum suntik, • jauhi Narkoba, • pelaksanaan skrining atas semua donasi darah sebelum ditransfusikan. Kemudian para remaja harus diberitahu bahwa HIV/ AIDS TIDAK ditularkan melalui: jabat tangan, ciuman, memakai WC yang sama… ­ Persentase jumlah pemuda (15-24 tahun) yang sudah pernah mendengar tentang HIV/ AIDS, berdasarkan jenis kelamin dan daerah tempat tinggal Daerah tempat tinggal Kota Pernah mendengar tentang HIV/ AIDS Tidak pernah dengar Jumlah responden 91,9 8,1 1430 Desa 64,1 35,9 1779 Jenis Kelamin Laki-laki 79,5 20,1 1666 Perempuan 73,2 26,8 1543 76,5 23,5 3209 Total Sumber: Survey perilaku resiko tinggi pada remaja, termasuk seksualitas dan HIV/, Institut Demografi - Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia , UNFPA dan BKKBN, 2002. KESEHATAN UMUM Adanya kekurangan pengetahuan mengenai HIV/ AIDS di kalangan remaja Indonesia. Pendidikan seks yang trans­ paran dan bersahabat harus diberikan melalui: • peningkatan pengetahuan para petugas kesehatan tentang HIV/ AIDS (lihat pada edisi P2K sebelumnya; P2K no. 4), • penyediaan materi pendidikan kesehatan pada perawatan atau pencegahan. Pendidikan gender juga penting sebagaimana remaja ­- laki-laki dan perempuan -­­ ­juga seharusnya memiliki pemikiran positif tentang hubung­an timbal PENTING UNTUK DIINGAT • baliknya, pelaksanaan skrining atas semua donasi darah sebelum ditransfusikan. Para remaja seharusnya memiliki pemikiran yang lebih positif mengenai lawan jenis mereka Kehamilan di usia dini merupakan akibat dari prilaku seksual beresiko (lihat pada bab “kesehatan reproduksi”) Penyalahgunaan zat Observasi terhadap anak muda di beberapa Universitas menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa laki- PENTING UNTUK DIINGAT laki yang merokok di luar gedung sangat tinggi. Efek dari penggunaan tembakau adalah: Efek jangka pendek: • adiksi • membekas pada jari dan gigi • mengurangi aktivitas olah raga Efek jangka panjang: • resiko mengidap kanker, penyakit jantung dan penyakit pernafasan di kemudian hari. • kecelakaan • masalah yang berhubungan dengan kebersihan mulut. Ganja, sebagai trend yang berbahaya Lebih jauh lagi, menurut Zulfikar­ penjaga toko di Banda Aceh, ­ Persentase jumlah laki-laki dan perempuan pranikah (15-24 tahun) yang sudah pernah mendengar HIV/ AIDS dan yakin ada cara untuk menghindarinya Perempuan Variabel dan Kategori Pernah dengar 84,0 91,6 92,3 75,7 Yakin ada cara untuk menghindarinya 61,1 79,0 75,4 51,6 Jumlah responden 1.214 601 1.179 636 Pernah dengar 78,4 85,7 90,1 71,3 Laki-laki Yakin ada cara untuk menghindarinya 58,6 72,7 76,1 50,8 Jumlah responden 1377 964 1.262 1.709 Umur: 15-19 Umur: 20-24 Tempat tinggal: kota Tempat tinggal: desa Sumber: Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI), 2002 KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 31 GENERAL HEALTH / RISKY BEHAVIORS A student of a university laughed at us when we asked ”How many people you know are using hemp?”. Rina (24 years old) replied: ”It’s easier­ to answer how many people do not use it!”. Wulan (23 years old), from Lhok Nga, reported that if there are many young people smoking, they were used to hide it. Yet, since Aceh is a religious pro­ vince, we can not easily identify addictions-related problems. However, the results of the questionnaire confirm that 78 % out of the 40 interviewed teenagers say that there are drugaddicted people in Aceh. If hemp is common, shabu-shabu (methampethamine) becomes a trend as well, whereas extacy and putaw traffics develop. In Janto jail (Aceh Besar district) almost 80 % of prisoners have had drug problems and most of them are adolescents, which illustrates the importance of the problem. ­ ffects of drugs, which are a gate for e the virus infection. Then, if alcohol problems are not as important as in other big cities in Indonesia, it could become one in Aceh. What are urgent needs? Despite the rise of addiction problems, prevention is very low. There is nobody to provide advices on ”how to be a self-estimateed adolescent without drugs”, and on addictions impacts. Anyway, nobody knows how to do so. Adolescents won’t stop if we only say: ”Hey, please, stop drugs!”. First of all adolescents should be given strong reasons to act differently, through: • educational opportunities, in and out of school, • an access to informations about drugs and at-risk behaviors (peers are the best information ­ providers) and also about life principles (ethics and spirituality), • being involved in participative programs. Situations increasing the likelihood of accidents Unintentional injuries are the leading causes of death among young people, especially road traffic accidents among young boys. Unsafe riding According to one of the suppliers in Banda Aceh, there are almost 2000 motorbikes monthly imported in Aceh since the tsunami. Though there is no any accurate data on related accidents, the probability that it happens is obvious, as the way they ride is dangerous: high speed, sometimes without helmets, with no respect of security marks. “Invincible” feelings Health workers and parents should know (and they should inform adolescents as well) that physical change during adolescence is like a ”spurt of growth”. One of the effects is that heart pumps faster, blood pressure is not stable, as well as emotions. As a consequence, adolescents often feel ”invincible”. This invicible feeling explains that the rate of ”risk-taking” among adolescents is high. They ignore risks and/or don’t understand them. GENERAL HEALTH We should know that the rate of ”risk-taking” among adolescents is high, as they feel ”invincible”. Prevention of accidents Adolescents should be informed about the use of safety equipment (helmets) and security rules. More­over, they should be told that the use of hemp influences time and distance­ perceptions so that their abilities to quickly react to any adverse situation­ are reduced, when ­ they need to be more careful. l GOOD TO REMEMBER Almost 80 % of prisoners of Janto jail have had drug pro­ blems and most of them are adolescents. Problems related to addictions are interrelated Addiction problem remains complicated, as various risk factors can play. This results in a vicious circle. For example, when people are addicted, they will need money to buy drugs; to get money, they will be engaged in illegal activities like stealing;­ to succeed in this, they will use interpersonal violence. Then many of them have unprotected sexual behaviors, because of the GOOD TO REMEMBER The way adolescents ride ­ is dangerous. Moreover they should know that the use of hemp changes their abilities to react to any adverse situation. Note: the assessment was conducted in Banda Aceh, but sometimes we speak about “Aceh” because most of the interviewees come from other cities in Aceh, saying that their condition is the same than in Banda Aceh. GOOD TO REMEMBER 32 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN UMUM / PRILAKU BERESIKO ­ banyak remaja yang menggu“ nakan ganja”, bukan hanya karena dorongan teman sebaya tapi juga karena ganja merupakan sebuah cara bagi mereka untuk meringan­ kan kebosanan. Seorang mahasiswa sebuah universitas menertawakan kami ketika ditanyakan “Berapa orang yang kamu tahu memakai ganja?” Rina (24 tahun) menjawab: “Lebih mudah menjawab berapa orang yang tidak memakainya!” Wulan (23 tahun) dari Lhok Nga, mengatakan bahwa biarpun banyak remaja yang merokok, mereka melakukannya sembunyisembunyi. Dan karena Aceh adalah propinsi yang religius, tidak mudah bagi kita mengidentifikasi remaja yang memiliki masalah adiksi tersebut. Akan tetapi, hasil kuessioner dari 40 orang remaja, 78% diantaranya menyatakan bahwa banyak pecandu narkoba di Aceh. Jika ganja merupakan hal biasa, shabu-shabu (methampethamine) juga sudah menjadi marak, sementara peredar­ an extacy dan putaw juga sedang mewabah. Di penjara Jantho (Kab. Aceh Besar) hampir 80% warga binaannya mempunyai masalah de­ ngan narkoba dan sebagian besar diantara mereka adalah remaja, yang menggambarkan betapa pen­ tingnya masalah ini. Masalah yang berhubungan dengan adiksi adalah saling terkait. Masalah adiksi memang sangat­ kompleks, dan berbagai faktor resiko turut berperan. Hal ini adalah merupakan lingkaran setan. Se­ bagai contoh, ketika seseorang sudah kecanduan, mereka akan butuh duit untuk membelinya; untuk bisa mendapatkan uang mereka akan terdorong melakukan hal-hal yang ilegal seperti mencuri; supaya berhasil, mereka akan melakukan pemalakan­/ ­ kekerasan.  Kemudian banyak diantara mereka yang menjalankan perilaku seksual tidak aman, sering dikarenakan oleh pe­ ngaruh narkoba, yang merupakan pintu gerbang infeksi virus. Kemudian, jika masalah miras belum seperti di kota-kota besar lainnya di Indonesia, bisa saja akan menjadi masalah yang serius di Aceh. Apa saja kebutuhan yang mendesak? Meskipun masalah adiksi semakin meningkat, namun pencegahannya masih sangat rendah. Tidak ada seseorang yang memberikan nase­ hat “bagaimana menjadi seorang remaja yang penuh pemikiran tanpa narkoba”, dan pengaruh adiksi. Iya, memang tidak ada yang tahu bagaimana caranya. Para remaja ini tidak akan berhenti jika kita ha­ nya bilang: “Udah dong, berhentilah pakai narkoba!” Pertama sekali para remaja harus diberikan alasanalasan kuat agar berubah, melalui: ­ • kesempatan  pendidikan,  di dalam atau di luar sekolah. ­ • mendapatkan informasi tentang narkoba dan perilaku beresiko (rekan sebaya merupakan penyedia informasi yang paling tepat), dan juga prinsip hidup (etika dan spiritual). • turut terlibat dalam programprogram partisipatif. ­ Meningkatnya kemungkinan terjadinya kecelakaan Kecelakaan tidak disengaja meng­akibatkan kematian di kalang­ an remaja, khususnya kecelakaan lalu lintas pada remaja laki-laki. Cara berkendara yang tidak aman Menurut salah satu pemasok di Banda Aceh, hampir 2.000 unit sepeda motor yang masuk perbulannya ke Aceh semenjak tsunami. Meskipun tidak ada data akurat mengenai angka kecelakaan, keKESEHATAN REMAJA Cara remaja berkendara cukup berbahaya. Karena itu mereka harus menyadari penggunaan ganja merubah kemampuan mereka untuk dapat bereaksi terhadap situasi yang buruk. mungkinan hal itu bakal terjadi cukup jelas, se­bagaimana cara me­ reka berkendara cukup berbahaya: kecepatan tinggi, tidak mengiraukan rambu-rambu dan kadang-kadang tidak memakai helm. Perasaan “tak terkalahkan” Petugas kesehatan dan orang tua harus tahu (dan juga harus membe­ ritahukannya kepada remaja) bahwa perubahan selama masa remaja adalah seperti “spurt of growth/ pertumbuhan yang melejit”. Salah satu efeknya adalah denyut jantung yang semakin cepat, tekanan darah yang tidak stabil, juga emosi yang tidak stabil. Akibatnya si remaja sering merasa “invincible/ tak terkalahkan”. Perasaan tak terkalahkan ini menunjukkan bahwa angka ­ “pengambilan resiko” di kalangan remaja masih tinggi. Mereka mengabaikan resiko dan/atau mereka memang tidak memahaminya. Pencegahan kecelakaan Para remaja harus diberi pengertian tentang kegunaan peralatan keamanan (helm) dan peraturan keamanan. Selanjutnya, mereka juga harus diberitahu bahwa penggunaan ganja mempengaruhi persepsi ruang dan waktu sehingga kemampuannya untuk bereaksi secara spontan terhadap situasi yang buruk akan berkurang, sementara mereka perlu untuk lebih berhati-hati. l Catatan: assessment dilakukan di Banda Aceh, tetapi kadang-kadang kita menyebut kata “Aceh” karena sebagian besar remaja yang di­wawancarai berasal dari luar Aceh, yang mengatakan kondisi me­reka sama dengan kondisi di Banda Aceh. PENTING UNTUK DIINGAT KESEHATAN UMUM 33 PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 WELL-BEING / PSYCHOSOCIAL ACTIVITIES A stimulating place for positive and useful psychosocial activities in Panga sub-district (Aceh Jaya district) By Meisi Naomi Kacaribu and Jessica Tabler (Samaritan’s Purse International Relief) Child & Adolescent Creativity Group Program,­ Samaritan’s Purse International Relief Adolescence is a period of time in life when individuals have not only the will to discover the world, but are also involved in defining and asserting their own identity. Moreover, adolescents need to know and assess their strengths. Along with searching for their identity, adolescents are busy with finding activities that fit the most to their personality. The aim of Samaritan’s Purse’s project in Aceh Jaya is to help adolescents to assert their identities through activities that not only match with their desires but are also adapted­ to their abilities. We asked Meisi Naomi Kacaribu (Child Development­ Program Counselor) for some details. ­ Health Messenger (HM): What about adolescents in Panga sub-district? Meisi Naomi (MN): Panga is one sub-district in Aceh Jaya district with quite a large population of adolescents. The approximate number of students of three junior high schools and one high school in town is about five hundred students, who come from surrounding villages or sub-villages around Keude Panga. There are also other teenagers who are working instead of attending school. Most of them are busy with jobs involving manual labor such as gathering wood or rubber. HM: How do adolescents spend their leisure time there? MN: Most of the adolescents in Panga spend their leisure time talking with friends, playing with their mobile phone, or just walking up and down the road (this activity is a very common one for girls). Others, who have motorbikes, usually ride up and down the road, or they go to nearby beaches to meet peers. HM: Talking, walking… what do you think of these very simple activities? MN: It has to be said that these activities are not use34 HEALTH MESSENGER N° 05 WELL - BEING less, because adolescents need to spend a lot of time playing, talking and sharing common problems with friends. However, it would be more complete if they could use this time to develop themselves in a more positive and constructive way. Unfortunately, the community doesn’t have the facilities which could allow and support appropriate activities focused on adolescents’ needs. HM: What is the aim of the Samaritan’s Purse program in Panga? ­ MN: Samaritan’s Purse International Relief, through the Children Development Program (CDP) in Panga sub-district (started in July 2005), found the lack of appropriate­ youth activities as an opportunity to provide children and adolescents with a safe environment for playing, for creativity,­ and also to give them a chance to develop their interests. In December 2005 Kelompok Kreativitas Anak dan Remaja (KAR) (Children and Adolescent Creativity Group) was launched. Originally the program aimed to help the tsunami affected young people, as an opportunity to relieve them from grief and trauma. Yet, the tsunami recovery continued, not only a “physical” recovery such as with permanent houses and buildings, but a psychosocial recovery as well. The ADOLESCENTS’ HEALTH KESEJAHTERAAN / KEGIATAN PSIKOSOSIAL Tempat yang mendukung kegiatan psikososial yang positif dan berguna di Kec. Panga (Kab. Aceh Jaya) Oleh Meisi Naomi Kacaribu dan Jessica Tabler (Samaritan’s Purse International Relief)­ Program Kelompok Kreativitas Anak & Remaja, Samaritan’s Purse International Relief Remaja adalah masa dimana seseorang bukan hanya berkeinginan menjelajahi dunia, tetapi juga mencari jati diri dan mengenalinya. Remaja perlu mencari tahu dan memahami apa saja kemampuannya. Selama proses pencarian identitas diri ini, remaja sibuk dengan mencoba mencari kegiatan apa saja yang paling sesuai dengan kepribadiannya. Tujuan Proyek Samaritan’s Purse di Aceh Jaya adalah untuk membantu remaja mengenali jati dirinya melalui kegiatan yang bukan hanya sesuai dengan hasrat mereka, tetapi juga disesuaikan dengan kemampuan mereka itu sendiri. Kami meminta beberapa informasi dari Meisi Naomi Kacaribu (Konselor Program Pengembangan Anak). Pembawa Pesan Kesehatan (P2K): Bisakah anda menjelaskan keadaan remaja di Kec. Panga? Meisi Naomi: Panga adalah salah satu kecamatan di Aceh Jaya yang mempunyai jumlah remaja yang cukup besar. Perkiraan jumlah murid dari 3 Sekolah Mene­ ngah Pertama dan 1 Sekolah Menengah Atas yang ada mendekati angka 500 orang murid, yang berasal dari desa dan dusun sekitar Keude Panga. Ada juga remaja-remaja lainnya yang bekerja (tidak sekolah), keba­ nyakan adalah pekerja buruh harian seperti pengumpul kayu atau getah. P2K: Bagaimana biasanya cara remaja menghabiskan waktu luangnya? MN: Kebanyakan remaja di Panga menghabiskan waktu luangnya dengan ngobrol bersama kawan, main HP, atau cuma sekedar jalan-jalan keliling (biasanya dilakoni oleh kaum wanita). Bagi yang punya sepeda motor, biasanya menghabiskan waktu luangnya jalan-jalan keliling naik motor, atau pergi ke tepi pantai bersama teman lainnya. P2K: Ngobrol, jalan-jalan… bagaimana pendapat anda mengenai kegiatan sederhana ini? MN: Tentu saja kegiatan ini bukan tidak berguna, karena remaja juga perlu menghabiskan banyak waktunya untuk bermain, ngobrol dan berbagi masalah sehari-harinya bersama teman. Akan tetapi, akan lebih lengkap jika mereka bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk mengembangkan diri dengan cara yang lebih positif dan konstruktif. Sayangnya masyarakat tidak memiliki sarana ataupun fasilitas yang bisa mentoleransi dan mendukung kegiatan-kegiatan positif yang berfokus kepada kebutuhan remaja. P2K: Apa tujuan Program Samaritan’s Purse yang ada di Panga? MN: Samaritan’s Purse International Relief di Kec. Panga (yang dimulai pada bulan Juli 2005) melalui Program Pengembangan Anak (PKA), menemukan kurangnya aktifitas positif pemuda yang bisa menyediakan lingkungan yang aman untuk bermain dan berkreasi bagi anak-anak dan remaja, dan juga memberikan me­ reka kesempatan untuk menstimulasikan dan mengembangkan minatnya. Pada bulan Desember 2005, Kelompok Kreativitas Anak dan Remaja (KAR) dibentuk. Sebenarnya program ini bertujuan untuk membantu anak-anak muda korban tsunami, sebagai kesempatan PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 35 LEBIH MENDALAM KESEHATAN REMAJA WELL-BEING / PSYCHOSOCIAL ACTIVITIES Run Race Competiiton (Source: Samaritan’s Purse) Prop.) such as badminton, football, volleyball and ping-pong/table-tennis.­ Other activities include puzzles, singing, reading­ and watching movies or cartoons. The facilitators of KAR Program have also implemented se­veral “out of ordinary activities” such as a beach excursion day and also a gardening project: The beach excursion day has proven to be very therapeutic for all ages. Through swimming in the ocean, ado­ lescents are able to overcome the tsunami trauma they might still feel. The beach excursion day usually consists of swimming for a few hours, playing football or badminton, and then of course eating. The gardening project is also a new experience for the older KAR participants. They are divided into groups and each of them competes to produce the best crops. First they are given seeds (watermelon, spinach, corn, egg fruit, chili, etc.), fertilizer and tools for gardening. Then, they start working together in their teams to produce the best garden. Each garden is assessed by facilitators on a weekly­ basis. Finally, when the harvest time comes, and all the seeds have produced fruits, the facilitators will choose the winner based on teamwork, the know­ledge gained, and the quality of fruit/vegetables produced. In addition to these activities, Samaritan’s Purse has provided each polindes with a library. The available books vary from stories or educational books, magazines, novels, to maps or books with spiritual purposes (related to Islam). Upcoming events for the Nuri Group include a smoking and drug abuse campaign, as well as sewing activities for the girls. In October 2006 Samaritan’s Purse organized a competition between the Nuri Groups of each polindes. It included: races, sack race, tug of war, an eating competition using kepuruk as well as a drawing contest. Such competitions can help adolescents to have a bet• KAR Program also adjusted its objectives to focus more on children and adolescents’ development. HM: Where do these activities take place? MN: KAR program activities take place every week in two polindes, which were built by Samaritan’s Purse. The polindes are located in Alue Piet and Ladang Baro sub-villages, both located in Panga sub-district. The young people come from the surrounding villages and sub-­villages near the polindes. HM: How are these activities organized? MN: Children and adolescents are divided into three age groups and meet on different days of the week. Each group has two facilitators to help them during the activities. The adolescent group, also known as “Nuri Group”, focuses on junior and high school ages (1318 years old). Nuri activities take place every Saturday between 4 and 6pm. The facilitator is responsible for planning and implementing activities for that day. The facilitators meet with each other every week to report, discuss and solve problems related to the past week’s activities. HM: Could you describe these creative activities? MN: Activities vary from week to week and are determined by the KAR facilitators. The most common activities include: drawing, painting, and other crafts such as origami. The youth especially enjoy various sports 36 HEALTH MESSENGER N° 05 WELL - BEING ADOLESCENTS’ HEALTH KESEJAHTERAAN / KEGIATAN PSIKOSOSIAL untuk meringankan mereka dari kesedihan dan trauma. Sebagaimana proses pemulihan dampak tsunami masih berlanjut, bukan hanya pemulihan “fisik” saja seperti pembangunan rumah serta bangunan permanen lainnya, akan tetapi dalam hal psikologis juga, Program KAR juga mensinkronkan tujuannya untuk lebih fokus lagi pada pengembangan anak dan remaja. P2K: Dimana aktivitas-aktivitas ini berlangsung? MN: Aktivitas Program KAR berlangsung setiap minggu di 2 Polindes yang dibangun oleh Samaritan’s Purse. Lokasinya ada di Dusun Alue Piet dan Ladang Baro, yang keduanya berada di Kec. Panga. Anak-anak dan remaja pesertanya berasal dari desa dan dusun sekitar Polindes. P2K: Bagaimana kegiatan ini dilaksanakan? MN: Anak-anak dan remaja dibagi ke dalam 3 kelompok umur, dan bertemu pada hari yang berbeda setiap minggunya. Setiap kelompok mempunyai 2 orang fasilitator yang membantu mereka selama kegiatan bermain. Kelompok remaja yang dikenal dengan nama “Kelompok Nuri”, difokuskan untuk usia SMP dan SMA (13-18 tahun). Kegiatan Nuri berlangsung pada setiap hari Sabtu antara jam 4 dan 6 sore. Fasilitator bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pada hari tersebut. Fasilitator bersama-sama mengadakan pertemuan setiap minggu untuk memberikan laporan, diskusi dan memecahkan permasalahan yang dijumpai pada kegiatan mingguan. P2K: Bisakah anda menjelaskan kegiatan-­kegiatan kreativitas tersebut? MN: Kegiatannya beragam dari minggu ke minggu dan ditentukan oleh fasilitator. Aktivitas yang paling rutin adalah menggambar, melukis, dan berbagai kerajinan tangan seperti origami (seni melipat kertas). Pemuda khususnya, sangat gemar pada bidang olah raga seperti bulu tangkis, sepak bola, bola volley dan ping-pong. Kegiatan lainnya teka-teki, bernyanyi, membaca dan nonton film atau kartun. Fasilitator Program KAR juga melaksanakan bebe­ rapa “kegiatan di luar rutinitas” seperti hari wisata pantai dan juga program pertanian (tanaman pangan). Hari wisata pantai bisa menjadi salah satu terapi untuk semua umur. Melalui kegiatan berenang di laut, remaja mampu mengatasi trauma yang mungkin saja masih terasa sebagai akibat dari tsunami. Kegiatan wisata pantai ini biasanya mencakup: renang selama beberapa menit, main bola atau bulu tangkis di pantai, dan juga tentu saja makan. Program pertanian merupakan pengalaman baru bagi anggota KAR yang lebih senior. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok bersaing untuk menghasilkan panen yang terbaik yang kemudian dinyatakan sebagai pemenang. Pertama, mereka diberikan bibit (semangka, bayam, jagung, terong, cabai dll), pupuk, dan alat pertanian. Kemudian mereka mulai bekerja sama dalam kelompoknya untuk menghasilkan lahan/ kebun terbaik. Setiap kebun/ lahan akan dievaluasi oleh fasilitator setiap minggunya. ­Akhirnya, di saat panen tiba dan semua bibit sudah berbuah, fasilitator akan memi­lih pemenang berdasarkan kelompok, ilmu didapat dan hasil kebun bermutu juga didapat. Selain kegiatan ini, Samaritan’s Purse juga sudah melengkapi perpustakaan untuk setiap Polindes. Buku-bukunya beraneka ragam, mulai dari buku cerita, buku pendidikan, majalah, novel, atlas, dan juga beberapa buku agama (yang berhubungan dengan agama Islam). Kegiatan kelompok Nuri berikutnya adalah mengenai Kampanye merokok dan penya­ lahgunaan narkotika, serta kegiatan menjahit untuk perempuan. Bulan Oktober 2006, Samaritan’s Purse membuat suatu pertandingan antar kelompok Nuri dari masingmasing Polindes. Kompetisinya termasuk lomba karung, lomba lari jarak pendek (sprint), tarik tambang, lomba makan kerupuk, dan perlombaan menggambar. Perlombaan tersebut bisa membantu para remaja untuk lebih mengetahui kemampuan mereka dan merasa bangga dengan hasil yang diperoleh, yang mana hal tersebut sangat bagus untuk mengembangkan jati diri dan kepercayaan dirinya (ke-pedeannya). P2K: Apakah para remaja senang dengan kegiatan pendidikan tersebut? Apakah anda sudah memperoleh tanggapan? MN: Sebagian besar remaja nampaknya menikmati/ senang dengan kegiatan-kegiatan ini. Seorang gadis berumur 14 tahun, Sri, dari Polindes Alue Piet berkata: “Saya merasa senang datang ke KAR. Saya senang karena saya bisa membaca beberapa buku dan main bersama teman-teman”. Sementara Ita, gadis berumur 15 tahun ini memberikan tanggapan yang sama, yang mengatakan bahwa dia betul-betul menikmati aktivitas-aktivitas di Polindes, terutama menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Kurataini, 14 tahun, juga berkata bahwa dia merasa senang dengan Program KAR karena dia berkesempatan untuk menggambar dengan kelir air berwarna. PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 37 LEBIH MENDALAM KESEHATAN REMAJA WELL-BEING / PSYCHOSOCIAL ACTIVITIES ter knowledge of their abilities and to be proud of their achievements, which is excellent for developing selfidentity and self-confidence. HM: Do they appreciate these educational activities? Did you receive any feedback? MN: Most of the participants seem to enjoy these activities. A 14 year old girl from polindes Alue Piet, Sri, said, “I like to come to KAR. I’m happy there because I can read books and play with my other friends.” Another 15 year old girl, Ita, gave us the same feedback, saying that she really enjoys the activities in polindes especially spending time with her friends. Kurataini, 14 years old, also said that she enjoys KAR program because she has the opportunity to draw with water color paint. One noteworthy fact about the Nuri Group is that some boys who don’t attend school actually attend the KAR program. In fact they work during mornings and participate in KAR program during their Saturday afternoons. HM: How many adolescents are involved in the program? What about the program coverage? MN: About 20 adolescents come to polindes Alue Piet and approximately 15-20 of them attend Ladang Baro Nuri Group every week. However, most of the members of Nuri Group are boys. When we compare the number of children and adolescents who participate in the program with the total number of young people in the whole sub-district, it reaches approximately 10 % (that is to say 40 out of 500 adolescents). Nonetheless, Samaritan’s Purse continues to strive to provide sufficient coverage for the targeted sub-villages of Alue Piet and Ladang Baro. HM: Why is their involvement a bit low? MN: It can be explained through the assigned co­ verage area for each polindes. Polindes Alue Piet co­vers three sub-villages (Alue Piet, Ingin Maju, Aron Patah), while polindes Ladang Baro covers another three subvillages (Ladang Baro, Kuta Tuha and Pulo Ie). Some of these sub-villages are still quite far from polindes, which is not conducive to a large percentage of attendance. Then Marzati, one of the adolescents, said that even though parents were happy with these activities, the location was still too far for some of them. HM: What could be done to strengthen participation? MN: It is our hope that other villages will promote si­milar activities for adolescents. Adolescents could easily­ gather in similar clinics or other health posts in the village. The medical staff like community health workers or midwives could help in planning activities. Samaritan’s Purse would like to support such programs in other remote villages. HM: Are parents involved in this project? MN: Samaritan’s Purse expects parents to support this program by encouraging their children to be involved. Unfortunately, there are still some of them who don’t consider this program as a way to improve the psychological well-being of their children. In order to encourage their participation, Samaritan’s Purse promotes a “parent’s day” for each group. On this day parents are invited to join and see KARS activities. Parents attending “Parent’s Day” can really be spokesmen of the program to others parents. The well-being of an adolescent should be the result of a common effort between parents, community members, medical staff, NGOs and other institutions. We will try to do our best in the future to achieve this goal. l WELL - BEING 38 Source: Samaritan’s Purse HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEJAHTERAAN / KEGIATAN PSIKOSOSIAL Satu kenyataan yang perlu digarisbawahi mengenai kelompok Nuri ini, bahwa beberapa remaja pria yang tidak bersekolah juga mengikuti program KAR ini. Anak-anak ini kerja pagi hari, dan kemudian Sabtu sore menyi­sihkan waktunya untuk mengikuti program KAR. P2K: Berapa orang remaja yang terlibat? Bagaimana­ dengan angka cakupan program? MN: Sekitar 20 orang remaja di kelompok Nuri Polindes Alue Piet dan kira-kira 15-20 orang remaja di kelompok Nuri Ladang Baro setiap minggunya. Akan tetapi, sebagian besar anggota kelompok Nuri adalah laki-laki. Jika kami ban­ P2K: Mengapa jumlahnya cenderung rendah? MN: Hal ini bisa dijelaskan melalui daerah cakup­ an untuk masing-masing Polindes. Polindes Alue Piet mencakup 3 dusun (Alue Piet, Ingin Maju, Aron Patah), sementara Polindes Ladang Baro mencakup 3 dusun lainnya (Ladang Baro, Kuta Tuha dan Pulo Ie). Bahkan beberapa dari dusun tersebut cukup jauh dari Polindes, yang mempengaruhi jumlah persentase kehadiran. Marzati, salah seorang partisipan remaja, mengatakan walaupun orang tua merasa senang anak-anaknya bisa mengikuti ke­giatan-kegiatan tersebut, bagi sebagian mereka lokasinya masih terlalu jauh untuk ditempuh. P2K: Apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi? MN: Harapan kami adalah agar desa lainnya bisa mempromosikan kegiatan serupa untuk para remaja. Klinik atau Pos Kesehatan serupa lainnya yang ada di desa bisa difungsikan sebagai tempat pertemuan bersama bagi para remaja. Staf medis seperti pekerja kesehatan masyarakat atau bidan juga bisa membantu dalam hal perencanaan kegiatan. Samaritan’s Purse akan mendukung program-program tersebut di desa terpencil lainnya. P2K: Apakah orang tua turut dilibatkan dalam program ini? MN: Untuk mendukung program ini, Samaritan’s Purse mengharapkan agar orang tua bisa mendukung dengan mendorong anak-anaknya untuk terlibat dalam program ini. Namun sayangnya, masih ada beberapa orang tua yang tidak yakin bahwa program ini bisa meningkatkan keadaan psikologis yang baik bagi anak-anaknya, Samaritan’s Purse mempromosikan “Hari Orang Tua” kepada masing-­masing kelompok. Pada hari tersebut, para orang tua akan diundang untuk bergabung dan melihat kegiatan KAR. Orang tua yang menghadiri “Hari Orang Tua” ini diharapkan agar menjadi pemberi informasi mengenai program ini kepada orang tua yang lain. Ke-sejahtera-an remaja akan bisa dicapai dengan adanya usaha bersama antara orang tua, anggota masyarakat, staf medis, NGO dan institusi lainnya. Di masa mendatang, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk mencapai target ini. l Program pertanian (Sumber: Samaritan’s Purse) LEBIH MENDALAM dingkan jumlah anak-anak dan remaja yang berpartisipasi dalam program ini dengan jumlah keseluruhan anak-anak dan remaja di Kec. Panga, angkanya kira-kira mencapai 10% (40 dari 500 remaja). Namun demikian, Samaritan’s Purse masih berusaha keras untuk meningkatkan target angka cakupan untuk dusun Alue Piet dan Ladang Baro. KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 39 REPRODUCTIVE HEALTH / AT RISK EARLY PREGNANCIES At-risk early pregnancies By Dr Nur Fardian (CARE International Indonesia) In Indonesia, one out of five people is an adolescent. According to the data from Indonesian Health Profile (Profil Kesehatan Indonesia) in 2000, ado­ lescents between 10 and 19 years old represent 21 % of the indonesian population. Half of them are female, and many of them have to deal with ­ at-risk early pregnancies, either expected or unexpected. Health care providers should be aware of the urgent need to provide both medical and psychological support. ­ The high rate of at-risk early pregnancies Adolescence pregnancy is related to girls of 19 years old or younger. In Indonesia, data collected from a maternal and child health survey in 2000 show that the average age of first pregnancy is 18 years old. Forty six percent of women are pregnant under 20 years old, with a rural rate (51 %) higher than the urban one (37 %). Early marriages contribute to this substantial number, especially in rural areas. Adolescent pregnancy is associated with morbidity and mortality rates for both mothers and infants. The younger the mothers are, the greater are the risks: the level of morbidity and mortality rates for young mothers and their infants is 2-4 times higher compared to the rates related to pregnant women of 20-35 years old. Their babies face mortality risks before reaching the age of one year old (which is ­50 % ­ higher than for babies born from women in their twenties). Why early pregnancies are at risk? Immature organs During puberty, bones and reproductive organs develop. The ratio or proportion of corpus to ­ isthmus and uterine cervix is still immature. The young mother’s uterus (corpus) is smaller due to the process of uterine growth. Then the ratio of cervix and corpus is 1:1, while it’s 2:1 for adult women.­ These immature reproductive organs ­ explain why young pregnant girls are at risk for their own health and for their babies’ health. In addition, most of the young girls in Indonesia­ have a small stature. Pelvis is often too small for their baby to fit in, which is called “cephalopelvic disproportion”. REPRODUCTIVE HEALTH Source: AMI In Indonesia, 46 % of women are pregnant under 20 years old and are linked with early pregnancies. ADOLESCENTS’ HEALTH GOOD TO REMEMBER Early pregnancies are at risk because adolescents’ organs are still immature. Pelvis is often too small for their baby to fit in. GOOD TO REMEMBER 40 HEALTH MESSENGER N° 05 KESEHATAN REPRODUKSI / KEHAMILAN DINI BERESIKO Kehamilan dini beresiko Oleh Dr Nur Fardian (CARE International Indonesia) Di Indonesia, satu dari lima penduduk berada dalam rentang usia remaja. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2000, 21% populasi penduduk Indonesia berusia remaja antara 10-19 tahun. Dan separuh dari jumlah itu adalah remaja putri dan banyak di antara mereka harus mengalami resiko kehamilan di usia muda, baik yang diinginkan maupun tidak. Tenaga kesehatan seharusnya peduli akan pentingnya kebutuhan yang mendesak terhadap dukungan medis dan psikologis bagi kelompok ini. Tingginya angka dini beresiko kehamilan pelvic disproportion’’ (disproporsi kepala panggul) sangat mungkin terjadi. PENTING UNTUK DIINGAT Di Indonesia, 46 % wanita hamil berusia di bawah 20 tahun. Mengapa Kehamilan Muda Beresiko? Usia Kehamilan di usia remaja terjadi pada usia 19 tahun atau kurang. Di Indonesia, data Survey Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2000 menunjukkan bahwa usia rata-rata ibu yang hamil untuk pertama kali adalah 18 tahun. Dan 46 % perempuan di Indonesia hamil di bawah usia 20 tahun, dimana daerah pedesaan memiliki angka le­ bih tinggi (51%) dibanding perkotaan (37%). Perkawinan usia dini memberi kontribusi terhadap angka ini, ter­ utama di daerah pedesaan. Kehamilan di usia remaja juga dikaitkan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian baik bagi ibu dan bayinya. Semakin muda sang ibu, semakin besar resiko yang akan dialami: angka kematian dan ke­ sakitan bagi bayi yang lahir dari ibu muda dan si ibu sendiri adalah 2-4 kali lebih tinggi dibanding kehamilan pada wanita usia 20-35 tahun. Para bayi dari ibu muda ini akan menghadapi resiko kematian sebelum mereka mencapai usia satu tahun (yang berarti 50% lebih tinggi dibanding para bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia dua puluh tahunan). PENTING UNTUK DIINGAT KESEHATAN REPRODUKSI Kehamilan muda beresiko karena belum maturnya organ di usia remaja Apa saja penyulit bagi ibu muda selama persalinan? Persalinan usia muda menimbulkan resiko bagi keselamatan ibu dan anak. Resiko itu antara lain: - Partus macet, karena adanya disproporsi kepala panggul seperti yang telah dijelaskan di atas. Dalam hal ini, pertolongan persalinan harus melalui operasi­ Caesar, yang tentu saja harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap( namun ini menjadi masalah bagi mereka yang tinggal di daerah yang jauh dari fasili tas yang memiliki layanan operasi Caesar, dimana kasus ini malah lebih sering terjadi). Organ yang Immatur ( belum berkembang sempurna) Selama pubertas, tulang dan organ reproduksi mengalami perkembangan. Rasio atau perbandingan Organ kandungan wanita muda antara corpus ke isthmus dan cervix belumlah sempurna. Corpus uterus(kandungan) ibu muda lebih kecil karena proses pertumbuhan uterus itu sendiri masih berlang­ sung dan belum sempurna, rasio corpus dan cervix hanya 1:1, sementara pada wanita dewasa adalah 2:1. Organ reproduksi yang immatur ini menjelaskan mengapa kehamilan muda memiliki resiko bagi kesehatan ibu dan bayinya. Selain itu, banyak para remaja putri ter­ utama di Indonesia memiliki postur tubuh yang kecil..Pelvis cenderung masih terlalu kecil, menyebabkan kesulitan saat persalinan, keadaan yang kita kenal sebagai “cephaloKESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 41 REPRODUCTIVE HEALTH / AT RISK EARLY PREGNANCIES What are the complications for young mothers during deli­ veries? Deliveries of pregnant young ladies are at risk for their health and life. These risks are: • Obstructed labor due to ce­ phalopelvic disproportion explained above. In this case, assistance is necessary to deliver the baby by Caesarean section, which is easier to manage in a well-equipped health facility­ (access to appropriate care remains a problem in remote areas where early pregnancies ­ are numerous). Fistula which is very common and a result of an obstructed labor not handled in an appropriate way. The long pressure of the baby’s head against the young mother’s pelvis cuts off blood supply in the soft tissue surrounding the bladder, rectum and vagina, which can then rot away, leaving a hole (fistula). The consequence is that the girl will not be able to control her bladder or bowels anymore. Then she can feel a great pain, both physical and emotional (that usually ensues in being rejected by society). • Postpartum (or post delivery) hemorrhage due to anemia. During their early pregnancies, ­ young mothers tend to be more anemic than older ones (see the article about nutrition in this section). Hemorrhage is one of the most common causes of maternal mortality. What are the complications for babies after deliveries? Regarding information above, there is no doubt that young mothers’­ health can affect a lot their babies: - Young mothers often have poor eating habits and they are likely to have an inadequate pregnancy weight (see the article about nutrition). Infants born from young mothers­ are 2 to 6 times more ­likely to have low birth weight due to immaturity and intrauterine growth retardation. - Low birth weight babies may have organs not fully developed, which can lead to lung problems such as respiratory distress syndrome, bleeding­ in the brain, intestinal problems or mental retardation. - The control of body temperature and blood sugar level can be difficult to manage. - As a consequence, low weight born babies are more than 20 times likely to die in their first year of life compared to normal weight babies. REPRODUCTIVE HEALTH Source: Samaritan’s Purse The greater risk for babies born from young mothers is low birth weight. These babies are more than 20 times likely to die in their first year of life than normal weight babies. An early antenatal care, ada­ p­ted for all early pregnancies, is necessary to ensure that the baby will be healthy, as the knowledge of female adolescents concerning their reproductive health is still low (see the article about mothers-girls education in this section). l ­ GOOD TO REMEMBER • Another fact is that having first child during adolescence makes young women more likely than older ones to have more children overall and to have shorter intervals between births. 42 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN REPRODUKSI / KEHAMILAN DINI BERESIKO - Fistula, merupakan pe­nyulit yang paling sering sebagai akibat dari partus macet yang tidak ditangani­ dengan cepat dan tepat. Tekanan dari kepala bayi yang lama terhadap pelvis ibunya me­ ngurangi aliran darah ke jaringan lunak di sekitar kandung kemih, rektum dan vagina, kemudian membusuk yang selanjutnya dapat menimbulkan lubang (fistula). Se­ bagai konsekuensinya adalah sang ibu tidak dapat lagi mengontrol pengosong­an kandung kemih, atau pencernaannya.  Yang kemudian menyebabkan sang ibu merasakan nyeri secara fisik dan kesedihan secara emosional, dan juga penolakan masyarakat terhadap dirinya. - Pendarahan pasca persalin­ an, termasuk masalah akibat anemia. Selama kehamilannya, ibu muda cenderung mengalami anemia dibanding ibu yang lebih tua (lihat juga artikel tentang nutrisi). Pendarahan merupakan penyebab tersering bagi kematian ibu. Fakta lain adalah bahwa memiliki anak pertama di usia remaja menjadikan ibu muda ini cenderung memiliki anak lebih banyak dan jarak antar kehamilan yang lebih singkat dibanding ibu yang lebih dewasa. Apa saja penyulit bagi bayi pasca persalinan? Berdasar informasi di atas, ke­ sehatan ibu muda berpengaruh sangat besar terhadap bayi: • Ibu muda sering menjalani pola makan yang buruk dan kadang • mengalami pertambahan berat badan selama hamil yang tidak adekuat (lihat juga artikel tentang “gizi”). Bayi yang lahir dari ibu muda 2- 6 kali lebih sering mengalami berat badan lahir rendah karena prematur dan retardasi pertumbuhan selama dalam rahim. • Bayi dengan berat badan lahir rendah mungkin mengalami pertumbuhan organ yang tidak berkembang sempurna, yang dapat menimbulkan masalah pada paru-paru seperti: “respiratory distress syndrome”, atau pendarahan otak, dan masalah pencernaan atau retardasi mental. Kontrol terhadap suhu tubuh dan kadar gula darah mungkin sulit di atur. Dan konsekuensinya adalah bayi dengan berat badan lahir rendah, 20 kali lebih mudah mengalami kematian selama satu tahun pertama kehidup­ annya dibanding dengan bayi dengan berat badan normal. • KESEHATAN REPRODUKSI PENTING UNTUK DIINGAT Resiko terberat bagi bayi yang lahir dari ibu muda adalah berat badan lahir yang rendah. Bayi ini 20 kali lebih mudah me­ ngalami kematian selama satu tahun pertama kehidupannya dibanding dengan bayi dengan berat badan normal. Pelayanan antenatal yang sedini mungkin harus dilakukan bagi semua kehamilan di usia muda, guna memastikan kesehatan bayi, karena pengetahuan remaja ­ putri tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah (lihat juga artikel tentang pendidikan ibu dan ­ gadis). l KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 43 Sumber: AMI REPRODUCTIVE HEALTH / MOTHERS-GIRLS EDUCATION Why we should focus on “mothers-girls” education By Mardewi (CARE International Indonesia) With the contribution of Rika Setiawati (AMI) Research has consistently shown that when mothers have health care, education and economic opportunities, they have a best chance to survive and thrive, as well as their children. But what should we do if mothers are children themselves? There is an urgent need to support young first-time ­ mothers’ education and services and, first of all, to make them more directly reachable. An increased maternal and infant mortality and morbidity An estimated 70 000 girls aged from 15 to 19 years old die each year during pregnancy and childbirth, and more than one million infants born from adolescent girls die before their first birthday. The fact sheet published by the Indonesian Planned Parenthood Association, United Nations Population Fund (UNFPA) and the National Family Planning Coordination Board (BKKBN) show that every year, approximately 15 million adolescents between the ages of 15-19 years old give birth. The fact sheet also reports that approximately 2.3 million abortions are performed in Indonesia every year, and 20 % of those involve adolescents. If nothing is done to help young mothers to change their lives, they tend to follow a predictable and tragic script that brings hardship and challenges in the areas of education, health and economic survival. The crucial role of education in preventing risks One of the most effective ways to help girls who are at risk of becoming mothers at a dangerously early age is to focus on girls’ education. Both formal education and non-formal trainings give girls knowledge, selfconfidence, practical skills and hope for a bright future. Indeed, educated mothers are more likely to use family planning to space their births at healthy intervals, to seek pre/post-natal care, to follow doctors’ recommendations and have births attended by trained medical workers. They are more proactive about seeking care for ­illness, negotiating better health care for themselves and their families, and they are more aware of preventive measures such as vaccinations. Educated mothers also provide better hygiene and nutrition for their children. Why are young girls cut off from information? A girl who leaves school usually looses connections with peers and adult role models. So not only does her formal education stop, but she may also be cut off from informal opportunities to gain useful knowledge and life skills. She may be unaware of services available nearby for her and her children. And she is less likely to share her problems. Added to this, she also might not be wellprepared to take important decisions in life such as planning, when to get pregnant and the ideal family size. REPRODUCTIVE HEALTH A girl who leaves school usually looses connections with peers and adult role models. A young girl experience in Aceh “My pregnancy happened du­ ring adolescence period. Not only it affected my health system, but it also forced me to become an adult earlier. First, I had to face economic pro­blems after delivery when I had to start to rear my child. Then I had to play the role of parent too early! I had to think about how to ma­nage domestic problems such as the schedule for washing all clothes, the necessary amount of money for domestic expenses, dealing with my husband, thinking about rea­ ring my child, etc., meanwhile my GOOD TO REMEMBER An estimated 70 000 girls aged 15 to 19 years old die each year during pregnancy and childbirth. 44 HEALTH MESSENGER N° 05 GOOD TO REMEMBER ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN REPRODUKSI / PENDIDIKAN IBU-GADIS Mengapa kita lebih berfokus kepada­ pendidikan “Ibu-gadis” Oleh Mardewi (CARE International Indonesia) Dengan kontribusi Rika Setiawati (AMI) Penelitian telah menunjukkan bahwa jika para ibu mendapatkan peluang layanan kesehatan, pendidikan dan ekonomi, maka si ibu dan anak-anaknya akan memiliki kesempatan terbaik untuk bertahan hidup dan berkembang. Akan tetapi bagaimana jika si ibu itu sendiri masih kanak-kanak? Ada kebutuhan yang urgen untuk mendukung pendidikan dan pelayanan bagi para ibu muda, dan pertama-tama, untuk membuat mereka lebih terjangkau secara langsung. Kenaikan angka kematian dan cacat Ibu dan Bayi Kira-kira sejumlah 70.000 orang remaja putri umur 15 sampai 19 tahun meninggal setiap tahun selama kehamilan dan persalinan, dan lebih dari 1.000.000 orang bayi yang dilahirkan oleh remaja meninggal sebelum ulang tahun pertamanya (sebelum berumur 1 tahun). Selebaran yang dipublikasikan oleh Indonesian Planned Parenthood Association (Assosiasi Orangtua Berencana Indonesia), UNFPA, dan BKKBN menunjukkan bahwa setiap tahun, diperkirakan hampir 15 juta orang remaja umur 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya. Lembaran informasi ini juga melaporkan bahwa kira-kira 2,3 juta kasus aborsi ditemukan di Indonesia setiap tahun, dan 20% diantaranya melibatkan remaja. Jika tidak ada yang diperbuat untuk bisa membantu ibu muda untuk mengubah kehidupannya, mereka cenderung akan mengikuti alur yang tragis dan sudah bisa diprediksi, yang akan mengakibatkan kesulitan dan tantangan dalam bidang ke­tahanan pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Peran utama pendidikan dalam mencegah berbagai resiko Salah satu cara yang paling efektif untuk membantu remaja putri agar terhindar dari resiko menjadi ibu muda, adalah dengan memberikan pendidikan kepada mereka. Baik pendidikan formal maupun pelatihan non-formal, hal ini akan memberikan pengetahuan, kepercayaan diri, keahlian praktis dan harapan untuk masa depan yang cerah. Memang, bila wanita itu berpendidikan maka ia akan lebih cendrung untuk ber-KB agar dapat mengatur jarak kehamilan dengan selang waktu yang sehat, mengikuti pemeriksaan ANC dan PNC, mengikuti rekomendasi dokter dan menjalani persalinan dengan bantuan pekerja kesehatan terlatih. Mereka lebih proaktif untuk mendapatkan perawatan atas peKESEHATAN REMAJA nyakit, dan menegosiasikan layanan kesehatan yang lebih baik untuk diri sendiri dan keluarganya, serta me­ reka lebih waspada akan langkahlangkah pencegahan se­perti vaksinasi. Para ibu yang berpendidikan ini juga akan menjaga kebersihan dan gizi yang lebih baik untuk anak-anak mereka. Alasan remaja putri dapat kehilangan informasi Seorang gadis yang putus sekolah dapat kehilangan hubungan dengan kawan sebaya dan juga orang-orang di sekitarnya yang bisa menjadi contoh. Jadi bukan hanya pendidikan formalnya yang terputus, namun kesempatan-kesempat­an nonformal untuk memperoleh pe­ngetahuan dan keahlian yang berguna juga turut hilang atau menjauh darinya. Mungkin dia tidak akan menyadari ketersediaan layanan bagi dirinya sendiri dan anak-anaknya yang tak termanfaatkan olehnya. Dan dia akan memiliki lebih sedikit kemungkinan berpendapat dalam pengambilan keputusan untuk hal-hal yang penting, seperti perencanaan, kapan waktu terbaik untuk hamil dan jumlah keluarga yang ideal. KESEHATAN REPRODUKSI PENTING UNTUK DIINGAT Diperkirakan terdapat 70.000 remaja perempuan umur 15 sampai 19 tahun meninggal setiap tahun selama kehamilan dan persalinan. PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 45 REPRODUCTIVE HEALTH / MOTHERS-GIRLS EDUCATION friends could still ­play around, go to school or college, have free time for fun, etc. I also had to be independent from my parents - or let’s say that it was not easy anymore to ask for help. I had to carry many responsibilities on my shoulders and actually I was not ready to face this kind of pressure. My head was like blowing­ up and I was afraid I could not handle all these tasks. Sometimes I wanted to run away, but I could not because I had a child...” The frequent lack of trained health workers Then, even if the girl goes to see a doctor, she may lack the selfesteem and the required knowledge ­ to get proper information and advice. In addition, in many poor communities, health providers are not trained to pay attention to the unique needs of young first-time mothers who may require more time and more thorough explanations than older women. Newly married girls and young first-time mothers need health services and support designed to meet their special needs, taking into consideration the unique risks they face, as well as their limited knowledge, experience and autonomy. A number of successful programs around the world are helping girls to delay pregnancy. In Indonesia, the Ministry of Health developed “Adolescent Friendly Health Ser­vices” (AFHS) program, based in pus­ kesmas and hospitals (see “Public Health” section). But there are other programs that serve girls who become pregnant, giving these young mothers and their babies a better chance to survive. To be effective, health programs must reach out to girls, breaking off from fears and isolation. Gathering and sharing experiences through supportive groups For example, through the COME (Center of Mother Education) / SABAR Ibu (Sarana Belajar Ibu) ­ programs conducted by CARE, both pregnant mothers and lactating mothers gather in order to share their experiences during pregnancy and lactation. This activity is conducted three days in a row per month, or one time per week. Each session lasts approximately one-two hours with different topics such as good nutrition during pregnancy, breastfeeding, pregnancy exercises and safe delivery. Through this activity, village midwives can act as facilitators or resource persons who can give antenatal care or postnatal care during this gathering. This can also help the adolescent mothers to learn together, since when a girl becomes pregnant for the first time, there is a huge need to learn about how to have a healthy pregnancy, a safe delivery and how to care for her baby and herself. GOOD TO REMEMBER Devi Suryani (Source: Care International) Devi Suryani (on the picture), 19 years old and two months pregnant, participated in a COME activity in Umong Seuribee Village, Lhoong sub-district, Aceh Besar. This is her second pregnancy. Her first one occured when she was 18 years old, which resulted in a miscarriage. Here is her feedback: “Through the COME activity, I can share my feelings­ regarding my present and past pregnancy”. Thus, she can gain support from other people in the same condition and share knowledge and experience. l References: - Children Having Children, State of the World’s Mothers 2004, Save the Children, May 2004. - COME Guideline, CARE International Indonesia, April 2004. - Every year 15 million adolescents gave birth, download from http://www.bkkbn.go.id on 6th of January 2007. Referensi: - Anak-anak Mempunyai Anak, Pernyataan Ibu se-Dunia 2004, Save the Children, Mei 2004. - Panduan COME, CARE International Indonesia, April 2004. - Setiap Tahunnya 15 juta Remaja Melahirkan, diunduh dari http://www.bkkbn.go.id pada 6 Januari 2007. REPRODUCTIVE HEALTH Young first-time mothers may require more time and more thorough explanations than ­ older women. ­ How to reach young mothers? Experts have found that it is not enough to provide family planning and reproductive health services in communities where girls marry and become pregnant at young ages. To be effective, health programs must reach out girls, breaking­ off with fears and isolation, to increase their knowledge of options they may not know. 46 HEALTH MESSENGER N° 05 GOOD TO REMEMBER Village midwives can act as facilitators or resource persons. GOOD TO REMEMBER ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN REPRODUKSI / PENDIDIKAN IBU-GADIS PENTING UNTUK DIINGAT Seorang gadis yang sudah tidak bersekolah biasanya kehilang­ an­­ hubungan dengan kawan sebaya dan orang disekitarnya yang bisa menjadi contoh. Bahkan kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan formal dan informalnya. Pengalaman Remaja Putri yang cepat berumah tangga di Aceh “Kehamilan saya terjadi selama masa remaja. Hal ini tidak saja mempengaruhi kesehatan saya, tapi juga memaksa saya untuk menjadi orang dewasa sebelum waktunya. Pertama, saya harus menghadapi masalah ekonomi setelah persalin­ an di saat saya sudah punya anak. Kemudian saya harus memainkan peranan sebagai seorang orang tua di usia yang terlalu dini! Saya harus memikirkan masalah pengaturan kegiatan di rumah seperti mengatur jadwal mencuci kain/ pakaian, me­ ngatur keuangan untuk pengeluaran sehari-hari, urusan suami, memikir­ kan cara membesarkan anak dan lain-lain, sementara teman-teman saya masih bisa bermain-main, sekolah atau kuliah. Singkatnya, saya harus menanggung banyak tanggungjawab dan sebenarnya saya belum siap untuk menghadapi tekanan semacam ini.” Seringnya kekurangan pekerja kesehatan terlatih Kemudian, meskipun si ibu pergi menjumpai dokter, bisa saja kepercayaan diri dan pengetahuannya kurang memadai untuk memperoleh informasi serta saran yang dibutuhkan. Terlebih lagi, di kalangan masyarakat miskin, para pekerja ­ kesehatan tidak dilatih untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus dari ibu muda (yang hamil untuk pertama kalinya), yang membutuhkan lebih banyak waktu dan penjelasan daripada wanita-wanita yang lebih tua. Pengantin baru dan ibu muda membutuhkan layanan kesehatan dan dukungan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka, dengan mempertimbangkan resiko yang mereka hadapi, begitu juga dengan pengetahuan, pengalaman­ dan kemandirian yang terbatas yang mereka miliki. PENTING UNTUK DIINGAT Ibu muda (yang hamil untuk pertama kalinya) membutuhkan lebih banyak waktu dan penjelas­ an daripada wanita-wanita yang lebih tua/dewasa. Bagaimana menjangkau Ibu Muda? Para ahli telah menemukan bahwa, tidak cukup hanya dengan membuat KB dan layanan kesehatan tersedia di tengah-tengah masyarakat yang gadis-gadisnya menikah dan hamil pada usia muda. Supaya lebih efektif, program-program kesehatan harus menjangkau gadisgadis muda, menembus ketakutan dan isolasi, untuk meningkatkan pengetahuan mereka atas adanya pilihan-pilihan yang mungkin tidak mereka ketahui sebelumnya. PENTING UNTUK DIINGAT Agar lebih efektif, program kesehatan harus bisa menjangkau kalangan remaja perempuan, menembus rasa takut dan isolasi. Berkumpul dan berbagi penga­ laman melalui kelompokkelompok pendukung ­ Sejumlah program telah sukses di seluruh dunia dalam membantu perempuan untuk menunda kehamilannya. Di Indonesia, Menteri Kesehatan mengembangkan program Layanan Kesehatan yang Bersahabat bagi Remaja (AFHS), yang berpusat di puskesmas dan Rumah Sakit (lihat pada Bab “Kesehatan publik”). Namun ada program lainnya yang melayani gadis-gadis hamil, memberikan para ibu-ibu muda ini dan ba­yinya kesempatan lebih baik untuk bertahan hidup dan berkembang. Sebagai contoh, melalui COME (Pusat Pendidikan Ibu)/ SABAR Ibu (Sarana Belajar Ibu) yang dilaksanakan oleh CARE, para ibu hamil dan menyusui berkumpul bersama untuk saling berbagi pengalaman selama kehamilan dan menyusui. Kegiatan ini dilaksanakan 3 hari perbulan, atau sekali seminggu. Setiap sesi lamanya kira-kira satudua jam dengan topik yang berbeda seperti gizi yang baik selama kehamilan, menyusui, olahraga di waktu hamil dan persalinan yang aman. Melalui kegiatan ini, bidan desa bisa ber­peran sebagai fasilitator yaitu se­bagai narasumber yang bisa memberikan layanan pra dan pasca melahirkan selama acara ini. Hal ini juga bisa membantu ibu muda (yang masih remaja) belajar bersama, karena seorang gadis yang hamil untuk pertama kalinya, sa­ngat perlu mempelajari bagaimana mendapatkan kehamilan yang sehat, persalinan­ yang aman dan cara merawat bayi serta dirinya. l Lihat referensi hal.46 KESEHATAN REPRODUKSI PENTING UNTUK DIINGAT Bidan Desa bisa berperan se­bagai fasilitator atau nara­ sumber. KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 47 REPRODUCTIVE HEALTH / AN APPROPRIATE DIET A well-balanced diet for early pregnancies By Mardewi (CARE International Indonesia) Nutrition during early pregnancies should be highly considered as ado­ lescents have specific needs including complete nutrients (minerals, vitamins), both for the development of the foetus and their own growth. Here are some explanations about deficiencies risks, as well as advices to avoid serious complications in pregnancies and deliveries for young mothers and their babies. The age of first marriage for women­ in Indonesia has a significant impact on the health, nutritional status and mortality/morbidity of women­ and children. Women who get married at an early age will have on ­average a longer exposure to the risk of pregnancy. Thus, it will indirectly influence the high level of fertility in a society. The data from 2002-2003 Indonesian Demographic­ and Health Survey show that as many as 20 % of women aged between ­­­­­­­45-59 years old were married at the age of 15. However it should be noticed that there is a rise regarding the age of first-time marriage for women. The percentage of women who got married at the age of 15 has gone down from 10 % among the women aged between 30-34, to 5 % among the women aged between 20-24 (Central Bureau for Statistic and ORC Macro­, 2003). Why pregnant adolescents have higher nutrition needs? Looking at the issue from a nutrition perspective, adolescent pregnancy might be risky. The nutrition needed by the pregnant adolescents is competing between their needs for their own growth and development, with the additional nutrition needed for the growth and development of 48 HEALTH MESSENGER N° 05 the foetus. Various risks such as anemia, premature, low birth weight, infant mortality and sexually transmited disease increase among ado­ lescents who became pregnant before the age of 16. A well-balanced food intake This situation is worsened by an unhealthy diet among adolescents before they become pregnant. Many of them do not have the proper food intake that supplies nutrients such as carbohydrate protein, calcium, iron, zinc, riboflavin, folic acid, and vitamins A, D and B6. The extra calories needed during pregnancy are easy to obtain from a daily additional serving of grains, vegetables, fruits and low fat milk or other dairy products. The variety is the key to a well-balanced diet since all food is complementary in nu­ trients, such as orange fruits, high in vitamin C but low in vitamin A (vitamin A should be taken from papaya or banana). Added to this, there is an effect of interaction between nutrients. For example, when pregnant women eat food that contains high iron such as meat, she also should eat food that has rich vitamin C such as fruits, since vitamin C enhances iron absorption. How to define a proper weight gain? The nutrition treatment for pre­ gnant adolescents starts with defining the daily energy needs. The Institute of Medicine recommends that pregnant adolescents have to be en­couraged to strive for weight gains toward the upper end of the range recommended for adult mothers (see the table below). Additional vitamins and minerals are also more significantly needed within this age group. For example: if before pregnancy the adolescent has a Body Mass Index (BMI) of 21 kg/m2 , then she needs to gain as much as 16 kg weight during pregnancy. But if the adolescent’s height is below 157 cm, her recommended Suggested total weight gain during pregnancy BMI before pregnancy (kg/m2) Low (< 19,8) Normal (19,8-26) High (> 26-29) Obese (> 29) Weight Gain (kg) 12,5-18 11,5-16 7,0-11,5 ≥6 REPRODUCTIVE HEALTH Source: Institute of Medicine. Subcommittee on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Nutrition during pregnancy. Washington D.C.:National Academy Press, 1990. ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN REPRODUKSI / DIET YANG TEPAT Diet seimbang untuk kehamilan usia dini Oleh Mardewi (CARE International Indonesia) Keadaan gizi selama kehamilan usia dini harus mendapat perhatian tersendiri sebagaimana remaja membutuhkan gizi khusus dan lengkap (mineral dan vitamin), keduanya untuk perkembangan janin dan juga untuk pertumbuhan remaja itu sendiri. Berikut ini beberapa penjelasan tentang resiko kekurangan vitamin, sebagaimana disarankan untuk mencegah komplikasi serius selama kehamilan dan persalinan bagi ibu muda dan juga bayinya. Usia pertama kali menikah akan memberi dampak pada tingkat kesehat­an, status gizi dan angka morbiditas/mortalitas dari ibu dan anak. Perempuan yang menikah dini memiliki masa subur yang lebih lama, hal ini berdampak secara tidak langsung terhadap tingginya fertilitas di masyarakat. Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 menunjukkan sebanyak 20% dari perempuan ber­umur 45-59 tahun menikah pada usia 15 tahun. Kenapa remaja yang hamil mempunyai kebutuhan gizi yang lebih tinggi? Ditinjau dari segi gizi, kehamilan pada remaja merupakan hal yang beresiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil ini berkompetitif antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembang­an diri sendiri dan untuk tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Beragam resiko terjadinya anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), kematian bayi dan penyakit menular seksual meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun. yang tidak mencukupi zat-zat gizi seperti Karbohidrat, Protein, Kalsium, Zat Besi, Seng, Riboflavin, Asam Folat dan Vitamin A, D dan B6. Kalori ekstra dibutuhkan untuk kehamilan akan sangat mudah diperoleh dari tambahan makanan pokok (nasi) seperti; sayuran, buah-buahan dan susu berlemak rendah atau produkproduk susu kaleng lainnya. Keaneka ragaman makanan tersebut adalah merupakan kunci dari diet seimbang karena semua makanan merupakan pelengkap gizi, seperti jeruk, me­ ngandung vitamin C yang cukup tinggi tapi sedikit mengandung vitamin A (jadi kita harus memperoleh vitamin A dari pepaya atau pisang). Dan kita juga mengetahui adanya faktor inter­ aksi dari masing-masing gizi makan­ an tersebut. Sebagai contoh, ketika seorang wanita hamil mengkonsumsi makanan yang me­ngandung zat besi tinggi seperti daging, dia juga harus mengkonsumsi makanan yang kaya KESEHATAN REPRODUKSI Resiko kehamilan usia dini berhubungan erat dengan perkawin­ an usia muda. PENTING UNTUK DIINGAT Namun demikian, hal yang harus diingat adalah bahwa adanya peningkat­an usia pada perempuan menikah. Persentase perempuan yang menikah pada usia 15 tahun menurun dari 10% pada perempuan berusia 30-34 tahun menjadi 5% pada perempuan berusia 20-24 tahun (BPS dan ORC Macro, 2003). Kehamilan usia dini mempu­ nyai resiko tinggi adalah dikarenakan: - kebutuhan gizi untuk pertumbuhan si remaja dan - kebutuhan gizi tambahan untuk perkembangan janin. Asupan makanan yang seimbang Keadaan ini diperparah dengan perilaku pola makan yang tidak sehat pada remaja sebelum mereka hamil. Asupan makanan mereka banyak KESEHATAN REMAJA PENTING UNTUK DIINGAT Remaja yang hamil harus bisa mendapatkan berat badan ideal­ dan tambahan asupan gizi se­perti vitamin dan mineral, misalnya vitamin A, zat besi dan ­ kalsium. PENTING UNTUK DIINGAT PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 49 REPRODUCTIVE HEALTH / AN APPROPRIATE DIET weight gain will be as the minimum amount recommended in the mentioned table p.48. Compared to male adolescents, female adolescents have a greater risk in experiencing malnurishment. It is due to the fact that females are engaged in heavy household work and economical productive activities from early life without an increase in food intake. This causes iron anaemic problem, which is more common among female adolescents than female adults. Calcium intake is also important since the bone mass during ado­ lescence is not fully formed. More­ over, a lack of calcium increases the risks of osteoporosis in the future. Young mothers and anemia problems Iron needs. Anemia occurs because of the lack of iron and folic acid in the body. When delivering, the iron need increases 3 times compared with before pregnancy normal condition. It is mainly linked with the foetus needs. The situation. In 2001, according to the National Health Survey, around 42 % of pregnant women detected ­ anemia. The risks. Anemia can increase the risk of premature baby, foetus growth retardation and low birth weight. Se­vere anemia (less than 7gr/l) can directly cause maternal death as mild/moderate anemia has a correlation with causing maternal death. Anemia can be detected by conducting a blood hemoglobin check (Hb) reaching less than 11 gr/L. But in general, common symptoms of anemia are: tiredness, pale face, dizzy feelings. To avoid anemia, young mothers should have a good nutrition and, while pregnant, should consume iron & folic acid table supplementation. The  “recommended  dietary allowance” in Indonesia ­ The below table explains the Re­commended Dietary Allowance which is advised for Indonesians (per person per day). The other factors that need to be considered are the occurrence of other common problems during pregnancy, such as morning sickness, heartburn, and constipation, which will require a more intensive care. How to prevent nutrition deficiencies during pregnancies? If taking into consideration the previous aspects, it is more rational to intervene before women start to bear and nurture children. Supplementa­ tion during pregnancy will be very difficult to handle in terms of nutrition deficiency due to the fact that it started before pregnancy. Furthermore, an intervention in this field during adolescence period is more feasible since there are less food items being considered as taboo or not appropriate, compared to the ones that actually are during pregnancy. It is important to keep in mind that pregnant adolescents need high nu­ tritious food not only for the sake of the growth of the foetus, but also for their own growth. l References: - Insel P, R. Elaine Turner & Don Ross, Nu­trition 2002 Update, Jones & Vartlett Pu­ blishes, 2002. - Kusin, J.A., Adolescent Nutrition, An en­ try point for safe motherhood, in ”The use of appropriate technology for reduction of maternal & perinatal mortality & morbidity”, Proceeding the VI National Congress of the Perinasi & International Symposium, Manado, 1997. - Department of Health, Adolescent ­Friendly Health Service, Jakarta, 2003. - Nutrition for Pregnant Women, down­ loaded from http://scc.uchicago.edu/nutritionpregant.htm on 26 December 2005. - Indonesia Demographic & Health Survey 2002-2003, CBS (Central Bureau for Statistic), Jakarta. REPRODUCTIVE HEALTH The “recommended dietary allowance” advised for Indonesians (per person per day) Female adolescents/ Gadis Remaja (age: 16-18) Pregnancy (trimesters) /Kehamilan (tiga bulanan) Energy (kcal) Protein (gram) Vit. A (RE) Vit. D (mcg) Vit. E (mg) Vit. K (mcg) Thiamine (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Folic Acid (mcg) Pyridoxine (mcg) Vit. B12 (mcg) Vit. C (mg) Calcium (mg) Phospor (mg) Magnesium (mg) Iron (mg) Iodium (mcg) Zinc (mg) Selenium (mcg) Manganese (mg) Flour (mg) 2200 50 600 5 15 55 1,1 1,0 14 400 1,2 24 75 1000 1000 240 26 150 14,0 30 1,6 2,6 Trim. I +100 +17 +300 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +200 +0,4 +0,2 +10 +150 +0 +30 +0 +50 +1,3 +5 +0,2 +0,2 Trim. II +300 +17 +300 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +200 +0,4 +0,2 +10 +150 +0 +30 +9 +50 +4,2 +5 +0,2 +0,2 Trim. III +300 +17 +300 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +200 +0,4 +0,2 +10 +150 +0 +30 +13 +50 +9,0 +5 +0,2 +0,2 50 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH KESEHATAN REPRODUKSI / DIET YANG TEPAT akan vitamin C seperti buah-buahan, karena vitamin C bisa menyerap/ meng­absorbsi zat besi. Bagaimana cara memiliki berat badan yang ideal? Perawatan gizi bagi remaja yang hamil dimulai dengan menentukan kebutuhan energi harian. The Institute of Medicine merekomendasikan agar remaja hamil menaikkan berat badan semaksimal mungkin dari yang direkomendasikan pada ibu hamil yang dewasa (lihat tabel berikut). Tambahan vitamin dan mineral juga semakin dibutuhkan pada kelompok umur ini. Contoh: Jika sebelum hamil remaja tersebut mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) sebesar 21 kg/m2 maka berat badannya perlu di­naikkan sebanyak 16 kg selama kehamilan. Berat badan yang direkomendasikan selama kehamilan IMT Sebelum Berat Kehamilan (kg/m2) Badan (kg) Rendah (< 19,8) Normal (19,8-26) Tinggi (> 26-29) Obesitas (> 29) 12,5-18 11,5-16 7,0-11,5 ≥6 gizi besi, yang memang lebih sering terjadi pada remaja dibandingkan pada wanita dewasa. Asupan kalsium juga penting diperhatikan karena massa tulang di usia remaja belum terbentuk secara maksimal. Kurangnya asupan kalsium dapat meningkatkan resiko osteoporosis di kemudian hari. Rekomendasi diet di Indonesia Tabel di hal. 50 “Rekomendasi asupan diet untuk masyarakat Indonesia (per orang per hari)” menjelaskan Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan bagi orang Indonesia (per orang per hari). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berbagai masalah yang biasa timbul saat kehamilan seperti ­ mual dipagi hari, heartburn/rasa terbakar di ulu hati dan konstipasi yang perlu mendapatkan perhatian lebih intensif. Bagaimana mencegah kekurangan gizi selama kehamilan? Dengan mempertimbangkan halhal tersebut, maka akan lebih rasional untuk melakukan intervensi sebelum remaja-remaja ini hamil dan mempunyai anak. Suplementasi selama kehamilan akan menjadi sangat sulit untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi sebelum masa kehamilan. Terlebih lagi, intervensi pada saat remaja lebih mudah dilakukan karena ragam makanan tabu dan pantangan lebih sedikit dibandingkan pada saat hamil. Perlu diingat bahwa remaja yang hamil memerlukan zat-zat gizi yang tinggi bukan hanya untuk pertumbuh­ an janin tetapi untuk pertumbuhan remaja itu sendiri. l Asupan gizi selama masa kehamilan sangat penting tetapi itu tidaklah cukup: seharusnya sudah dimulai dari masa remaja Ibu muda dan masalah anemia Kebutuhan zat besi. Anemia timbul karena kekurangan zat besi dan asam folat dalam tubuh. Di saat persalinan, kebutuhan zat besi meningkat 3 kali lipat dibandingkan dengan kondisi normal sebelum kehamilan, berhubungan dengan kebutuhan bayi yang berkembang di dalam tubuh. Situasi. Tahun 2001, menurut Survey Kesehatan Nasional, sekitar 42% wanita hamil menderita anemia. Resiko. Anemia bisa meningkatkan resiko bayi prematur, menghambat pertumbuhan janin dan kelahiran dengan berat badan rendah. Anemia yang parah (kurang dari 7gr/l) bisa langsung menyebabkan kematian ibu sebagaimana anemia ringan mempunyai korelasi dengan penyebab kematian ibu. Anemia bisa dideteksi dengan melaksanakan pemeriksaan hemoglobin darah (Hb) kurang dari 11gr/L. Tetapi secara umum, gejala anemia adalah: capek, wajah pucat, pe­rasaan pening. Untuk mencegah anemia, ibu muda harus disarankan untuk memiliki gizi seimbang dan selama hamil harus mengkonsumsi tablet suplemen­ zat besi dan asam folat. KESEHATAN REPRODUKSI Sumber: Institut Obat-obatan. Subkomite Status Nutrisi dan Berat Badan Ideal Selama Kehamilan, Nutrisi Selama Kehamilan. Washington D.C.: Harian Akademi Nasional, 1990. Namun jika remaja tersebut mempunyai tinggi badan kurang dari 157 cm, maka diharapkan berat badannya bertambah sebanyak jumlah minimal yang direkomendasikan pada tabel di atas. Dibandingkan remaja putra, remaja putri memiliki resiko lebih besar mengalami kurang gizi karena meskipun mereka biasanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bekerja di luar rumah pada saat yang bersamaan tetapi asupan gizi mereka tidak ditingkatkan. Hal ini mengakibatkan masalah anemia PENTING UNTUK DIINGAT Referensi: - Insel P, R. Elaine Turner & Don Ross, Nutrition 2002 Update, Jones & Vartlett Publishes, 2002. - Kusin, J.A., Nutrisi Remaja, Sebuah titik awal untuk keselamatan ibu, dalam ”Penggunaan teknologi yang cocok untuk mengurangi kesakitan & kematian ibu dan perinatal”, Prosiding Kongres Nasional Perinasia & Simposium Internasional ke VI, Manado, 1997. - Departemen Kesehatan, Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja, Jakarta, 2003 - Nutrisi bagi Ibu Hamil, diunduh dari http:// scc.uchicago.edu/nutritionpregant.htm pada 26 Desember 2005. - Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia 2002-2003. BPS (Biro Pusat Statistik) Jakarta. KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 51 TO GO DEEPER / THE CONSULTATION The consultation: how to communicate with a young person? TO GO DEEPER By Dr Alison Morgan (Adolescent health advisor for the Aceh Partnership in Health - APiH - program, ­ Australian International Health Institute - University of Melbourne), Dr Mick Creati (Burnet Institute) and Health Messenger team Young people attend health services for many reasons, but may not tell what is exactly worrying them. They might just complain of minor diseases and health workers may miss an underlying problem or real concern. Young people do not usually talk about other issues unless trust and good communications skills are involved. Health workers, if introducing simple changes, can improve the way they care for young people. The aim of changes regarding communication is to increase the young person’s chance of adherence to treatments. Health workers should keep in mind that exchanging ideas with young people is more efficient in order to obtain adherence than simply telling them what to do. Why do we need to have a different approach with young people? ­ Young people often think that: • They are not given enough time to express their point of views, • Their opinions are dismissed. Young people are often worried that what they say in a consultation will not be kept confidential. Many young people will present with a parent, but it is important to also give them the opportunity to speak to a doctor or a nurse alone. How can we increase access to health services? A youth, appealing “friendly service” has the following cha­ racteristics: - Youth are involved: They might help to decorate the clinic, or decide when opening hours should be. - A drop-in approach: Young people often don’t plan in advance a visit and many will just walk into a clinic. If they are told to come back later they may not return, so it is better for them to wait and see someone at the time they present. - Peer counselors presence: Many young people want to talk about the many challenges they are facing, and having peer counselors (other young people trained in this field or other counselors) available at the clinic is important. - Affordable fees: Young people do not have much money of their own. Thus, high fees will be a barrier limi­ ting their access to the services. - Outreach services to inform youth: Young people are best placed to tell their peers where to get good health care. - Referrals are available (e.g. Voluntary Counseling and Testing) (VTC): Many young people may be worried about HIV or other health problems. VTC is a service offering the possibility to perform HIV testing and counseling sessions after it. - Characteristics of the facility: * Separate space - with posters or other information that is relevant to young people, * Comfortable (if possible, it should not look like a clinic!), * Convenient business hours – many clinics close when young people are finishing work or school – so a clinic that is open in early evenings. * Convenient location. How to increase adherence? To increase adherence, health providers involved in youth friendly services should fill the following characteristics: • Be trained or know how to deal sensitively with young people, • Respect young people, • Ensure privacy and confi­ dentiality. It’s important to give ado­lescents the opportunity to speak to a doctor or a nurse alone. 52 HEALTH MESSENGER N° 05 GOOD TO REMEMBER ADOLESCENTS’ HEALTH LEBIH MENDALAM / KONSULTASI Konsultasi: bagaimana cara berkomunikasi dengan seorang anak muda? Oleh dr. Alison Morgan (Penasehat Kesehatan Remaja untuk program Aceh Partnership in Health - APiH -, Institut Kesehatan Internasional Australia – Universitas Melbourne), dr. Mick Creati (Institut Burnet) dan Tim P2K LEBIH MENDALAM Anak muda (atau bisa kita katakan dengan remaja) mendatangi pelayanan kesehatan dengan berbagai macam alasan, akan tetapi kadang kala bisa saja mereka tidak mengatakan hal apa yang menjadi masalah mereka sebenarnya. Seringkali mereka mengeluh masalah kesehatan yang lebih sepele dan petugas kesehatan mungkin tidak mengetahui masalah yang sebenarnya. Remaja biasanya tidak membicarakan masalah-masalah lain kecuali mereka bisa mempercayai sang petugas ataupun si petugas bisa berkomunikasi dengan cara yang baik. Tujuan dari perubahan cara komunikasi­ ini adalah untuk meningkatkan kesempatan ketaatan remaja dalam mendapatkan perawatan. Hal yang menarik pada remaja, hubung­ an antara petugas kesehatan dan si remaja lebih banyak berpengaruh pada tingkat ketaatannya daripada penjelasan hal sederhana yang harus dilakukan remaja. Mengapa kita perlu memiliki pendekatan tersendiri terhadap remaja? Remaja sering berfikir bahwa: • Mereka tidak diberikan waktu yang cukup untuk memperoleh lintas sudut pandangnya, • Pendapat mereka tidak dihiraukan. Remaja seringkali merasa khawatir tentang apa saja yang disampaikannya selama konsultasi tidak akan dirahasiakan. Banyak remaja yang akan datang dengan orang tuanya, namun sangatlah penting untuk memberikan kesempatan kepadanya untuk berbicara secara pribadi dengan dokter atau perawat. Bagaimana cara kita meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan? Satu cara untuk meningkatkan akses adalah dengan menciptakan layanan kesehatan yang menyentuh anak muda. Pelayanan ramah remaja terdiri dari karakter berikut: - Remaja dilibatkan: Mereka bisa saja membantu dekorasi klinik, atau menentukan jam-buka klinik. -Memposisikannya sebagai klien: Remaja seringkali tidak merencanakan lebih dahulu kedatangannya dan banyak yang hanya berjalan menuju klinik. Jika dikatakan untuk kembali lagi mungkin mereka tidak mau, jadi lebih baik bagi mereka untuk menunggu dan menjumpai se­ seorang pada waktu kehadirannya. -Ketersediaan Peer Konselor: Banyak remaja yang ingin mence­ ritakan tantangan yang mereka hadapi, dan ketersediaan peer konselor (remaja yang sudah terlatih pada bidang ini ataupun konselor lainnya) di klinik adalah sangat penting. KESEHATAN REMAJA - Alasan biaya: Remaja biasanya tidak punya banyak uang, jadi biaya yang tinggi akan menjadi penghalang untuk mendapatkan pelayanan. - Jangkauan layanan untuk memberikan informasi kepada remaja: Remaja adalah merupakan tempat terbaik untuk menyampaikan kepada teman sebayanya dimana bisa memperoleh layanan kesehatan yang baik. -Tersedianya rujukan (misalnya Konseling dan Pemeriksaan Voluntary) (VTC): Banyak remaja yang merasa khawatir dengan HIV atau masalah kesehatanlainnya.VTCadalahlayanan yang dibentuk untuk menyediakan konseling kepada masyarakat untuk melaksanakan test HIV dan kemudian memberikan konseling mengenai hasil test tersebut. -  Karakter  fasilitas  tersebut adalah: *Ruangan yang tersendiri dilengkapi poster atau keterangan lain yang berhubungan dengan remaja, *Nyaman (jika memungkinkan, PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 53 TO GO DEEPER / THE CONSULTATION How to well communicate in a consultation? How to deal with parents’ pre­ sence and confidentiality? - If parents are present, greet the young person first. - Be up front with the young person and in front of the parents. - Young person must be given some time alone during the consultation. You should say: “Anything that you tell me stays between you and me, and I won’t tell your parents or anyone else. The only exception is if you tell me you’re going to harm yourself or anyone else.” How to welcome adolescent and introduce the consultation? - Greet the young person by her/ his name and give your full name. - Ask the young person why they (he/she and his/her parents) are here! - Be always clear. - Make sure that the length of consultation suits young people. TO GO DEEPER screening should give you information related to adolescent’s daily life. It will maybe help you to identify some “at risk” behaviours. HEADSS means: H (Home), E (Education and employment) A (Activity), D (Drugs), S (Sexual health), S (Suicide risk/ depression screening). The four worlds of young persons are: home – school/work – friends – him/herself. When you make a HEADSS screening, you should ask the following questions: - Home: “Where do you live and who lives with you?” - Education/Employment: “Are you good at school?”, “Do you like going to school?”, “What grades do you get?” - Activities: “What do you do for fun?”, “What sort of things do you do with your friends?” - Drugs: “Many kids at your age are getting into cigarettes and alcohol. Have you ever tried them?” ­ “What about other drugs like cannabis­ etc.?” - Sexual health: “Do you have menstrual symptoms? “A lot of kids are getting interested in sex at your age. What about you? [or] Have you ever had a sexual relationship with anyone?” - Suicide/depression: The “risk” screening is identifying low mood like “life is not worth living”. When answers to the above listed­ questions are given by adolescents, health workers should keep in mind that their support, advices and encouragements are strongly needed. Adolescents will face challenges more effectively if they feel well supported through practical and emotional ways. Health workers should take time to listen to adolescents and discuss about their feelings and emotions. Communication is probably the most important key to an effective care! How can health workers provide psychological support? - Inform the adolescent : Understanding the situation and its ma­ nagement can reduce anxiety. Do not hesitate to repeat the information several times. - Take time to listen to the patient: Listen to the sick person’s fears, express understanding and acceptance of his/her feelings. Take time to listen to him/her, in confidence. Showing emotions is not a weakness! - Be positive: Avoid confrontation. Try to replace the defeatist or negative attitudes and thoughts expressed by patients with a more positive outlook. Use words that patients find important and reassuring. - Be clear and honest: Speak with simple sentences. - Show solidarity: Tell ado­lescents that they are not the only ones fa­cing such problems. - Keep contact: Check on patients on a regular basis. “Treatments” goals should take into account the individual needs of a young person, which is crucial to engage him/her in a way that ge­ nerates good adherence.l GOOD TO REMEMBER GOOD TO REMEMBER Both clinical and developmental screenings are necessary. GOOD TO REMEMBER How to make a physical examination? - Don’t forget that protection of modesty and privacy is vital. - A doctor has to examine adolescent patients, but care must be taken, especially if the doctor is male and the patient female (or vice-versa). In this case, it is better to have someone else, a nurse or other trusted person also attending the examination. How to manage a developmental screening? The “HEADSS” developmental Adolescent’s anxiety can be reduced if he/she understands what is happening in his/her mind. GOOD TO REMEMBER 54 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH LEBIH MENDALAM / KONSULTASI jangan nampak seperti klinik!), *Waktu/ jam yang sesuai, banyak klinik yang tutup bersamaan habisnya dengan jam kerja atau jam sekolah-jadi klinik yang masih buka pada waktu sore. *Tempat yang menyenangkan Bagaimana meningkatkan ke­ taatan/ kepatuhan? Untuk meningkatkan kepatuhan, penyedia layanan kesehatan “ramah remaja” harus mengikuti karakter berikut: • Terlatih atau tahu bagaimana cara berhubungan erat dengan remaja, • Menghargai remaja, • Menjamin privacy dan kerahasiaan. Bagaimana berkomunikasi yang baik selama konsultasi? Bagaimana menselaraskan kehadiran orang tua dan kerahasiaan? -Jika orang tua turut serta, terlebih dahulu sampaikan salam kepada si remaja. -Berdiri di depan si remaja dan di hadapan si orang tua. -Si remaja harus diberikan waktu untuk berkonsultasi secara pribadi. Anda harus mengatakan: “Semua yang kamu katakan itu antara kamu dan saya, dan saya tidak akan mengatakannya kepada orang lain. Cuma ada pengecualian yaitu kalau jika kamu mengatakan kamu hendak mencelakakan dirimu atau orang lain”. Bagaimana caranya menyambut si remaja dan memperkenalkan seputar tentang konsultasi ini? -Sapa dia dengan menyebut namanya. -Beri tahu nama lengkap anda. -Tanyakan kepadanya mengapa mereka (dia dan orang tuanya) datang! -Selalulah jelas/ bisa dimengerti. -Pastikan bahwa lamanya konsultasi sesuai dengan si remaja Bagaimana melakukan peme­ riksaan fisik? -Jangan lupa bahwa perlindung­ an kesopanan dan ke-privacy-an adalah vital. - Dokter memeriksa si remaja dan harus melakukan tindakan penangan­ an, sedangkan si dokter dan pasien berlawanan jenis, selama peme­ riksaan berlangsung sebaiknya ada orang lain yang turut menemani di ruang tersebut apakah perawat atau orang lain yang dapat di percaya. Bagaimana melaksanakan skrining pengembangan? Skrining pengembangan bisa memberikan anda informasi gaya hidup remaja. Hal itu akan membantu anda untuk mengidentifikasikan beberapa prilaku beresiko. Kerangka “HEADSS sangat berguna untuk pelaksanaan skrining semacam ini. HEADSS berarti: H (Home/ Rumah), E (Education and Employment/Pendidikan dan Pekerjaan), A (Activity/Kegiatan), D (Drugs/Obatobatan), S (Sexual Health/Kesehatan Seksual), S (Suicide Risk/Resiko bunuh diri/skrining depresif). Ketika anda melakukan skrining­ HEADSS, anda perlu menanyakan hal-hal berikut ini: -Rumah: “Dimana kamu tinggal dan siapa saja yang bersamamu?” -Pendidikan/ pekerjaan: “Apakah kamu sekolah?”, “Kamu senang bersekolah?”, “Kamu peringkat berapa di kelas?” -Aktivitas: “Kegiatan apa yang kamu senangi?”, “Secara sederhana, apa saja yang kamu lakukan bersama teman-temanmu?” -Obat-obatan: “Banyak anakanak seusiamu yang sudah merokok dan minum-minuman keras. Apakah kamu sudah pernah mencobanya?” “Bagaimana dengan obat-obatan seperti ganja dan lain-lain?” -Kesehatan seksual: ”Apakah kamu mempunyai gejala-gejala menstruasi?”, “Banyak anak-anak seusiamu yang merasa tertarik dalam hal hubungan seks. Bagaimana dengan kamu sendiri? [atau] Apakah kamu KESEHATAN REMAJA sudah pernah melakukan hubungan sex/ intim dengan orang lain?” -Bunuh diri/ depresi: Skrining “resiko” untuk mengidentifikasikan mood yang rendah seperti “hidup ini tidak berarti”. Melalui jawaban mereka dari pertanyaan-pertanyaan di atas, petugas kesehatan memberikan dukungan, nasehat serta bantuan yang mereka butuhkan. Remaja akan lebih efektif menghadapi tantangan dalam hidup jika mereka merasa didukung de­ ngan baik melalui praktek dan cara emosional. Bagaimana caranya petugas kesehatan memberikan dukungan psikologis? (saran untuk pekerja kesehatan) - Memberi informasi kepada remaja: Memberi pengertian terhadap situasi dan menanganinya bisa mengurangi kecemasan remaja. Anda harus mengulangi informasi tersebut beberapa kali. - Luangkan waktu untuk mendengarkan keluhan si pasien : Mendengarkan kecemasan pasien dan menunjukkan pengertian dan menerima perasaannya. Luangkan waktu untuk mendengarkannya, de­ngan penuh keyakinan. Menunjukkan emosi bukanlah sebuah kelemah­an! - Berfikiran positif: Hindari konflik. Berusahalah merubah sikap mengalah dan sikap negatif dan sok pamer dengan sikap yang lebih positif. Dan kemudian si pasien merasa diperhatikan dan merasa nyaman. - Selalulah jelas (dapat dimengerti) dan jujur : Berbicaralah dengan kalimat yang sederhana - Tunjukkan solidaritas : Katakan kepada para remaja bahwa bukan hanya mereka yang punya masalah seperti itu. - Teruslah berhubungan : Periksalah si pasien secara teratur. Tujuan “pengobatan” ini adalah untuk memenuhi kebutuhan individual remaja, yang merupakan hal vital untuk membimbingnya, sehingga menimbulkan loyalitas. l LEBIH MENDALAM PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 55 HEALTH EDUCATION / ADVICES TO HEALTH WORKERS Reducing adolescents’ vulnerability: advices for health workers By Health Messenger team When health workers are dealing with adolescents who are facing problems, they should be able to deliver proper adolescent-friendly health services. Improving the skills of health providers that could match with the specific needs of adolescents is necessary, both to monitor and prevent problems. Here are some practical advices to improve health workers’ capacities in attending the needs of this very vulnerable population. Every health worker and every adult has the responsibility to provide counseling and care to adolescents. Young people have high and special requirements they should absolutely be aware of. Health workers should know that through adolescence, young people are supposed to build/get: • body self-integrity • autonomy and independence • personal identity and selfesteem ­ • peer relationships • recreational goals • education and vocational goals • sexuality An adult is a person who is autonomous, responsible, assertive, ­ communicative. Health workers should know that adolescents have the following­ characteristics: • Physiological characteristics, like high nutritional requirements necessary for their growth and development • Psychological characteristics, which are, in brief: * They strive for autonomy, * They have limited self-esteem and confidence, * They are curious, experimental, 56 HEALTH MESSENGER N° 05 influenced by media, * Peers become more and more influent, * They get a body consciousness (girls in particular), * There is a risk of food related disturbances (abuse of junk and fast food leading to issues like obesity), * They don’t really attend health centers. Health workers should know how to respond to adolescents’ health problems (and provide prevention) coming from unhealthy and risky behaviors. They should tell adolescents (and parents) that being involved in properly guided physical activity and sports with peers could foster the adoption of other healthy behaviors including: • a healthy diet, • avoidance of tobacco and drug use, • avoidance of violent behaviors. Adolescents should also know that better safe practices like the ones associated with having protected­ sexual intercourse could prevent them from very serious di­ seases like HIV/AIDS. From a ge­ neral point of view, they should take care of their health as early as possible and continuously. Health workers should know that there are many protective factors for adolescents’ development coming from the environment, including: • Social supports within the community including parents, wider family, teachers, workplaces, sports and youth organizations, • Close peer friends, • School attendance. Adolescents may face their problems more easily if they are well supported and listened to. GOOD TO REMEMBER However, health workers should know that: • There is a lack of knowledge among adolescents about their health, and reproductive health in particular, • They are not likely to share their problems with the community, especially with their parents who should be on the front line, • There are not so many places where an appropriate assistance can be provided for the youth to think and act positively. HEALTH EDUCATION ADOLESCENTS’ HEALTH PENDIDIKAN KESEHATAN / SARAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN Menurunkan kerentanan remaja: saran untuk para petugas kesehatan Oleh Tim P2K Di saat petugas kesehatan menghadapi remaja yang mempunyai masalah, ­ seharusnya mereka mampu melahirkan pelayanan kesehatan yang sesuai dan bersahabat bagi remaja. Meningkatkan keahlian penyedia kesehatan yang sejalan dengan kebutuhan khas remaja adalah penting, baik pengawasan­ dan pencegahan masalah. Berikut ini ada beberapa saran praktis untuk peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam pemenuhan kebutuhan­ populasi yang sangat rentan ini. Setiap petugas kesehatan dan orang dewasa mempunyai tanggungjawab untuk memberikan konseling dan kepedulian kepada remaja. Anak-anak muda mempunyai kebutuhan yang tinggi dan khas yang harus diwaspadai. Petugas kesehatan harus tahu bahwa melalui remaja, anak-anak muda seharusnya bisa memba­ ngun/ mendapatkan: • integritas diri • kemandirian dan kebebasan • identitas pribadi dan kepercayaan-diri • hubungan dengan rekan sebaya • darmawisata • tujuan pendidikan dan pekerjaan • seksualitas Seorang dewasa adalah seorang individu yang mandiri, bertanggungjawab, tegas dan komunikatif. Petugas kesehatan harus me­ ngetahui bahwa remaja memiliki karakter sebagai berikut: • Karakter fisiologis, seperti kebutuhan nutrisi yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya. • Karakter psikologis, yang secara ringkas seperti: * Berusaha untuk mandiri, * Mempunyai keyakinan dan kepercayaan diri yang terbatas, * Rekan sebaya menjadi lebih berpengaruh, * Menyadari pertumbuhan tubuhnya (khususnya perempuan), * Beresiko terhadap gangguan yang berhubungan dengan makanan (makanan sembarangan dan cepat saji yang menimbulkan masalah seperti obesitas), * Mereka tidak serius mendatangi pusat-pusat kesehatan. Petugas kesehatan harus tahu bagaimana merespon masalah kesehatan remaja (dan memberikan pencegahan) yang berasal dari prilaku tidak sehat dan beresiko. Mereka harus memberitahu para remaja (dan orangtua) bahwa de­ ngan terlibat kegiatan fisik dan olahraga terbimbing bersama rekan sebaya dapat membantu perkembang­ an pengaplikasian prilaku sehat lainnya, termasuk: • diet yang sehat, • tercegahnya dari pemakaian tembakau dan obat-obatan, • tercegahnya prilaku kekerasan. Para remaja juga harus tahu bahwa praktek-praktek aman yang lebih baik, seperti yang berhubung­ an dengan hubungan seksual yang KESEHATAN REMAJA aman bisa mencegah mereka dari penyakit-penyakit berbahaya se­ perti HIV/ AIDS. Dari sudut pandang umum, mereka harus menjaga ke­ sehatannya sedini mungkin dan berkesinambungan. Petugas kesehatan harus tahu bahwa ada banyak faktor pelin­ dung perkembangan remaja yang berasal dari lingkungannya, termasuk: • Dukungan sosial dari masyarakat termasuk orangtua, sanak saudara, guru, tempat kerja, organisasi olahraga dan pemuda, • Sahabat karib yang merupakan teman sebaya, • Kehadiran di sekolah. Remaja akan lebih mudah menghadapi masalahnya jika mereka didukung dan didengarkan dengan baik. Kendati demikian, petugas kesehatan harus tahu bahwa: • Adanya kekurangan pengetahuan di kalangan remaja tentang kesehatannya, khususnya kesehatan reproduksinya, PENTING UNTUK DIINGAT PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 57 PENDIDIKAN KESEHATAN HEALTH EDUCATION / ADVICES TO HEALTH WORKERS Health workers’ role is crucial in providing information. In this regard, empathy is the main key of a successful communication between adolescent and adults.During­ consultations, health workers­ should tell adolescents that: • Communication and confidence are the keys to solve their pro­ blems, • They should share their feelings­ with their parents; their expe­ riences can help them a lot in having a better knowledge of ado­ lescence period. Parents can talk about their own past experiences so that their children can identify to them and then better understand what adolescence is, • If they are not sure, of if they don’t want to speak with parents, they should then communicate with people they trust and whom they know they can help, as a doctor or a midwife, a teacher, a religious leader, a friend, or the eldest person in their family. Health workers should know that major interventions related to adolescents’ health in Aceh are focused on: • Improving “youth friendly health services” (especially ensuring confidentiality during consultations), • Implementing a national and local youth policy, • Evaluating current programs, • Involving young people in programming and assessments. Health workers should do their best to improve the quality of these services and cooperate to these interventions. Adolescent’s healthy physical and psychological development depends on the supports adults can provide. Health workers should not forget that care and counseling will allow adolescents to overcome this specific period and be active in their lives. l Glossary - Adolescents are indivi­ duals, either man or woman, who are in the middle of a transition period bet­ween child and adult. - Menstruation is the term given to the periodic discharge of blood, tissue fluid and mucus from the endometrium (lining of the uterus) that usually lasts from 3 - 5 days. It is caused by a sudden reduction in estrogens and progesterone. - Masturbation is touching one’s genitals in ways that feel good sexually. - AIDS is the abbreviation of Acquired Immune Deficiency Syndrome. This disease is a unity of symptoms (because of occurring of decreasing). It decreases the immunity system because of the HIV virus infection (Human Immuno Virus). - Napza (Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain) are related to narcotics, psychotropics and other addictions. - The reproductive system is the ensembles and interactions of organs and/or subs­ tances within an organism that strictly pertain to reproduction. - Screening is the examination of usually symptom-free individuals to detect those with signs of a given disease (physical or mental problems). - Mental health is the way we manage our reaction to environmental stimulations. It is the way we face life problems and interact with others. - Post Traumatic Stress Disorder (PSTD) is a strong reaction to traumatic experiences that can last for many months or years. “If you are shy to ask, then you will get lost!” (Indonesian proverb) Useful contacts YAKITA Muda Berdaya & Youth Center Banda Aceh Program Jl. Taman Makam Pahlawan n° III/4 Kampung Ateuk Banda Aceh Tel. 0651 23213 Email: MBNAD@yahoogroups.com BKKBN (National Family Planning Coordination Board) Jln. T. Nyak Arief, Lampineung Telp. 0651 740 7543 Email: bkkbn@aceh.wasantara.net.id ASHO (Atjeh Student’s of Health Organization) Jl. T. Iskandar, lr. Kapai Kleing, no. 24 Ulee Kareng, Banda Aceh Telp. 08126978822 Email: asho_aceh@yahoo.com AssHIVa IAIN Islamic Institute Telp. 085260888478 Email: rungkhom_82@yahoo.co.id MAP (Medan Aceh Partnership) Jl. Tgk. Syik Lorong E Ruko No. 6 - Beurawe Banda Aceh - NAD Telp. 06517430104 Email: map_nad@yahoo.com APiH (Aceh Partnership in Health) Jl. Tgk. Mohd. Daud Beureueh, n° 177/J Lampriet-Bandar Baru Banda Aceh – NAD PO. BOX 125, Banda Aceh NAD Telp. 0651635387 Email: achepartnerships@gmail.com HEALTH EDUCATION 58 HEALTH MESSENGER N° 05 ADOLESCENTS’ HEALTH PENDIDIKAN KESEHATAN / SARAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN Mereka cenderung tidak mau berbagi masalahnya dengan masyarakat khususnya dengan orangtua, kita harus berada di lini terdepan, • Tidak banyak tersedia tempat dimana bantuan bisa diberikan kepada remaja untuk berfikir dan bertindak positif. Peranan petugas kesehatan sa­ ngat menentukan dalam penyedia­ an informasi. Dalam hal ini, empati merupakan kunci utama keberhasil­an komunikasi antara remaja dan orang dewasa. Selama konsultasi, petugas kesehatan harus mengatakan kepada remaja bahwa: • Komunikasi dan kepercayaan merupakan kunci pemecahan masalah, • Mereka harus membagi pe­ rasaannya dengan orangtua; pengalaman orangtua bisa sa­ ngat membantu remaja untuk mendapat pengetahuan yang lebih baik mengenai masa remaja. Orangtua bisa menceritakan pengalaman masa lalunya sehingga anak-anak mereka bisa mengidentifikasikan terhadap dirinya, dan kemudian mereka akan lebih mengerti tentang apa itu masa remaja, • Jika mereka ragu, jika mereka tidak mau membahasnya de­ ngan orangtua, mereka harus berkomunikasi dengan orang yang dapat dipercaya dan yang dianggap dapat membantu, seperti dokter atau bidan, guru, pemuka agama, teman, atau orang tertua dalam keluarga. Petugas kesehatan harus tahu bahwa intervensi utama yang berhubungan dengan kesehatan remaja di Aceh berfokus kepada: • Meningkatkan “pelayanan ke­ sehatan ramah remaja” (khususnya penjaminan kerahasiaan selama konsultasi), • Pelaksanaan kebijaksanaan • kepemudaan nasional dan lokal. Pengevaluasian program yang sedang berjalan, • Melibatkan anak-anak muda dalam program dan assessment. Petugas kesehatan seharusnya berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan mutu pelayanan dan bekerjasama dalam intervensi ini. • Perkembangan fisik dan psikologis yang sehat pada remaja tergantung kepada dukungan yang bisa diberikan oleh orang dewasa. Petugas kesehatan jangan lupa bahwa kepedulian dan konseling akan menjadikan remaja mampu meng­ atasi masa istimewa ini dan menjadi aktif di dalam kehidupannya.l Kosa Kata Remaja adalah individu, baik laki-laki maupun perempuan, yang tengah berada pada masa transisi antara anak-anak dan dewasa Menstruasi/ haid adalah masa yang diberikan untuk pembuangan darah, jaringan cairan dan lender dari endometrium (saluran uterus) yang biasanya berlangsung 3-5 hari. Hal ini disebabkan oleh reduksi estrogen dan progesterone yang tiba-tiba. Masturbasi adalah sentuhan kepada alat kelamin untuk mendapatkan perasaan seksual yang diinginkan. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syn­ drome. Penyakit ini adalah gejala penyatuan karena terjadinya penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV (human Imuno Virus). Napza (Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain) adalah yang berhubungan dengan narkotika, psikotropika dan zat adiksi lainnya. Sistem Reproduksi adalah kait­ an atau hubungan timbal balik antar organ dan/ atau substansi yang ada dalam organisme yang berhubung­­ an langsung dengan reproduksi. Skrining adalah pengujian terhadap gejala-bebas individu untuk KESEHATAN REMAJA mendeteksinya dengan ­tanda-­tanda penyakit yang diberikan (masalah fisik atau mental). Kesehatan mental adalah cara mengatur reaksi kita terhadap rangsangan lingkungan. Ini merupakan cara kita menghadapi masalah kehidupan dan cara berinteraksi de­ ngan orang lain. Gangguan Stress Pasca Trauma (GSPT) adalah rekasi kuat ter­ hadap pengalaman trauma yang bisa berakhir sampai beberapa bulan atau beberapa tahun. “Malu bertanya sesat ­di ­jalan” (Pepatah lama) Kontak yang bisa dihubungi YAKITA Muda Berdaya & Youth Center Jl. Taman Makam Pahlawan n° III/4 Kampung Ateuk Banda Aceh Tel. 0651 23213 Email: MBNAD@yahoogroups.com BKKBN (National Family Planning Coordination Board) Jln. T. Nyak Arief, Lampineung Telp. 0651 740 7543 Email: bkkbn@aceh.wasantara.net.id ASHO (Organisasi Kesehatan Pelajar Aceh) Jl. T. Iskandar, lr. Kapai Kleing, no. 24 Ulee Kareng, Banda Aceh Telp. 08126978822 Email: asho_aceh@yahoo.com AssHIVa IAIN Islamic Institute Telp. 085260888478 Email: rungkhom_82@yahoo.co.id MAP (Medan Aceh Partnership) Jl. Tgk. Syik Lorong E Ruko No. 6 - Beurawe Banda Aceh - NAD Telp. 06517430104 Email: map_nad@yahoo.com APiH (Aceh Partnership in Health) Jl. Tgk. Mohd. Daud Beureueh, n° 177/J Lampriet-Bandar Baru Banda Aceh – NAD PO. BOX 125, Banda Aceh NAD Telp. 0651635387 Email: achepartnerships@gmail.com PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 59 PENDIDIKAN KESEHATAN SOCIETY / ASSISTANCE TO ADOLESCENTS How the society can address adolescents’ psychosocial needs? By Maki Noda (UNICEF) With the contribution of Maimun (Atjeh Student of Health Organization - ASHO) and Rika Setiawati (AMI) SOCIETY Adolescents are vulnerable, depending on the interaction they have with their environment. In Aceh province, war and natural disaster have affected their psychological well-being and their trust in the future. As adolescents’ health depends on the support adults can provide, the whole society is responsible of adolescents’ care. In Aceh, many key actors should play their role of guidance, especially at the village level. Dinas Social (Social Affairs department) with UNICEF support conducted in late 2005 an assessment about the situation of children and adolescents in conflict affected areas (10 districts) in NAD. This assessment revealed the perception of the society (village and religious leaders,­ government officials and NGO workers) towards these affected young people (see the tables). Traumatic events and psychological disorders in Aceh The assessment indicates that children and adolescents have experienced very violent events linked with conflicts in Aceh province that have lasted more than thirty years, and which have had a significant impact on their psycho­social well-being. Sixty percent of the respondents identified ­psychosocial distress among children and adolescents, and half of them reported hopelessness and depression, linked with the loss of values and feelings of anger and revenge. As a result, many young people in ­ Aceh seem not to care about their future. Globally speaking, armed conflicts increase the cases­ in which adolescents, especially girls, are likely to be ­engaged in sexual abuses, forced marriage and sexually transmitted diseases. Even though there was no statistics during the conflict, these issues have been recognized in Aceh. All these disorders are called “post traumatic stress disorders” (PTSD, see HM n°1). These PTSD deeply affected­ adolescents due to other factors of vulnerability which are: age (a traumatic event during the sensitive period of ado­lescence), social support (loss of family members), education (high rate of school drop-out, and low access to education) and few economic opportunities. Psychosocial 60 HEALTH MESSENGER N° 05 What does the community think the main problems children face are? School drop-out Health problems Psychosocial problems Abandonment of children Children send away from their communities for their own security Child labor Domestic violence Children associated with fighting forces (TNI, GAM, Militias) Child criminality/delinquency Stigmatization/targeting of children or discrimination towards certain children (rape victims, children of GAM members...) Violence among children and youth Pregnancy among girls Substance abuse by children and youth Small arms in the community TOTAL OF RESPONDENTS Source: see p.62 Total 789 573 538 492 432 359 299 260 254 % 87.7% 63.7% 59.8% 54.7% 48.0% 39.9% 33.2% 28.9% 28.2% 242 26.9% 192 188 186 150 900 21.3% 20.9% 20.7% 16.7% 100.0% impacts are also reinforced by the traumatic event as the tsunami disaster in NAD and NIAS in late 2004). We should add that the use of hemp worsens the problem. Its psychological impact, called ”no motivation syndrome”­, means that adolescents loose energy, motivation and ambition. ADOLESCENTS’ HEALTH MASYARAKAT / BANTUAN KEPADA REMAJA MASYARAKAT Bagaimana masyarakat bisa ­memenuhi kebutuhan psikologis remaja? Oleh Maki Noda (UNICEF) Melalui kontribusi Maimun (Organisasi Kesehatan Pelajar Aceh – ASHO) dan Rika Setiawati (AMI) Remaja sangat rentan, tergantung interaksi yang berlaku di lingkungannya. Di propinsi Aceh, perang dan bencana alam telah mempengaruhi kesejah­ teraan mental dan kepercayaan mereka untuk masa mendatang. Karena kesehatan remaja tergantung kepada dukungan yang bisa diberikan oleh ­ orang dewasa, seluruh masyarakat bertanggungjawab akan kepedulian remaja. Di Aceh, banyak aktor penentu yang harus memainkan peranannya ­ sebagai panduan, terutama untuk tingkat pedesaan. Dinas Sosial dengan dukungan dari UNICEF melakukan assessment pada tahun 2005 mengenai situasi anak-anak dan remaja pada area konflik (10 Kabupaten) di NAD. Assesment ini memberikan gambaran persepsi masyarakat (pemuka kampung dan ulama, pegawai pemerintahan dan pekerja NGO) terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap kalangan anak-anak muda ini (lihat tabel 1). Kejadian traumatis dan gangguan psikologis di Aceh Assesment ini mengindikasikan bahwa anak-anak dan remaja telah mengalami kejadian yang sangat keras sehubungan dengan konflik di propinsi Aceh yang terjadi selama lebih dari 30 tahun, dan yang mempunyai dampak kepada kesejahteraan psikologis mereka. 60 persen responden diantaranya anak-anak dan remaja dijumpai menderita tekanan psikologis, dan setengah dari mereka dilaporkan tidak punya harapan dan depresi, kehilangan harga diri dan perasaan marah serta ingin balas dendam. Dan akibatnya, banyak anak muda di Aceh nampaknya tidak peduli dengan masa depan mereka. Berbicara secara umum, konflik bersenjata mening­ katkan kasus pada setiap remaja, khususnya perempuan, cenderung berada dalam kekerasan seksual, perkawinan paksa dan penyakit menular seksual. Meskipun selama konflik tidak ada data statistik, masalah ini sudah dikenal di Aceh. Semua gangguan ini disebut “gangguan stress pasca trauma” (GSPT, lihat P2K no. 1). GSPT ini memberikan dampak yang begitu dalam kepada remaja dikarenakan berbagai faktor kerentanan, yaitu: usia (kejadian traumatis selama Menurut masyarakat setempat, apa masalah utama yang dihadapi anak? Anak yang putus sekolah Masalah kesehatan Masalah psikososial Anak yang terabaikan Anak yang diungsikan dari komunitasnya karena alasan keamanan Anak yang dipekerjakan Kekerasan rumah tangga Anak yang diasosiasikan dengan kekuatan bersenjata Kriminalitas anak/kenakalan remaja Stigmatisasi/menjadikan anak sebagai target diskriminasi (misal korban perkosaan, anak mantan anggota GAM...) Kekerasan antar anak dan remaja Kehamilan yang tidak direncanakan di antara anak wanita Penyalahgunaan zat terlarang oleh anak dan remaja Senjata api ringan di masyarakat  TOTAL RESPONDEN Sumber: lihat hal.63 Total 789 573 538 492 432 359 299 260 254 242 192 188 186 150 900 % 87.7% 63.7% 59.8% 54.7% 48.0% 39.9% 33.2% 28.9% 28.2% 26.9% 21.3% 20.9% 20.7% 16.7% 100% masa sensitif remaja), dukungan sosial (kehilangan anggota keluarga), pendidikan (tingginya angka anakanak putus sekolah, dan rendahnya akses terhadap PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 61 KESEHATAN REMAJA SOCIETY / ASSISTANCE TO ADOLESCENTS What are the common problems communities have faced with young people (6-18 years old)? Boredom/inactivity resulting from lack of access to social services Boredom/inactivity resulting from lack of community-based activities Hopelessness Depression/sadness Loss of values (lack of respect for parents....) Feeling of revenge and anger Delinquency Violence/aggressive behavior Drugs use TOTAL OF RESPONDENTS Total % 512 449 446 406 401 369 324 272 165 900 56,9% 49,9% 49,6% 45,1% 44,6% 41,0% 36,0% 30,2% 18,3% 100 % from the conflict and the disaster. Community members should not only understand the importance of ado­ lescents’ care and the need of their participation, but also provide opportunities and places for them to express their views. Acceptance of these views is crucial to encourage adolescents to do so. We should be very careful about what we tell them and what we can provide. Once we loose their trust, it is very hard for them to recover it since they have lost this kind of feeling, as a result of the conflict. The participation of children and adolescents has been observed through Child Centres supported by ­UNICEF. Child Fund and International Rescue Committee­ have also set up the same kind of system in their community development mechanism/projects. The responsibility of adults/parents in guidance and counseling Parents, teachers or any adult are also responsible in informing adolescents about the society rules and helping­ them finding their future orientations. Sharing with them some alternatives in order “to be what they want to be”, such as choosing school, college, club, etc. will be more useful rather than to make them choose a single option. If parents do not, adolescents will face some difficulties in reaching the next stage of development, e.g. autonomy. In addition, parents should communicate their own past experiences so that ado­lescents can identify themselves. Thanks to these discussions, they will get their own perspective about “good or “bad” friends and/or things to do. A necessary community-based referral system Along with the increased participation of ado­lescents, the communities should know what their abilities are in order to respond to adolescents’ special needs. The esta­ blishment of a referral system is now being implemented­ by Dinas Social with UNICEF, IRC, Save the Children and Child Fund support, together with national agencies such as RPuK and PULIH. The aim of the referral system is to gather all actors working in the youth area, e.g. government officials, teachers, health workers, religious leaders, parents, village leaders, in order to provide informations on services and resources available at the provincial, district, sub-district and community level. l SOCIETY Source (both tables): “Multi-Sectoral Assessment on the Situation ­ of Children in Conflict Affected Areas of NAD”, UNICEF July 2006. Unstable political context and the tsunami had a psychological impact on acehnese youth people, which is worsened by many others factors like lack of social and family support, few professional opportunities and the fact that they are not psy­ chologically mature yet to be able to handle these problems. Assistance to adolescents is still low Psychosocial needs of young people in Aceh who are still experiencing traumatic problems should be handled­ by society, in order to avoid psychological long-term effects. But due to the sensitivity and the complexity of the issues, not much attention has been given. Psychosocial interventions are more focused on younger children. Only a few organizations, like YAKITA, are providing a specific assistance for adolescents. And if the government provides literacy courses (non-formal education) and vocational trainings for vulnerable ado­ lescents, the assistance or the access to the assistance is not well-known, especially at the village level. Adolescents should be encouraged to express their views This participation of adolescents in planning and implementation of programs and activities is essential to accommodate their ideas to the community ­recovery 62 HEALTH MESSENGER N° 05 GOOD TO REMEMBER Assistance provided to adolescents should be strengthened. Moreover, they should have the opportunity to express their views, especially at the ­ village level. GOOD TO REMEMBER ADOLESCENTS’ HEALTH MASYARAKAT / BANTUAN KEPADA REMAJA MASYARAKAT Masalah apa yang biasanya dihadapi masyarakat dalam menghadapi anak/ remaja berumur dari 6 sampai 18 tahun? Kejenuhan dan tidak adanya aktivitas sebagai dampak dari kurangnya akses layanan sosial Kejenuhan dan tidak adanya aktivitas sebagai dampak dari kurangnya kegiatan berbasis komunitas/kemasyarakatan Keputusasaan/tidak adanya harapan tentang hidup dan masa depan Depresi dan kesedihan yang berlarut-larut Hilangnya nilai-nilai ( kurang menghargai orang tua…) Perasaan dendam dan amarah Kenakalan Kekerasan/perilaku agresif Penggunaan Narkoba TOTAL RESPONDEN Total % 512 56,9% 449 446 406 401 369 324 272 165 900 49,9% 49,6% 45,1% 44,6% 41,0% 36,0% 30,2% 18,3% 100 % masyarakat dari konflik dan bencana. Anggota masyarakat tidak hanya harus mengerti pentingnya kepedulian remaja dan partisipasinya, tetapi juga memberikan ke­sempatan dan tempat kepada mereka untuk meng­ ekspresikan pandangannya. Penerimaan pandangan ini sangat menentukan untuk mendorong remaja melakukan hal-hal tersebut. Kita harus sangat berhati-hati tentang apa yang kita sampaikan dan apa yang bisa kita berikan kepada mereka. Jika kita kehilangan keperca­yaan me­ reka, maka akan sangat sulit bagi mereka untuk memulihkan kepercayaan itu kembali karena mereka sudah kehilangan perasaan ini, sebagai akibat dari konflik. Partisipasi anak-anak dan remaja telah ditinjau melalui Child Centers (Lembaga Anak-anak) yang didukung oleh UNICEF. Chid Fund dan IRC juga sudah membuat sistem yang sama pada mekanisme/ proyek pengembangan masyarakat mereka. Tanggungjawab orang dewasa/ orangtua di dalam bimbingan dan konseling Orangtua, guru atau orang dewasa lainnya juga bertanggungjawab menginformasikan remaja tentang aturan masyarakat dan membantu mereka menemukan orientasi masa depannya. Berbagi alternatif pilihan de­ ngan mereka agar ”menjadi apa yang mereka inginkan”, seperti memilih sekolah, perguruan tinggi, klub, dan lainlain, akan lebih berguna daripada membuat mereka memilih pilihan tunggal. Jika orangtua tidak melaksanakannya, remaja akan menghadapi beberapa kesulitan dalam pencapaian tahapan pertumbuhan selanjutnya, mis: kemandirian. Sebagai tambahan, orangtua seharusnya menceritakan pengalaman masa lalunya sehingga remaja bisa mengidentifikasi dirinya. Berkat diskusi ini, mereka akan mempunyai tanggapan masing-masing tentang teman dan/ atau hal “baik atau buruk” untuk dilaksanakan. Pentingnya sistem rujukan berbasis masyarakat Sejalan dengan ditingkatkannya partisipasi remaja, masyarakat harus mengetahui bahwa kemampuannya adalah untuk menjawab kebutuhan khas remaja. Pengembangan sistem rujukan sekarang sedang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dengan dukungan UNICEF, IRC, Save the Children dan Chil Fund, bersama-sama dengan organisasi nasional seperti RPuK dan PULIH. Tujuan daripada sistem rujukan ini adalah untuk menghimpun semua aktor bekerja dalam lingkup anak muda, mis: pegawai pemerintahan, guru, petugas kesehatan, pemuka agama, orangtua, kepala desa, untuk memberikan informasi pelayanan dan sumber daya yang tersedia pada tingkatan propinsi, kabupaten, kecamatan dan masyarakat. l Sumber (kedua table): “Assesment multi-sektoral mengenai Situasi Anak-anak di Daerah Konflik di NAD”, UNICEF Juli 2006. pendidikan) dan faktor ekonomi. Pengaruh psikologis juga diperparah oleh kejadian traumatik seperti bencana tsunami di NAD dan Nias akhir tahun 2004. Kita juga harus menambahkan bahwa penggunaan ganja memperburuk masalah. Ini adalah dampak psiko­ logis, disebut “gejala kehilangan motivasi”, yang berarti remaja kehilangan energi, motivasi serta ambisi. Bantuan kepada remaja masih rendah Kebutuhan psikososial anak muda di Aceh yang masih mengalami masalah trauma seharusnya ditangani oleh masyarakat, untuk menghindari dampak psikologis jangka panjang. Akan tetapi karena kepekaan dan kerumitan masalah ini, tidak banyak perhatian yang dapat diberikan. Intervensi psikososial yang dilakukan selama ini lebih difokuskan terhadap anak-anak yang lebih muda. Hanya sebagian kecil organisasi, seperti YAKITA, yang menyediakan bantuan khusus untuk remaja. Dan jika pemerintah menyediakan kursus baca-tulis (pendidikan non-formal) dan pelatihan kerja kepada remaja yang rentan, bantuan atau akses untuk mendapatkan bantuan ini tidak akan dikenal - baik, khususnya untuk tingkat desa. Remaja harus didorong untuk mengekspresikan pandangannya Partisipasi remaja dalam perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatannya sangat penting untuk menampung ide-ide mereka terhadap pemulihan KESEHATAN REMAJA PEMBAWA PESAN KESEHATAN N° 05 63 SURAT KEPADA EDITOR Berikut ini adalah beberapa hasil kuessioner dari P2K no.3 (“Untuk Keselamatan Ibu”) dan dikumpulkan oleh tim P2K selama distribusi P2K no.4 Terima kasih kepada semua petugas kesehatan yang bertugas di puskesmas Aceh Selatan yang mana telah meluangkan waktunya untuk memberikan pendapat dan saran-saran mereka. Komentar anda ini akan sangat membantu dalam hal perbaikan edisi selanjutnya! Fitratul Husna, bidan Komentar: P2K menyediakan informasi yang berguna dan bermanfaat bagi petugas kesehatan, terutama bidan yang menyalurkan ilmunya kepada masyarakat. Kemudian saya lihat bahwa isi P2K no.3 lebih menarik dan lebih jelas dibandingkan edisi sebelumnya. Saran: Saya harap edisi selanjutnya akan menyediakan informasi kesehatan lainnya yang bisa digunakan dengan mudah oleh petugas kesehatan. Namun masalahnya adalah bahwa P2K sulit diperoleh di beberapa tempat terutama daerah terpencil. Saya harap distribusi untuk edisi selanjutnya dapat ditingkatkan lagi. Hastaty Hasan, perawat Saran: Saya harap P2K akan terus berlanjut dengan artikel yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan menjadi panduan yang berguna dan praktis di lapangan. Nurwanita, perawat Komentar: Setelah membaca P2K no. 1 dan P2K no.2, saya merasa bahwa saya mendapat banyak informasi yang relevan dari majalah ini. P2K benar-benar bisa dijadikan sebagai panduan yang tepat di tempat kerja kita, dan digunakan dalam kegiatan sehari-hari kita. KUIS KUIS 1. Apakah pengertian remaja? a. Laki-laki dan perempuan umur 10 sampai 19 tahun b. Pertumbuhan fisik anak muda c. Individu yang berada pada masa transisi antara anak-anak dan dewasa d. Semua benar 2. Mengapa kita harus fokus pada kesehatan remaja? a. Karena periode ini adalah masa yang kompleks b. Karena banyaknya perubahan psikologis c. Karena banyaknya perubahan anatomi dan fisiologis d. Semua jawaban di atas adalah benar 3. Apa ciri utama masa remaja bagi seorang perempuan? a. Pertumbuhan tulang pipi b. Jerawat. c. Menstruasi d. Tubuh semakin tinggi ADOLESCENTS’ HEALTH 4. Apa ciri utama masa remaja bagi seorang laki-laki? a. “Mimpi basah” b. Perkembangan fisik c. Tubuh semakin tinggi d. Munculnya jakun 5. Jenis prilaku beresiko yang bagaimana yang bisa mempengaruhi kesehatan dan kehidupan remaja? a. Hubungan seksual yang tidak aman b. Kecanduan obat-obatan c. Kekerasan d. Semua benar 6. Apa resiko utama akibat kehamilan dini? a. Gizi buruk si wanita hamil b. Berat lahir yang rendah c. Bayi prematur d. Semua jawaban benar Jawaban Kuis ini akan diberikan pada edisi berikutnya 64 HEALTH MESSENGER N° 05 CONTRIBUTORS Publication Manager: Florence COLAS Telepon: 0813 7033 5117 Email: indonesia.hm@gmail.com Illustrator: Mulyadi Phone: 0813 6017 5700 Email: mujadi2005@yahoo.com Assistant and translator: Zulfahri H. SIAGIAN Telepon: 0813 7533 7891 Dengan kontribusi Yuli MARTUNIS Telepon: 0813 6086 8086 Medical Editor: Dr Irfan RISWAN Telepon: 0813 6038 7007 Email: medicaleditorhm@yahoo.co.id Printing: PT. ACEH MEDIA GRAFIKA Jl. Raya Lambaro Km. 4,5 Tanjung Permai Manyang PA, Aceh Besar – Banda Aceh Telepon: (0651) 635544 Layout Edi IP Phone: 0812 697 4450 Email: langit22@yahoo.com Contributors: In our country: Provincial Health Office (PHO), Rika Setiawati (Aide Médicale Internationale - AMI) Public Health: Dr Enny Setiasih (World Health Organization - WHO - Jakarta), PHO General Health: Rika Setiawati (AMI), National Family Planning Coordination Board (BKKBN), YAKITA, Dr Enny Setiasih (WHO) Well-being: Meisi Naomi Kacaribu, Jessica Tabler (Samaritan’s Purse International Relief) Reproductive Health: Dr Nur Fardian, Mardewi (Care International Indonesia), Rika Setiawati (AMI) To go deeper: Dr Alison Morgan (Adolescent health advisor for the Aceh Partnership in Health - APiH - program, Australian International Health Institute - University of Melbourne), Dr Mick Creati (Burnet Institute) Society: Maki Noda (UNICEF), Maimun (Atjeh Student of Health Organization - ASHO), Rika Setiawati (AMI) Have also contributed in providing useful contacts and advices: Minha Husaini (UNICEF), Julie Chansel, Dr Nasrullah Jafkar (BKKBN), Josyane Peret and Géraldine Venisse (AMI’s medical team), Tomasz Starega (WHO), Thérèse Benoît (AMI’s head of mission), Dr John Sugiharto (APiH), Zul Habibi (ASHO), Dr M. Hasbi Amiruddin and Hidayat (AssHIVa). Thanks to all HM5 contributors, and to Dr Enamul Haque and Dr Dukagjin Kelmendi for their proofreadings (respectively in: “General Health” and “In our country / reproductive health” sections). Special thanks to Stephan Magnaldi and Dr Ioana Cretescu-Kornett (medical coordinator – AMI’s head office) for thoroughly proofreading all articles despite HM tight schedule, and to Dewi, Minha, Rika, Meisi, Jessica, Yuyun and Alison for their help, commitment and patience. Distribution: AMI (coordination: Elise Masiulis) Donor: AmeriCares Health Messenger is published by Aide Médicale Internationale (AMI) Jln Rukun Damai Utama N° 9, Kampung Pineung, Banda Aceh 23116, NAD. Phone: 0651 7410 229 www.amifrance.org KONTRIBUTOR Manajer Publikasi: Florence COLAS Telepon: 0813 7033 5117 Email: indonesia.hm@gmail.com Juru Gambar: Mulyadi Phone: 0813 6017 5700 Email: mujadi2005@yahoo.com Asisten dan Penerjemah: Zulfahri H. SIAGIAN Telepon: 0813 7533 7891 Dengan kontribusi Yuli MARTUNIS Telepon: 0813 6086 8086 Editor Medikal: Dr Irfan RISWAN Telepon: 0813 6038 7007 Email: medicaleditorhm@yahoo.co.id Percetakan: PT. ACEH MEDIA GRAFIKA Jl. Raya Lambaro Km. 4,5 Tanjung Permai Manyang PA, Aceh Besar – Banda Aceh Telepon: (0651) 635544 Tata Letak: Edi IP Phone: 0812 697 4450 Email: langit22@yahoo.com Kontributor: Di tanah air kita: Dinas Kesehatan propinsi, Rika Setiawati (Aide Médicale Internationale - AMI) Kesehatan Publik: Dr Enny Setiasih (World Health Organization - WHO - Jakarta), DinKes Prop. Kesehatan Umum: Rika Setiawati (AMI), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), YAKITA, Dr Enny Setiasih (WHO) Kesejahteraan: Meisi Naomi Kacaribu, Jessica Tabler (Samaritan’s Purse International Relief) Kesehatan Reproduksi: Dr Nur Fardian, Mardewi (Care International Indonesia), Rika Setiawati (AMI) Lebih Mendalam: Dr Alison Morgan (Penasehat kesehatan remaja untuk program Aceh Partnership in Health - APiH -, Institut Kesehatan Internasional Australia - Universtas Melbourne), Dr Mick Creati (Institut Burnet) Masyarakat: Maki Noda (UNICEF), Maimun (Atjeh Student of Health Organization - ASHO), Rika Setiawati (AMI) Kontak yang bisa dihubungi dan saran-saran merupakan kontribusi: Minha Husaini (UNICEF), Julie Chansel, Dr Nasrullah Jafkar (BKKBN), Josyane Peret and Géraldine Venisse (tim medical AMI), Tomasz Starega (WHO), Thérèse Benoît (kepala misi AMI), Dr John Sugiharto (APiH), Zul Habibi (ASHO), Dr M. Hasbi Amiruddin dan Hidayat (AssHIVa). Terima kasih kepada seluruh kontributor P2K no. 5, dan kepada Dr Enamul Haque dan Dr Dukagjin Kelmendi atas pengesahannya (pada bab: “Kesehatan umum” dan “Di tanah air kita /kesehatan reproduksi”). Ucapan terima kasih khusus kepada Stephan Magnaldi dan Dr Ioana Cretescu Kornett (koordinator medikal – kantor pusat AMI) atas pengesahan berkelanjutan terhadap artikel P2K no.5 meskipun dengan waktu yang singkat, dan kepada Dewi, Minha, Rika, Meisi, Jessica, Yuyun dan Alison atas bantuan, komitmen dan kesabarannya. Distribusi: AMI (koordinasi: Elise Masiulis) Donatur: AmeriCares Pembawa Pesan Kesehatan dipublikasikan oleh Aide Médicale Internationale (AMI) Jln Rukun Damai Utama N° 9, Kampung Pineung, Banda Aceh 23116, NAD. Telepon: 0651 7410 229, www.amifrance.org Aide Médicale Internationale (AMI) adalah sebuah ­ organisasi non-pemerintah dari ­Perancis yang berdiri pada ­tahun 1979. AMI bergerak­ dalam ­ bidang kesehatan di lebih dari 8 negara ­ dengan menyediakan ­ peralatan kesehatan ­untuk meng­atasi ber­bagai situasi­ ­lingkungan yang tidak stabil (karena­ perang ­ dan konflik senjata,­ bangkrutnya­ peme­rintah,­ ­ bencana alam, epi­demi,­ kelaparan, dsb) tanpa­ membedakan kepentingan politik,­­ suku, ras dan agama. AMI berkomitmen untuk bekerjasama­ dengan ­ penduduk lokal dan menghormati kebiasaan me­reka, kepen­tingan politiknya, budaya, serta praktik kehidupan beragama masyarakat­ setempat.­ AMI bekerja­ secara­ netral de­ngan ­ semangat solidaritas,­ efisiensi, dan kualitas­ tinggi (www.amifrance.org).­ AMI telah­ bekerja di Indonesia­ sejak Maret­ 2005. Untuk melengkapi aktifi­tasnya­ di lapangan,­ AMI menerbitkan majalah ­ Pembawa Pesan Kesehatan bulan ­ Desember 2005­ untuk ­ menolong para ­ pekerja ­ ke­sehatan Indonesia dan ­ menambah pengetahuan ­ serta keterampilan mereka. Aide Médicale Internationale (AMI) is a French NonGovern­mental Organization established­ in 1979. AMI intervenes in more than 8 countries to ­ provide medical­ assistance to the most vulnerable populations in diversified­ envi­ronments (war and armed ­ conflicts, bankruptcy of governments, natural disasters, epidemics,­ hungers etc.)­­ without any political,­ ethnic, racial or religious discrimination. AMI also commits itself to adjust its operations to the needs identified in partnership with the civil population and to respect the local population’s dignity, their specific ­ political, cultural and ­ religious opinions, believes and practices. AMI operates as a ­ neutral actor, with a spirit of solidarity, efficiency­ and quality (www.amifrance. org).­­­ AMI has been working in Indonesia since March 2005. In complement to its activities in the field, AMI launched Health Messenger in December­ 2005 to provide Indonesian health workers,­ in the province of Aceh, with a ­ continuous training tool appropriate­ to improve their knowledge and skills. ­
Fly UP