Studi Karakteristik Penggunaan Serbuk Ban Bekas (Perkerasan AC dan HRS)

herman, fithra (2020) Studi Karakteristik Penggunaan Serbuk Ban Bekas (Perkerasan AC dan HRS). Unimal Press, Lhokseumawe. ISBN 978 – 602 –464- 095-8

[img]
Preview
Text
[Herman Fithra] KARAKTERISTIK PENGGUNAAN SERBUK BAN BEKAS.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview

Abstract

Konstruksi Jalan di Indonesia sebahagian besar merupakan konstruksi lapisan perkerasan lentur, dimana aspal berfungsi sebagai bahan pengikat agregat. Aspal hanya berkisar antara 4-10% berdasarkan berat dan 10-15% berdasarkan volume dari campuran antara agregat dan aspal. Sehingga kualitas aspal sangat menentukan keawetan dari suatu perkerasan lentur. Beton aspal campuran panas (hotmix) yang berupa Asphalt Concrete (AC), Hot Rolled Sheet (HRS) dan Split Mastic Asphalt (SMA) merupakan jenis hotmix yang paling umum dipakai di Indonesia. Konstruksi lapisan perkerasan lentur ini merupakan campuran merata antara agregat, filler dan aspal sebagai bahan pengikat pada temperatur tertentu. Mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari aspal, maka diperoleh kemudahan untuk mencampurnya. Sehingga material tersebut harus dipanaskan sebelum dicampurkan. Pekerjaan pencampuran aspal dilakukan di pabrik pencampuran (Asphalt Mixing Plant) setelah itu dibawa ke lokasi penghamparan serta dihamparkan dengan alat penghampar (Asphalt Finisher), sehingga diperoleh lapisan lepas yang seragam dan merata untuk selanjutnya dipadatkan dengan mesin pemadat (Wheel Loader dan Phineumatic Tire Rolled) yang akhirnya didapatkan lapisan perkerasan lentur. Benda uji yang dibuat untuk campuran aspal beton AC-BC atau HRS-WC dan material campuran aspal beton laston dan lataston yang akan digunakan untuk perkerasan jalan harus diperiksa kuantitas dan kualitasnya. Pemeriksaan kuantitas dan kualitas dapat dilakukan bersamaan. Pemeriksaan kuantitas dilakukan untuk proses pembayaran dan pemeriksaan kualitas dilakukan untuk mendapatkan perkerasan jalan yang memenuhi spesifikasi teknik yang telah ditentukan, sehingga perkerasan jalan tersebut terjamin keawetannya tanpa perubahan bentuk yang berarti. Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan Marshall Test meliputi, nilai stability dan nilai flow, sedang Marshall Quotient berupa perbandingan nilai stability dengan nilai flow. Selain Marshall Test juga dilakukan pemeriksaan volumetrik berupa volume pori diantara butir agregat didalam beton aspal padat (VMA), volume pori beton aspal padat (VITM) dan volume pori beton aspal padat terisi oleh aspal (VFWA) serta nilai density. Campuran aspal beton AC-BC atau HRS-WC memiliki tujuh karakteristik campuran, berupa stabilitas, keawetan, kelenturan atau fleksibilitas, ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), kekesatan permukaan atau ketahanan geser, kedap air dan kemudahan pelaksanaan (workability). Konstruksi perkerasan jalan jenis HRS-WC dinilai merupakan konstruksi perkerasan jalan yang paling cocok untuk lalulintas rendah, disebabkan kadar aspal yang lebih banyak sehingga lapisannya lebih kedap air dan dengan lalulintas yang rendah tidak akan cepat terjadi deformasi permanen. Pada umumnya agregat halus untuk campuran aspal beton berasal dari abu batu kerikil melalui pemecah material agregat atau stone crusher. Tetapi pada beberapa kasus, penggunaan agregat buatan sebagai agregat pengganti agregat halus untuk campuran aspal beton juga dapat dilakukan. Salah satu bahan yang dicoba dimanfaatkan adalah serbuk ban karet. Karena bahan ini mudah di peroleh dengan tidak memakan banyak biaya, namun dibutuhkan proses untuk menjadikan ban karet menjadi serbuk. Penggunaan ban bekas sebagai bahan tambah (additive) aspal telah diteliti oleh US Department of Transportation Federal Highway Administration di Amerika sejak tahun 1986. Hasilnya penggunaan ban hasil parutan ban bekas mampu mereduksi kerusakan pada perkerasan lentur yang diakibatkan oleh faktor cuaca dan lalulintas (Sugiyanto, 2008 dikutip dari AASHTO, 1982). Penggunaan parutan ban bekas sangat cocok digunakan pada daerah beriklim panas (Sugiyanto, 2008 dikutip dari Kennedy, 2000). Road Research Centre,Ministry of Public Work di Kuwait menyatakan penambahan 2% latek dan 5% parutan ban bekas terhadap aspal dapat mencegah terjadinya retak-retak, bleeding dan memperkecil terjadinya pelepasan butir pada permukaan perkerasan lentur.

Item Type: Book
Subjects: L Education > LB Theory and practice of education
Divisions: Faculty of Engineering > Department of Civil Engineering
Depositing User: Dr. Herman Fithra
Date Deposited: 01 Jun 2020 06:50
Last Modified: 01 Jun 2020 06:50
URI: http://repository.unimal.ac.id/id/eprint/5581

Actions (login required)

View Item View Item