MUFAKAT BUDAYA SUMATERA; Enterprise of World Building

Hasan, Kamaruddin (2014) MUFAKAT BUDAYA SUMATERA; Enterprise of World Building. MUFAKAT BUDAYA SUMATERA MENUJU World Cultural Forum (WCF) BALI 2015. (In Press)

[img]
Preview
Text
IMAGE - MUFAKAT BUDAYA SUMATERA, PDF.pdf

Download (313kB) | Preview

Abstract

Pelaksanaan Mufakat Budaya Melayu Sumatera ini akan menjadi jalan untuk memperkuat gagasan dan gerakan kebudayaan Sumatera untuk nusantara, selain itu sebagai masukan menuju pelaksanaan World Cultural Forum (WCF) di Bali tahun 2015. Program kegiatan seperti ini, mengingatkan saya bahwa suatu masyarakat manusia senantiasa menjalani proses dialektika yang panjang dalam upaya pembangunan dunianya. Dalam bahasa lain kita sebut enterprise of world building. Menggambarkan bahwa bagaimana hasil konstruksi pemikiran dan aktivitas manusia begitulah dunia maritim terbangun. Dalam bahasa Peter L. Berger disebut sebagai proses dialektika melalui tahapan eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Ketika dunia yang dikonstruksikan atau dibangun tidak berbasis kepada kebudayaan, maka secara inhern adalah rawan karena terancam oleh fakta kepentingan diri dan kebodohan. Kecenderungan individualistik, konsumtif dan kapitalis pasti membawa kehancuran pada manusia itu sendiri. Artinya ketika masyarakat manusia dalam mengejar identitas tanpa dilandasi basis kebudayaan yang positif maka pada saat yang sama akan kehilangan identitasnya sebagai manusia. Dalam hal ini, Pemerintahan baru Joko Widodo dan Jusuf Kalla memberikan harapan baru bagi perubahan pembangunan dalam segala bidang berbasiskan kebudayaan. Program ini melahirkan DEKLARASI KUTARAJA: Sesungguhnya Sumatera telah menjadi serambi peradaban Asia tenggara dan dikenal melalui jejak-jejak arkeologis-antropologis paling tidak sejak tiga ribu tahun lalu. Keberadaan Sumatera sebagai entitas kultural dan etnis cukup penting bagi keberadaan sejarah Nusantara tidak bisa disunyikan begitu saja. Sebagai kontinen yang telah mampu mengonstruksikan nilai-nilai peradaban, berdiaspora dalam pertemuan ras-ras penting di dunia dan menjadikan laut sebagai salah satu konstruksi kulturalnya, maka sangat memprihatinkan jika narasi ini tidak dilanjuti dengan kata-kata yang bernyala pada saat kini, ketika Sumatera menjadi bagian dari sebuah teritorial negara-bangsa: Indonesia. Kesejarahan "Surnutrah" yang telah dikenal oleh peradaban dunia sejak abad ketujuh melalui kerajaan Sriwijaya sebagai benteng bahari terkuat dan menguasai Selat Melaka, hingga kerajaan Islam Aceh pada abad keenam belas sebagai satu lima kerajaan Islam terbesar di dunia saat itu, telah mampu membangun kesamaan garis kultural, bahwa Sumatera adalah tanah Melayu, yang menjunjung tinggi hukum adat, toleransi, tatakrama perilaku, kebahasaan, dan filsafat hidup. Falsafah budaya Melayu inilah yang penting diangkat, bahwa berdasarkan fakta-fakta dan dokumen sejarah yang telah terpublikasi secara luas melalui pengujian metafisika dan ilmiah maka Sumatera yang berhak menyebut sebagai poros utama peradaban Melayu. Kemelayuan yang terbentang dari sejak Madagaskar hingga Honolulu bertemu pada sumber nilai peradaban utama di Sumatera. Bahwa fenomena kekerasan yang muncul selama ini di Sumatera pada dasarnya bukanlah budaya otentik. Hal itu muncul akibat efek tafsir teologis, konflik agraria, dan konfik sosial yang merupakan residu dari politik patrimoniallokal yang merugikan budaya Sumatera. Hal itu tentu menyedihkan karena budaya Melayu dibangun di atas akar kerukunan. Berkelahi cara melayu tidak merusak. Menikam dengan pantun, menyanggah dengan senyum. Meskipun kemudian muneul ikatan yang saling mengkait bahwa kerajaan-kerajaan Melayu Sumatera dengan Islam, hal itu perlu dijernihkan dengan seksama. [ika keislaman Melayu diterima sebagai tesis utama Sumatera maka keislaman Melayu harus menunjukkan jati dirinya sebagai Islam yang unik dan ikonik. Keislaman Melayu tidak sarna dengan kontinum keislaman lain di dunia. Ia dibangun atas dasar toleransi dan cinta damai. Watak melayu menolak perrnusuhan, setia dan sabar tiada tandingan. Kami yang tergabung dalam Mufakat Budaya Sumatera mendeklarasikan beberapa poin panting, yaitu: 1. Kaum penggiat kebudayaan Sumatera harus menjaga persaudaraan dan kekeluargaan lintas wilayah karena memiliki akar kesejarahan dan kultural yang sarna. Oleh karena itu perlu sebuah gerakan kultural mempersatukan seluruh puak dan etnis di tanah Andalas ini. 2. Para pemimpin agama di Sumatera harus mengambil peran untuk mengembalikan semangat kerukunan dan akseptansi atas perbedaan keyakinan dan kultural di Sumatera. Pili han itu untuk menunjukkan Sumatera sebagai poros budaya melayu Nusantara dan dunia dengan elan vital kebudayaan melayu yang tumbuh­ berkembang seeara harmonis dan tidak seeara destruktif. 3. Kaum eendekiawan antarprovinsi di Sumatera harus membangun kelas menengah intelektual yang kuat dan kompak untuk penguatan identitas Sumatera. 4. Penyelenggara negara harus menerapkan kebudayaan dan nilai tradisi di Sumatera seeara patut dan ideal, termasuk pengembangan kesenian, dokumentasi, kesejarahan, eagar budaya, dan narasi baik tekstual maupun visual. Atas nama kaum masyarakat budaya Sumatera, Kutaradja, 14 Desember 2014 1. Teuku Kemal Fasya, 2. Prof. Bahtiar Aly, 3. Prof. Mahdi Bahar, 4. Prof. Bahrein T. Sugihen, 5. Kamaruddin Hasan, M.Si, 6. Taufik Abda, 7. Radhar Panca Dahana, 8. Cut Asmaul Husna, 9. Cut Linda, 10. Norma Manalu, 11. Abdullah Akhyar Nasution, 12. Dr. Ahmad Akmal, 13. Teuku Kamal Sulaiman, 14. Dr. Budi Agustono, 15. Ibrahim Chalid, M.Si, 16. Din Saja, 17. Azhari, 18. Gading Hamonangan Hasibuan, 19. Djamal Sharief, 20. Sarjev, 21. Dr. Febri Yulika, 22. Agung Harmono, 23. Mukhtar, 24. Cut Nelly, 25. Vegitya Ramadhani, 26. Hendra Saputra, 27. Rahmatan, 28. Dr. Bona Beding, 29. Eric MF Dajoh, 30. Taufik Rahzen, 31. Olivia Zalianty

Item Type: Other
Subjects: H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
H Social Sciences > HP Peace and Conflict Resolution
H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
J Political Science > JA Political science (General)
O Ethnography
W Communication and Media Studies
Divisions: Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication
Depositing User: Mr. Kamaruddin Hasan, M.Si
Date Deposited: 11 Aug 2016 01:32
Last Modified: 11 Aug 2016 01:32
URI: http://repository.unimal.ac.id/id/eprint/1776

Actions (login required)

View Item View Item